Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

12 November 2009

Meski Belum Tentu Yulianto, Yohanes Memang Makelar Kasus

Iman D. Nugroho | Foto: Repro Jawapos.com

Warga Surabaya bernama Yohanes, tiba-tiba menjadi bahan pembicaraan ketika media massa memberitakan warga Graha Family Surabaya itu adalah Yulianto. Seperti diketahui, Yulianto adalah tokoh kunci yang disebut-sebut Ary Muladi, menyalurkan uang suap ke KPK. Hingga kini polisi tidak mengetahui siapa sebenarnya sosok Yulianto ini. Benarkah Yohanes adalah Yulianto?


Sumber The Jakarta Post yang merupakan mantan orang kepercayaan Yohanes menjelaskan, informasi yang dimuat diberbagai media massa tentang rekannya itu belum tentu benar. Meskipun secara terbuka sumber ini membenarkan Yohanes sebagai makelar kasus besar di Indonesia. "Saya tahu pasti dia adalah makelar kasus, dan sering kali pergi ke Jakarta, tapi, apakah dia adalah Yulianto, saya kok tidak mengetahui hal itu," katanya, Kamis (12/11) ini.

Lebih jauh sumber ini menceritakan, Yohanes yang juga penggemar anjing peranakan ini sangat dekat dengan pengacara terkenal di Jakarta, bernama NW and Partner yang berkantor di sebuah gedung kawasan Tanah Abang, Jakarta. Bila Yohanes datang ke Jakarta, hampir pasti akan menginap di apartemen kawasan Pecenongan dan di Kemayoran, Jakarta. Dua apartemen itu adalah milik pengacara ternama ini. "Di kantor itulah, Yohanes sering mengadakan rapat untuk membahas berbagai kasus yang sedang ditangani MA," katanya.

Begitu rapat usai, Yohanes dan stafnya akan pergi ke gedung MA untuk membicarakan kasus yang notabene bukan kasusnya. Biasanya, saat itulah Yohanes selalu membawa uang cash dalam jumlah banyak. Sumber The Jakarta Post menyebutkan, uang itu adalah uang untuk para "babe" yang mengurus kasus. "Saya tidak tahu pasti, siapa orang-orang yang menerima uang itu, saya hanya menunggu di mobil, sementara ada orang lain yang mendistribusikannya," jelasnya.

Cara Yohanes membawa uang ke Jakarta, menurut sumber ini, sangat konvensional. Yohanes dan dua stafnya, membawa uang dalam tiga tas besar dan membawanya naik pesawat terbang. Petugas di Bandara Juanda atau Bandara Soekarno Hatta, jelasnya tampak sudah mengenal Yohanes dengan baik. "Kalau ada petugas yang curiga atau bertanya macam-macam, Yohanes langsung memberi uang pelicin," kenangnya. Hal yang sama juga dilakukan Yohanes bisa membawa anjing-anjing kesayangannya bepergian dengan menggunakan pesawat terbang.

Sebanyak itukah uang cash Yohanes? Sumber itu hanya menganggukkan kepala. Pernah pada suatu ketika, anjing Yohanes bernama Salo pernah marah tanpa sebab dan mengacak-acak uang yang ada di dalam rumah. Jumlah uang itu sekitar Rp.150 juta dengan pecahan Rp.100 ribuan. Yohanes hanya tertawa melihat kejadian itu, sembari menyuruh salah satu stafnya untuk membersihkan uang-uang yang berserakan itu.

Sumber The Jakarta Post ini menjelaskan, dalam persoalan uang cash, Yohanes atau Lok El mempercayakan kepada seorang yang dikenal sebagai A Chien dan Mei Chien. Dua orang inilah yang seringkali mengambil uang dalam jumlah banyak ke bank bisa akan didistribusikan. Dua istrinya, dan dua anaknya yang tinggal di Ausralia pun tidak diberi kepercayaan untuk mengelola keuangan yang jumlahnya mencapai trilyunan rupiah itu. "Kalau polisi serius, bisa bertanya kepada orang-orang itu," katanya.

Dari mana uang itu berasal? Semua serba tidak jelas. Ada yang bilang, uang itu adalah uang warisan sang ibu yang kini tinggal di Singapura. Juga, berasal dari bisnis anjing peranakan yang dikandangkan di Trawas, Mojokerto dan Surabaya. Hingga kini, Yohanes memiliki sekitar 30-an anjing berbagai jenis. Untuk bisnis itu, setidaknya Yohanes merogok koceknya Rp. 50 juta/bulan. Belum lagi untuk membeli anjing peranakan. Anjing termahal Yohanes bernama Olga, seharga Rp. 2 miliar. Olga adalah anjing juara III dunia.

