Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

28 November 2009

Bisa Jadi, Mbak Sri-lah yang Tertusuk Duri Century

Iman D. Nugroho | photo by matanews.com

Waktu bergoogling ria, tiba-tiba potret Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati muncul dengan tampang sayu, dan tangan songgo uwang (menyangga dagu-JAWA). Sepertinya, tampang seperti ini juga yang ditunjukkan Mbak Sri, bila nanti dirinya mengetahui akan dikorbankan dalam kasus Bank Century.

Statemen ekonom Sustainable Development Indonesia, Dradjad Wibowo di Kompas.com tentang mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Wakil Presiden Boediono, seperti menggenggam udara, dan memasukkannya ke dalam jaring. Jelas tidak mungkin. Alasannya sederhana. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono akan porak poranda kalau itu dilakukan. Bayangkan, Kabinet Indonesia bersatu jilid II yang baru "kemarin sore" dilantik itu, akan dikotori oleh kemungkinan keterlibatan Wakil Presidennya dalam kasus korupsi. Wow!

Jadi, apa yang kemungkinan akan terjadi? Ada istilah, one bird in our hand, better than two birds in the sky, seperti itu juga kemungkinan "terbaik", bagi Pemerintahan SBY. Dari pada susah-susah memenuhi rasa keadilan masyarakat atas kasus Bank Century, dengan menyeret Sri Mulyani dan Boediono ke muka hukum (kalau memang keduanya terlibat kasus Bank Century), lebih baik mengorbankan salah satu. Siapa? Gampang banget jawabnya. Sri Mulyani lebih murah ongkos politiknya.

Seorang kawan mengatakan,"Lho, tapi kan, ketika persoalan itu terjadi, Sri Mulyani dan Boediono adalah dua pejabat yang sejajar, dan atas petunjuk merekalah regulasi penyelamatan Bank Century dilakukan, jadi, pantas bila keduanya sekarang diperiksa." Well, yes. Tapi, fakta politik dan hukum saat ini jauh berbeda. Terutama Boediono yang saat ini menduduki kursi Wakil Presiden. Coba bayangkan, apa kata dunia, bila Wakil Presiden RI tiba-tiba diperiksa oleh polisi dalam kasus korupsi? Sebelum membayangkan itu, coba pikir ulang, apakah polisi (yang tercoreng dalam kasus Bibit-Chandra), akan punya nyali untuk memeriksa Boediono.

Sorry pak Kapolri, mungkin publik akan meragukan hal itu. Saya adalah bagian dari publik yang meragukan hal itu. Nah, bukan tidak mungkin, untuk menutupi "kemandulan" pemeriksaan itulah, sosok Sri Mulyani "diperlukan". Untuk apa? Jelas untuk diperiksa. Dan bila Sri Mulyani sedang sial, dia akan ketiban awu anget untuk menjadi salah satu tersangka dalam kasus itu. Gimana? Well,..maybe yes, maybe no, of course,.. Bagaimana bila Sri Mulyani bernyanyi di depan persidangan?

Sepertinya, tidak sekali ini kita menyaksikan kasus hukum akan berlangsung cacat. Bukan hanya political approach saja yang bisa membuat semua hal itu luruh dan akhirnya persidangan akan berlangsung landai. Dan pada ujungnya, hukuman paling ringan atau bahkan dibebaskan dari segala tuduhan, akan menjadi putusan sidang. Case closed!

Semoga dugaan ini keliru,..

*stories lain soal kasus Bank Century klik di sini.

Menunggu Thanksgiving Paling Penting,..

Maya Mandley

Hidangan ayam kalkun alias Turkey, tak pernah kurasakan sebelumnya waktu masih di Surabaya. Jangankan makan, melihat aja aku takut. Pernah waktu kecil, ada tetangga yang punya ayam kalkun dan sering dilepas di jalan. Kadang si ayam besar ini suka nakal dan mengejar-ngejar orang yang lewat di depannya.

