Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

02 Januari 2010

Between Circuit and the Bustle Embroidery

Iman D. Nugroho

This woman is very unique. Between her busy embroidering, she instead chooses to be female race cars driver. And the great thing is she became the first woman who is won on classical car race. “I will continue my activity as a driver until I get bored and back to my regular activity; embroidery,” she said.

The first Classic Car Race of 2009 which held by the Indonesian Association of Old Cars Lover (PPMKI) is facing something “weird”. On the event, a woman who is the driver of VW Beatle has won three of six stages on that event which held on Sentul Circuit of Bogor , West Java . “When I open my helmed after I had pass the finish line, other drivers and crews was surprised when they see me,” Dwi Yuni Purbayanti said.

No wondering why drivers and crews was shock, Dwi Yuni Purbayanti or familiarly called as Yuni is the only female race cars driver on that event. Especially, this mother of three children- Tiffany Anandhini Putri, Dinda Unyil and Duduy Itu Gue- are physically looking like a man. “When I use my race costume with helmed, I believe you will never know that I am a female, haha,” she said.

Yuni’s first moment with car was happened on 1997, when her husband Asmarwan, has decided to take over her brother service station, Rektas which location on Pasar Minggu of South Jakarta . She never thought that it will become a way to get a new interesting activity. “I just thinking, our new service station its will like ordinary service station in Jakarta , but I was wrong,” she said. When she acquainting with many VW mechanics, she has realized change her ordinary service to VW only is a good idea. “So, we decide to change it, and its work!” she said.

01 Januari 2010

Gerimis di Ciganjur 30 Desember 2009

Iman D. Nugroho

Gerimis menyelimuti Cilandak, Jakarta, 30 Desember 2009, ketika sebuah mushola kecil di tepi jalan Raya Cilandak itu mengabarkan kematian KH. Abdurrahman Wahid. "Pengumuman, telah meninggal dunia, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sore tadi jam 18.45 wib. Jenazah akan dibawa ke rumah duka di Ciganjur," kata takmir masjid melalui pengeras suara.

###

Suasana di depan rumah mantan Presiden RI ke-4 terlihat sepi. Hanya beberapa pengurus Pondok Pesantren Ciganjur yang berlalu lalang di halaman depan rumah di belakang Masjid Al Munawaroh. Itu. "Tolong, sepeda motor diparkir di sebelah sana, ini akan digunakan sebagai jalan masuk utama," kata seorang bersarung dan berpeci, salah satu pengurus Ponpes Ciganjur. Beberapa orang lain berjaga di sekitar gerbang utama yang masih lengang.

"Bapak, belum datang. Bu Nyai [Shinta Nuriyah] dan keluarga lain juga masih di RSCM," kata penjaga gerbang yang enggan disebutkan namanya. Di selasar Masjid Al Munawaroh, beberapa orang sibuk membelah bambu, menempelinya dengan kertas kuning, menjadikan bendera tanda duka cita. Khas Betawi. Satu persatu, jurnalis dari berbagai media massa mulai berdatangan, bersamaan dengan riuh penduduk sekitar yang datang. "Maaf sekali lagi, saya tidak bisa memberikan penjelasan apa-apa, kita tunggu saja," kata penjaga gerbang, seiring gerimis datang dan pergi.

"Para penta'ziah, silahkan masuk ke masjid, kita membaca tahlil dan Yasin untuk Gus Dur, monggo,.." kata takmir Al Munawaroh melalui pengeras suara. Tak lama berselang, masjid itu pun "hidup". Tahlil dan Yasin pun menggema dari sekumpulan orang yang duduk membentuk lingkaran. Menebarkan kekhusukan, di sela-sela gerimis. Beberapa orang menyeka air matanya. Beberapa lain tertunduk.

###

"Kepergian" Gus Dur malam itu mengagetkan banyak orang. Sakit yang dideritanya, dengan berkali-kali datang dan pergi dari rumah sakit, tetap tidak bisa menjadi pembenar kematiannya. Dorce, artis transseksual yang mengaku teman dekat Gus Dur pun bahkan sempat mencaci makin Sundari Soekotjo, penyanyi yang mengabarkan hal kematian itu padanya. Apalagi Shinta Nuriyah, yang kebingungan saat melihat Presiden Susilo Bambang Yudhonoyo datang ke RSCM, menjelang kematian Gus Dur. "Maaf, bu, kami sudah berusaha maksimal," kata seorang dokter RSCM mengabarkan kematian Gus Dur untuk pertama kali.

Di masjid Al Munawaroh, kenangan atas tokoh kontroversial itu tiba-tiba menyapa. Kembali di tahun 90-an, di pengadilan tinggi Surabaya, Gus Dur datang mendampingi dua penganut agama Konghucu yang berjuang mempertahankan keyakinan dan budayanya. Menurut Gus Dur, manusia harus diberi kesempatan menjalankan keyakinannya. Sama halnya ketika Gus Dur membela Dorce, salah satu pelaku transseksual [mengubah jenis kelamin] dari caci maki berdasar isu keagamaan.