Kemana Yohanes sekarang? Sumber The Jakarta Post menyebutkan, Yohanes terlihat terakhir pada 1 November 2009 di Trawas, saat di tempat itu digelar Lomba Anjing Herder tingkat Internasional. Tapi kini, Yohanes sedang ada di Singapura, setelah namanya disebut-sebut sebagai makelar kasus hukum.

Apakah Yohanes adalah Yulianto? Entahlah,..

-----------

Berita Jawa Pos tentang Yohanes

Kamis, 12 November 2009 ]
Yulianto Sudah Pulang dari Singapura dan Berada di Surabaya
SOSOK Yulianto, pria yang disebut Ari Muladi menjadi perantara penyerahan uang ke pimpinan KPK, masih misterius. Meski demikian, Yulianto alias Yohanes yang beralamat di Perumahan Graha Famili Blok D Surabaya diyakini sebagai saksi kunci kasus Bibit Samad Riyanto dan Chandra M. Hamzah.

Berdasar penelusuran Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Yulianto pada Selasa lalu (3/11) mendatangi sebuah rumah di Jalan Sumatera, Surabaya. Rumah itu milik Lukito, paman Yulianto. Lukito tercatat sebagai mertua Putra Nevo, Dirut PT Masaro Radiokom. PT Masaro adalah perusahaan milik Anggoro Widjojo.

Seorang sumber menyaksikan, pria yang diduga Yulianto tersebut datang bersama seorang perempuan. Mereka mengendarai Honda CRV hitam dan Nissan Grand Livina silver. ''Semua (mobil) berpelat B,'' kata Rusdi, juru parkir di kawasan tersebut. Sejumlah tetangga membenarkan bahwa pria yang datang bersama perempuan itu bernama Yulianto. Menurut keterangan tetangga pula, perawakan Yulianto mirip dengan yang disebut Ari; berpostur tinggi, tegap, beralis datar, dan bermata sipit.

Di rumah tersebut, Lukito tinggal bersama penjaga rumah bernama Rudi dan seorang pembantu perempuan. Tak ada aktivitas mencolok di rumah bergaya arsitektur era 1980-an itu. Pintu pagar besi abu-abu selalu tertutup dan digembok. Tiga anak Lukito sudah pisah dan berumah tangga sendiri.

Menurut sejumlah tetangga, keseharian Lukito adalah menekuni jasa pengiriman paket. ''Dia (Lukito) itu mertua bos Motorolla,'' kata seorang tetangga yang tak mau disebut namanya. PT Masaro selama ini memang menjadi agen tunggal peralatan komunikasi merek Motorolla.

Saat Radar Surabaya berusaha menemui, Lukito tidak dapat ditemui. Dia sedang beristirahat setelah makan siang. Dua jam ditunggu, Lukito tetap tak menampakkan batang hidungnya. Kata Rusdi, Lukito biasanya keluar rumah setiap pagi, sekitar pukul 05.00. ''Biasanya, dia (Lukito) jalan pagi, lalu memanasi mobil. Setelah itu, masuk (rumah) lagi,'' bebernya.

Sekitar dua pekan lalu, menantu Lukito, Putra Nevo, datang ke rumah itu. Dia mengendari Toyota Harrier. ''Kalau mantunya, sering sekali datang,'' ujar Rusdi. Putra Nevo rajin datang karena sang mertua sakit-sakitan.

Sementara itu, seorang sumber menyebutkan, Yulianto diyakini sudah pulang dari Singapura dan sekarang berada di Surabaya. Sejak mencuatnya kasus Bibit-Chandra, dia sengaja bersembunyi karena tidak ingin keberadaannya diketahui siapa pun.

Sumber lain dari kalangan pengusaha menyebut, Yulianto atau Yohanes alias Daniel alias Pak D alias Kho Yusac alias Gunawan alias Kong Bu adalah markus khusus kasus besar dan ''bermain" dengan aparat di Jakarta.

Yulianto juga punya hobi memelihara anjing mahal. Sebenarnya, yang punya hobi itu bukan Yohanes, melainkan Liu Pau Lin alias Pauline, pasangannya, yang kabarnya termasuk selebriti di Taiwan. Kabarnya, dia mempunyai sebuah vila anjing di Prigen Park dengan 20 ekor anjing, yang sebagian besar jenis herder. Konon, beberapa anjing miliknya adalah anjing kelas atas dengan harga per ekor mencapai Rp 2 miliar.