Tapi sejak berada di Amerika, ternyata selain ayam, kalkun termasuk pilihan makanan. Baik untuk isinya roti alias sandwich maupun untuk hidangan biasa. Dan yang rutin adalah saat perayaan Thanksgiving. Aku gak tahu jelas, mengapa setiap perayaan thanksgiving yang jatuh setiap hari kamis minggu ke-4 nopember ini, hidangan kalkun seperti jadi tradisi. Namun aku pernah mendengar, saat jaman bahula dulu, pemerintah menghimbau untuk memasak kalkun sebagai hidangan makan malam saat Thanksgiving, karena jumlahnya yang terlalu banyak saat itu. Dan tradisi menghidangkan kalkun terus berlanjut sampai saat ini.

Thanksigiving untuk tahun ini jatuh pada hari Kamis, 26 Nopember. Dan bagiku, thanksgiving kali ini merupakan kali ke-6. Perayaan thanksgiving tahun ini lebih istimewa buatku. Sebab untuk pertama kalinya aku ikut merayakan bersama suami Amerikaku. Dan yang paling penting, merasakan ayam kalkun panggang yang dulu cuma bisa aku liat lewat TV saja. Di awal-awal kedatanganku di benua Amerika, thanksgiving aku lalui dengan menyaksikan parade di NYC yang disponsori sebuah department store terbesar.

Pawai bernama Macy’s Thanksgiving Day Parade, melalui rute dari utara terus turun ke bawah sampai di depan Macy’s di 34th street, Manhattan. Aku senang menyaksikan pawai ini karena diisi dengan mobil yang dihias dan paling penting balon-balon raksasa berbentuk berbagai tokoh. Umumnya tokoh kartun, tahun ini. Sayang aku tak bisa menyaksikan pawai itu untuk tahun ini karena sibuk membantu sang tuan rumah menyiapkan hidangan makan malam. Aku juga menyaksikan bagaimana memasak ayam kalkun besar itu. Butuh waktu sekitar 3-4 jam di dalam oven.

Kalo aku pikir-pikir tak ubahnya seperti memasak ketupat saat lebaran. Meski terkesan capek, namun keliatan semua senang melakukannya. Apalagi saat makan malam, dimana semua anggota keluarga berkumpul. Termasuk keluarga yang jarang-jarang bertemu, bisa bersilaturahmi dan saling bercerita dalam satu meja makan. Sangat mengharukan!

Usai Thanksgiving, hari jumatnya dikenal dengan Black Friday. Sebab sehari usai thanksgiving toko-toko buka pagi-pagi sekali (sekitar jam 4 atau bahkan ada yang tengah malam), dengan memasang diskon gede-gedean. Meski di udara dingin, banyak warga Amerika yang rela antri di depan toko untuk mendapatkan barang yang diskonnya kadang sampek 60%. Aku sih gak ikut-ikutan antri. Melihat bagaimana mereka berebut saat toko dibuka saja rasanya sudah malas melihatnya. Apalagi dengan suhu mencapai nol derajat celcius. MALAS.

Tapi mungkin kenikmatannya akan lain karena mendapatkan suatu barang dengan susah payah. Sekali lagi aku bayangkan, mungkin seperti berbelanja baju untuk Lebaran. Berdesak-desakan namun puas gitu loh...

Begitulah Thanksgiving, satu hari raya besar yang biasanya menandai datangnya musim dingin, yang paling penting, tanda mulainya bargain hunting sampai menjelang natal !!! Happy Thanksgiving dari NY!

27 November 2009

Pengorbanan Ismail oleh Ibrahim itu,..

Iman D. Nugroho

Ketika Ibrahim memutuskan untuk merebahkan anaknya, Ismail. Kemudian mengambil parang untuk bersiap menyembelihnya. Tiba-tiba keajaiban datang. Ismail diganti dengan kambing. Totalitas dan kepatuhan yang terus terkenal di dalam sejarah.