Bagi Nahdliyin-sebutan untuk orang Nahdlatul Ulama[NU]- Gus Dur adalah segalanya. Sebagai pembawa trah-garis keturunan- pendiri NU Hasyim Ashari, membuatnya menjadi sandaran vertikal maupun horisontal. Di ponpes Salafiah Safiah Asembagus, Sitobondo, beberapa saat sebelum Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4, kedatangan Gus Dur membuat seluruh desa bersolawat. Tak sedikit yang menanggis tersedu. Terharu melihat panutannya bersedia datang, dan menyalami tangan Nahdliyin yang tersorong untuk bersalaman.

Di Gedung DPR/MPR tahun 1999, Gur Dur yang terpilih menjadi Presiden RI ke-4, tidak ragu mengajak Megawati Soekarno Putri, Pimpinan PDI Perjuangan yang kalah bersaing di ranah pemilihan presiden, untuk duduk di kursi Wakil Presiden. Untuk pertama kalinya, Indonesia dianugerahi presiden setelah Soeharto tumbang. Salawat berkumandang di Gedung Rakyat itu. Meski, belum genap dua tahun, Gus Dur dipaksa turun dengan peristiwa lambaian tangan Presiden bercelana pendek di selasar Istana Negara yang tak terlupakan itu,..

###

Gerimis masih menyirami Ciganjur, ketika mobil jenazah hitam itu memasuki pelataran, mengantar jenazah Gus Dur untuk diterbangkan ke ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur untuk dikebumikan esok hari. Orang-orang menangis sambil bersalawat. Air mata dan gerimis tak henti mengguyur Ciganjur 30 Desember 2009,..

#keterangan foto: keranda di masjid Al Munawaroh, depan rumah Gus Dur di Ciganjur.
#foto-foto Ciganjur lain klik di sini
#puisi Gus Dur klik di sini


31 Desember 2009

Sebelum Aku Terlelap, Gus,..

Iman D. Nugroho

Sebelum aku terlelap, Gus,..
Aku ingat senyum saudaraku masyarakat Tionghoa
Ketika kau membantu mereka menarikan Barongsai
Mengenakan baju indah khas Tiongkok di Nusantara
Dan duduk sejajar dengan kami, yang mengaku Indonesia asli

Sebelum aku terlelap, Gus,..
Senyum lebar saudara Papua begitu tampak bahagia
Kau memberikan identitas mereka kembali, setelah negara menghapusnya
Menyejajarkan semua warna kulit tanpa membedakan gelap terangnya
Karena Indonesia adalah berbeda, untuk sebuah "satu"

Sebelum aku terlelap, Gus,..
Salawatan di Senayan tetap tak akan kulupa
Beberapa saat setelah kau memeluk mega dan menempatkannya di sampingmu
Mengajaknya mengarungi lima tahun, tapi tersandung di tahun kedua
Ah, gitu aja kok repot!

Sebelum aku terlelap, Gus,..
Sebelum terlunta dikhianati, Gus,..
Sebelum sendiri di atas kursi, Gus,..

Kau terlelap mendahuluiku,..

Jakarta, 31 Desember 2009

Kasus Kekerasan Pers Meningkat

Iman D. Nugroho | foto dan teks

Kekerasan terhadap pers di tahun 2009 mengalami peningkatan, 44 kasus. Dalam tahun 2008 tercatat 33 kasus. Hal itu muncul dalam Catatan Akhir Tahun Lembaga Bantuan Hukum [LBH] Pers, Rabu [30/12] ini. Masyarakat menempati urutan pertama dengan 10 kasus, disusul polisi dengan 7 kasus, dan TNI dan partai politik dengan 3 kasus. "Pada tahun 2010, kita akan lebih giat melakukan pelatihan dengan aparat hukum, agar mereka lebih memahami mekanisme penyelesaian kasus pers dengan menggunakan UU Pers," kata Hendrayana, Direktur LBH Pers.

30 Desember 2009

Tahlilan Pertama Untuk Gus Dur































Iman D. Nugroho dan Marwan Azis| Foto dan teks

Para santri Ciganjur menggelar tahlilan pertama untuk mendoakan almarhum KH.Abdurahman Wahid atau Gur Dur yang meninggal Rabu malam ini di RSCM Jakarta. Tahlilan yang dilaksanakan di Masjid Al Munawaroh, Ciganjur, tepat di depan kediaman Mantan Presiden RI ini digelar dengan khusuk. Tampak dalam foto, jenazah Gus Dur datang ke rumah duka Ciganjur.