Radar Surabaya tadi malam menghubungi Singky Suwaji, seorang penggemar anjing ras. Dia membenarkan, Yohanes adalah penggemar anjing jenis herder. Namun, dia mengakui, Yohanes sulit ditemui. ''Dia orang kuat. Bisa jadi, Yohanes yang ini adalah Yulianto,'' kata Singky. (aya/ano/agm)

11 November 2009

Olahragawan Juga Pahlawan

Maya Mandley

Aku gak tahu gimana mulanya, tapi yang jelas sejak kecil aku ini seorang pencinta olahraga. Meski sebatas nonton dan gak senang melakukannya. Aku senang nonton semua olahraga ,kecuali olahraga keras seperti tinju, karate dan sejenisnya. Masih ingat waktu aku kecil, saat saluran TV cuma TVRI, satu kampung selalu menyaksikan piala Thoma dan Uber di rumah, Seru juga. Selain bulutangkis, aku juga senang nonton Volley, tenis, basket, bahkan baseball. Dan sekarang, aku juga mulai suka American football.


Hobbyku sepertinya tersalurkan sejak aku merantau di Amerika. Di TV tinggal pilih channel olahraga yang aku mau. Bahkan di awal-awal kedatanganku, aku langsung mencintai olahraga baseball yang sangat populer di sini. Karena aku tinggal di NY area, otomatis aku jadi fans club lokal bernama Yankees. Club yang tergolong tua ini, di musim kompetisi kemarin, kembali memboyong piala World Series untuk ke 27 kalinya. Seperti jadi tradisi, para olahragawan yang bayarannya gak kalah dengan aktris hollywood ini, diarak keliling kota NY lewat parade yang bernama ticker tape.

Maksudnya, si olahragawan yang dianggap pahlawan ini diarak keliling kota lewat mobil hias dan, karena NY dipenuhi bangunan-bangunan tinggi, siapapun dibolehkan (bahkan dianjurkan dan sengaja disediakan) melempar kertas-kertas dari recycle. TV lokal menyiarkan parade ini secara langsung sejak pagi hari. Sementara warga yang jadi fans berat club ini, sudah mempersiapkan diri sejak pagi hari.

Aku dan beberapa temanku sempat berfikir untuk melihat parade itu. Tapi niat itu aku batalkan karena aku bisa bayangkan bagaimana ruwet dan ramenya suasana di sekitar parade. Bahkan ada warga yang sengaja datang jam 4 pagi, meski parade dimulai jam 11, agar mereka bisa melihat dari depan para atlet pujaan mereka. Sementara di tempat aku tinggal, yang harus naik kereta commuter untuk menuju kota NY, kereta commuter sengaja menambah jadwal kereta untuk bisa mengangkut warga yang ingin menyaksikan secara langsung parade. Aku yang kebetulan juga akan menuju ke tujuan yang sama, ikut melihat bagaimana warga di sekitar tempat aku tinggal (yang berjarak kira-kira 1,5 jam dari kota NY) bersiap sejak jam setengah 7 pagi.

Mereka ini tak cuma ABG yang haus hiburan, tapi ada juga keluarga dengan 2 anak yang masih usia balita. Kalo dilihat dengan alasan praktis, sangat tidak bertanggung jawab. Namun alasan orang tua membawa anak-anaknya sejak dini (bahkan ada yang masih bayi), selain untuk bergembira bersama atlet yang mereka anggap pahlawan, juga untuk mengenalkan pada mereka tentang olahraga sejak dini. Siapa tahu saat mereka besar nanti, bisa jadi pilihan karir mereka. Karena atlet di Amerika, tak ubahnya seperti eksekutif yang bekerja di kantor. Bahkan gaji mereka bisa mengalahkan eksekutif hanya dengan melempar atau menangkap bola di lapangan.

Diakui atau tidak, olahraga juga sudah jadi industri besar di Negara Uncle Sam ini. Setiap cabang olahraga punya induk olahraga masing-masing dan dikelola secara professional. Jadi tak heran kalo setiap tahun, warga Amerika punya jadwal olahraga sendiri setiap musimnya. Karena memang setiap cabang olahraga yang digelar, jadi mata rantai industry bagi warga. Mulai dari harga tiket yang melangit, makanan bahkan hiburan. Seperti beberapa waktu lalu saat aku menyaksikan salah satu pertandingan bola basket kelas NBA. Sejak pintu masuk, aku bisa liat bagaimana rantai industri itu dimulai.