Penggalan sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang dipercaya oleh Umat Islam sebagai awal dari sejarah Idul Adha itu memang luar biasa. Seorang nabi yang disebut sebagai Bapak Para Nabi itu secara implisit ingin menunjukkan betapa seorang manusia yang dikaruniai keikhlasan bersedia berkorban apa saja untuk Tuhannya. Bahkan, ketika diminta untuk untuk menyembelih anaknya pun, seorang Ibrahim bersedia melakukannya.

Sejenak, mari kita abaikan batasan religi yang beragam di muka bumi, lalu lihatlah kisah Ibrahim. Keteladanannya, sepertinya mampu diadopsi oleh orang dengan bendera religi apapun. Bahkan, oleh orang yang mengaku tidak memiliki Tuhan pun, semangat itu bisa diambil. Yakni, semangat untuk berkorban secara total untuk sesuatu yang kita yakini. Apapun itu!

Aku, yang sejak kecil dikenalkan agama Islam, mau tidak mau meyakini kisah Ibrahim sebagai sebuah kebenaran. Otomatis, setiap tahun, Aku pun memeriahkan Idul Adha. Meski di awalnya aku berpikir, Idul Adha berarti makan sate kambing, namun dalam perjalanan, Idul Adha sempat berarti ratusan ribu untuk membeli kambing. "Tahun ini, kita tidak berkorban, tidak ada uang." Well. pasang surut.

Kepatuhan kepada Tuhan cara Ibrahim memang berat. Jangankan mengorbankan anak yang kita cintai untuk apa yang kita yakini, dalam skala kecil, mengorbankan waktu untuk mengantri saja, bagi kita adalah sesuatu yang luar biasa berat. Atau, membangun kepatuhan mengumpulkan uang receh untuk memasukkannya kedalam kotak sumbangan panti asuhan yang tersebar hampir di tiap supermarket (biasanya di dekat kasir). Atau apapun hal kecil lain bertema pengorbanan.

Dalam skala yang lebih "heroik". Bersikukuh menjalani kehidupan yang kita anggap benar, tanpa mempedulikan negative impact dari masyarakat sekitar kita. Soal pemberantasan korupsi misalnya. Cukup tangguhkah kita mengatakan "tidak" kepada seorang calo yang bersedia dengan "ikhlas" menawarkan bantuan untuk mengurus SIM atau STNK? Dan secara total kita menjalani proses pembuatan SIM atau STNK yang panjang, berliku dan menguras peluh,..

Well, sekali lagi. Pasang surut. Aku sendiri merasa bisa mengatakan: Aku total bersedia berkorban untuk Tuhanku demi apa yang Aku yakini. Apalagi, tak jarang bisikan biadab tertiup ke benakku: Tuhan kok tidak berpihak pada orang-orang yang berkeyakinan ya,..

Hmm,..

26 November 2009

Naik Bemo di Manhattan, Very Nice,..

Maya Mandley

Sejak sekolah, aku lebih senang naik angkutan umum kalo mau kemana-mana. Waktu sekolah di Jakarta dulu, metro mini atau angkot jadi kendaraan andalanku. Makanya aku selalu tahu route kendaraan umum itu dan memang aku pelajari secara khusus tanpa lupa untuk selalu bertanya.

Waktu kuliah di Surabaya juga begitu. Angkot yang di Surabaya dikenal dengan sebutan lyn atau bemo (bukan bemo roda tiga seperti di Jakarta), adalah ‘teman’ setia yang membawaku kemana-mana. Sampek malu rasanya sama teman sekampus yang hampir semuanya mengendarai sepeda motor. Soalnya saat itu aku satu-satunya mahasiswa yang gak bisa naik sepeda motor.

Hehehhehe……. Sampek-sampek pernah ada teman yang nyeletuk ,"Anak Jakarta kok gak bisa naik sepeda motor?" Mau diapain lagi, wong di Jakarta aku lebih senang naik angkutan umum kok ! Ada kejadian yang bikin sedih saat aku masih kuliah. Waktu itu aku dan teman akrabku Iping akan ke kampus. Menjelang dekat kampus, Iping menabrak becak. Dia sempat terluka kakinya.

Aku sedih banget ! Soalnya aku gak bisa mengendarai sepeda motor itu sampek ke kampus. Terpaksa Iping yang saat itu kakinya agak terluka, mengendari sepeda motor yang kami beri nama ‘pret..pret’ (karena sudah terlalu tua dan bunyinya memang pret..pret… hehehhee). Selama kuliah, aku dikenal sebagai mahasiswa spesial ‘nunut’ alias nebeng. Maklum untuk ngirit, aku sering cari nunutan dari teman-teman yang punya sepeda motor dan searah denganku.

Malah aku sering sekali berbonceng bertiga. Kalo lagi bonceng bertiga, aku selalu ditempatkan di tengah karena teman-temanku gak tega ngeliat aku yang kurus dan kecil ini harus duduk di belakang. Kata mereka takut tertiup angin.

Seiring dengan waktu, aku akhirnya mau belajar naik sepeda motor. Tapi karena saat itu di rumah cuma ada 1 sepeda motor dan aku harus berbagi dengan my siblings, aku selalu mengalah. Jadilah aku lebih dulu belajar mengendarai mobil butut ayah yang memang lebih banyak nganggur di rumah.

Saat awal-awal bekerja di Radio Mercury yang letaknya jauh dari rumah, aku lebih banyak mengendarai van ayah. Tapi karena aku rasa tak efektif, akhirnya aku lebih memilih mengendarai sepeda motor karena jadwal kerjaku yang sangat pagi. Sehingga siang saat pulang sepeda motor bisa dipakai adikku yang lain. Sampai akhirnya aku diberi sepeda motor dinas dari boss. Jadilah sepeda motor kendaraan favoritku sampai aku meninggalkan Surabaya dan mengais "$" di negeri Pak Obama ini.

Dealing With Time

Di Tristate tempat aku tinggal maupun bekerja, ternyata angkutan umum alias mass transit, tetap jadi teman setiaku. Cuma bedanya, mass transit disini terbilang bagus, rapi dan yang paling penting, tepat waktu. Untuk berangkat bekerja, aku harus naik 2 kali angkutan umum dan taksi umum. Mula-mula kereta komuter selama 1 jam, kemudian nyambung dengan kereta kommuter lagi selama 45 menit dari stasiun dimana aku sampek, dan taksi di tempat tujuan.

Kalo dibilang, untuk berangkat kerja, aku butuh kira-kira 2-3 jam perjalanan, dengan jarak sekitar 100 KM (Surabaya-Malang). Selain ketepatan waktu, fasilitas di kendaraan umum yang semuanya dikelola swasta ini tergolong bagus. Jok tempat duduk yang rapi dan dilapisi busa yang tanpa sobekan. Untuk bis komuter yang berjarak antara 1-2 jam perjalanan, kondisinya mirip dengan bis malam eksekutif Jakarta-Surabaya. Dan tak pernah ada yang namanya isi bensin di jalan. Jadi penumpang bisa memperkirakan waktu perjalanan.

Tentu saja tanpa mengenyampingkan hal-hal yang terjadi di jalan. Seperti adanya kecelakaan di jalan yang bikin macet atau keadaan alam lain tergantung musimnya. Saat beroperasi, bis ini hanya di-awaki supir saja. Si calon penumpang tinggal menyerahkan tiket yang sudah dibeli di tempat pembelian tiket, atau bayar langsung sesuai jarak. Dan semua transaksi ini, tercatat di mesin khusus yang ada di samping supir.

Untuk kereta komuter, beroperasi sesuai dengan jam-jam sibuk. Jalannya pun ada yang ekspres atau berhenti di setiap stasiun. Saat jam sibuk, jumlah kereta ditingkatkan dan ada yang ekspress. Sementara saat bukan jam sibuk atau hari libur, jumlah kereta yang beroperasi tak terlalu banyak dan biasanya tak ada yang ekspress. Tentu saja keadaan ini mempengaruhi harga tiket yang dijual.