Mulai harga tiket yang melambung (tergantung kursi tentunya), Para penjual makanan dan minuman yang harganya bisa 4 kali lipat daripada harga diluar. Karena memang penonton tidak diperbolehkan membawa makanan atau minuman dari luar. Sampai para pendukung acara di lapangan saat time out. Sementara para fans kesadaran mereka juga sangat tinggi. Kebetulan saat itu yang duduk di sebelahku, adalah pendukung tim lawan. Tapi kami tetap saling menghormati. Aku berteriak saat timku menang, dan menggerutu saat tim lawan menang. Hal yang sama dilakukan penonton yang duduk di sebelahku.

Namun saat pertandingan usai, tak ada rasa sakit hati apalagi balas dendam. Karena memang, kita menonton pertandingan langsung itu untuk hiburan, bukan untuk cari lawan. Aku juga berharap penonton sepakbola di Indonesia juga bisa seperti itu. Sehingga aku tak lagi melihat berita tawuran antar penonton, saat pertandingan atau saat pertandingan usai.

Majulah dunia olahraga Indonesia !!!

10 November 2009

ITS Beri Apresiasi Alumni dan Kolega

Press Release

Acara puncak peringatan Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ditandai dengan Rapat Terbuka Senat di Grha 10 Nopember ITS, Selasa (10/11).
Dalam rapat terbuka senat tersebut, Rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD menyampaikan laporan tahunan rektor kepada para undangan yang hadir baik dari kalangan sivitas akademika ITS maupun dari luar. Termasuk beberapa di antaranya alumni dan undangan khusus dari mancanegara.


Dalam laporannya, Probo memaparkan pencapaian ITS selama setahun. Sesuai program strategis rektor (PSR) 2007-2011, ada tiga sasaran utama dalam pengembangan ITS yaitu kontribusi nasional, reputasi internasional dan transformasi organisasi.
”Upaya tersebut diwujudkan melalui peningkatan untuk tiga bidang utama,” jelas rektor yang akrab disapa Probo ini.

Yakni, bidang mahasiswa dengan meningkatkan kualitas input dan output mahasiswa serta pemberdayaan melalui program penunjang seperti UKM (unit kegiatan mahasiswa). Untuk bidang dosen dan karyawan telah berhasil meningkatkan produktivitas intelektual output, sedangkan untuk bidang organisasi adalah peningkatan utilisasi asset dan digitalisasi pendataan serta pengembangan pusat bahasa asing.

Di acara tersebut juga diberikan sejumlah penghargaan untuk beberapa kategori sebagai bentuk apresiasi ITS pada mereka yang berjasa membantu kemajuan ITS. ”Ini merupakan bentuk apresiasi dan kebanggaan bagi kami bisa bekerja sama dengan para penerima award ini,” tutur Probo.

Yakni kategori International Award, Alumni Award dan Research Award. Penghargaan internasional diberikan kepada Prof Kenji Ishida dari Kobe University, Jepang dan Prof Liao Ching Jong mewakili Prof Chen Shi Shuen dari National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), Taiwan.

Sedang untuk kategori alumni diberikan kepada Ir Rukmi Hadihartini selaku direktur pengolahan PT Pertamina, Dr Ir Herman Widyananda SE Msi yang baru dilantik sebagai wakil ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI), Ir Muhammad Najib MSc selaku anggota DPR-RI, dan Ir Budi Indianto MBA selaku Deputi Operasi BP Migas.

Sementara untuk kategori research diberikan Ummi Laili Yuhana Skom MSc dan Hariyati Purwaningsih Ssi MSi sebagai peneliti perintis, serta Dr Ir Arief Widjaja Meng dan Suntoyo ST Meng PhD sebagai peneliti produktif.

ITS Kenalkan Sistem Cerdas Kendaraan Nir Awak

Acara puncak dies natalis ITS ini juga diisi dengan orasi ilmiah oleh Dr Subchan SSi MSc, yang mempresentasikan penemuannya dalam pengoperasian sistem cerdas kendaraan nir awak (tanpa awak). Penemuan ini telah memenangkan penghargaan MOD Grand Challenge United Kingdom 2008, yakni sebuah kompetisi teknologi alat pertahanan yang digelar Departemen Pertahanan Inggris.

Sistem ini terdiri dari pesawat udara nir awak yang terbang tinggi (PUNAT), pesawat udara nir awak mikro (PUNAM), robot nir awak (RNA) dan pusat kontrol. Sistem ini berfungsi untuk mendeteksi bahaya dalam pertempuran dari jarak jauh, sehingga meminimalisasi jatuhnya korban.