Aku punya pengalaman menarik soal kereta kommuter ini. Karena butuh waktu sekitar 2 setengah jam setiap hari selasa bagiku untuk sampai di tempat kerja, aku selalu naik kereta pagi sekali. Jadwal kereta komuter yang pertama aku naiki jam 4.30 pagi. Supaya tidak ketinggalan kereta, aku selalu bangun jam 3.45. Butuh waktu 1 jam setengah untuk sampai ke stasiun terakhir untuk selanjutnya naik kereta komuter lanjutan. Hal ini sudah aku lakukan selama lebih dari 2 tahun.

Waktu satu setengah jam itu selalu aku manfaatkan untuk balik tidur. Sekitar bulan April lalu, mungkin karena aku terlalu lelah, aku tak tahu kalo aku dah sampai di stasiun.Biasanya selama 1 setengah jam itu, aku selalu terbangun di tengah perjalanan. Tapi gak tahu kenapa, pagi itu aku betul-betul terlelap. Aku sempat merasakan seperti kursiku ada yang menggoyang. Tapi waktu itu aku kira penumpang di belakang yang iseng. Karena hal itu sering terjadi terutama kalo anak-anak. Jadi waktu goyangan itu aku rasakan, aku cuek aja dan tetap terlelap.

Namun gak lama kemudian aku merasakan goyangan lagi sekaligus teriakan, Hey we are here !!! Aku baru sadar kalo itu adalah teriakan si kondektur. Sontak aku langsung bangkit dan lari menuju pintu. Namun tinggal 1 pintu saja yang dibuka. Pintu untuk para kondektur keluar. Dua kondektur yang tinggal itu, balik teriak, hey, right here !!! Waduh !! Betul-betul malu rasanya. Untung aku kalo tidur gak ngorok dan paling penting, gak Ngileran. LOL !!! What an experience !!! (Tuesday 4/28/09 I will never forget that day !)

Memang tak bisa dibandingkan antara keadaan angkutan umum di negaraku tercinta Indonesia dengan negara yang menganggap negara terkuat di dunia ini. Tapi tak ada salahnya kalo kita belajar bagaimana negara ini sangat menjunjung tinggi yang namanya layanan kepada masyarakatnya. Karena menurut mereka semakin masyarakat terlayani, semakin maju pula negara. Prinsip inilah yang menurutku rasanya bisa kita ikuti.

Meski harus diakui semuanya makan waktu. Karena Amerikia sudah mendeklarasikan kemerdekaannya jaaauuuhhh lebih dulu dari Indonesia, tapi itu bukan alasan untuk meniru yang baik untuk kemajuan negara kita.

*foto by mccullagh.org

Politikus dan Perwira TNI Berkunjung ke Jerman

Press Release

Atas undangan Kementerian Luar Negeri Jerman, satu grup yang terdiri dari sepuluh orang Indonesia yang terdiri atas politisi dan perwira TNI, akan berkunjung ke Jerman. Kepergian mereka akan didampingi oleh Atase Politik Kedutaan Besar Jerman Jakarta, Alexander Wallau. Kunjungan itu direncanakan akan berlangsung selama satu minggu.

Kedatangan rombongan Indonesia itu rencananya akan berlanjut ke beberapa tempat di Jerman. Mulai Marburg, Koblenz, Berlin hingga Potsdam. Di tempat-tempat itu, para peserta akan mendapatkan gambaran bagaimana organisasi dan alutista Tentara Jerman dan bagaimana sistem pemerintahan Jerman. Tema utama kunjungan adalah „Jerman sesudah berlangsungnya Pemilu Jerman“.

Kunjungan tersebut diorganisir oleh Prof. Dr. Reimund Seidelmann dan Dr. Christoph Schuck dari Universitas Gießen diselenggarakan dalam rangka proyek „Good Governance“ dan "Good Regional Cooperation". Proyek ini telah berjalan tiga tahun dan merupakan bagian dari program Kementerian Luar Negeri Jerman yang ditujukan bagi peningkatan pengetahuan dan profesionalisme para perwira Tentara Republik Indonesia (TNI), pejabat negara dan Lembaga Nir Laba.

*foto dokumentasi