Sebelumnya, puncak Dies Natalis ITS ke-49 ini juga diperingati dengan upacara bendera, pagi harinya. Dalam upacara peringatan Hari Pahlawan di lapangan Perpustakaan ITS ini juga diberikan penghargaan untuk sivitas akademika ITS yang berprestasi dan juga jurusan-jurusan yang terbaik dalam pengelolaan manajemennya.

[ Puisi ] Awas Ibu Marah

Syarif Wadja Bae

senandung langit mengibas senyum sinis
hati yang dilahap keakuan akal.
seketika ludahmu ingin menampar lakumu
yang merobek ujung malam saat ayam jantan
menunggu giliran kumandangkan pagi yang jernih
yang siap kau kotori lagi.

09 November 2009

Hari Pahlawan di Puncak Kilimanjaro Afrika

Humas Unair

Kabar menggembirakan datang dari Pusat Informasi Tim Ekspedisi Kilimanjaro Airlangga Indonesia (EKAI). Senin 9 November 2009 tadi malam, tiga anggota Wanala Unair yang melakukan ekspedisi pendakian ke puncak tertinggi ke-4 di dunia itu, sudah sampai di Barafu Hut, camp terakhir yang jaraknya tinggal 5 km dari puncak Uhuru – nama puncak tertinggi Kilimanjaro, sehingga Selasa 10 November 2009 optimis sudah sampai di Puncak Kilimanjaro.



”Setelah istirahat cukup di Barafu, Selasa dini hari 10 Nopember ini teman-teman akan meneruskan pendakian menuju Uhuru Peak setinggi 5895 meter diatas permukaan laut (mdpl), dan sesuai rencana tanggal 10 November pagi WIB sudah sampai di puncak Kilimanjaro,” kata Alfonsus Galih P, Ketua Umum Wanala Universitas Airlangga, Senin siang kemarin, didampingi Pembina UKM Wanala, Drs. Gitadi Tegas M.Si, yang setia setiap hari berjaga di pusat informasi Indonesia, di sekretariat UKM Wanala Unair di kampus B.

Tiga mahasiswa Unair yang sedang berjuang menaklukkan Gunung Kilimanjaro tersebut adalah Dicky Arimiantoro (24), mahasiswa FE Unair dan Ketua Tim Ekspedisi Kilimanjaro Airlangga Indonesia (TEKAI), Salim Basalamah (23/mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya/FIB Unair), dan Awang Pradana Paksi (22/mahasiswa D3 Inggris FIB). Mereka menuju puncak Kilimanjaro melalui rute terpanjang tetapi terindah, yaitu Lemosho. Sedang turunnya melalui jalur lain, yaitu Mweka Route.

Aktivitas pertama setelah di puncak, lanjut Alfons, Dicky Dkk akan melaksanakan upacara Hari Pahlawan 10 November sekaligus HUT Unair yang juga jatuh pada 10 November. Dalam upacara itu kemudian mengibarkan tiga bendera sekaligus, yaitu bendera Merah Putih, bendera Universitas Airlangga, dan bendera Wanala Unair. Setelah itu akan mengabadikan seperlunya dan membuat dokumentasi-dikumentasi yang lain.

Selaku pembina, Drs. Gitadi Tegas menyatakan bersyukur bahwa anak didiknya menjalankan visi-misi sesuai dengan yang direncanakan sejak 9 bulan yang lalu. “Ini betul-betul menggembirakan kita semua, sebab berita yang kami monitor setiap saat dari ketiga atlet pendaki, selalu baik-baik saja, baik mengenai perbekalan, ketiadaan gangguan, dan kesehatannya,” ujar Gitadi, dosen FISIP Unair itu.

Alfons menambahkan, Senin siang kemarin tiga pemuda Kota Surabaya itu masih dalam perjalanan dari Karanga Valley (3995 mdpl) menuju Barafu (4673 mdpl). Dicky Dkk akan istirahat di Barafu, dimana juga tersedia Hut atau semacam pondok yang bisa digunakan tempat menginap bagi pendaki. Kendatipun disini tidak ada sumber air, tetapi perbekalan Tim EKAI sangat terjaga dan tidak ada masalah, demikian kesehatan ketiga pendaki. Informasi demikian selalu dimonitoring Tim Indonesia dengan menggunakan satelit komunikasi yang bisa diakses oleh ketiga pendaki.

Kendatipun dari Barafu menuju Puncak Uhuru (puncak tertinggi Kilimanjaro) tinggal 5 km saja, namun sesuai prediksi semula memerlukan waktu tempuh 8 jam. Karena itulah Tim EKAI akan berangkat dari Barafu pada Selasa dini hari, sehingga pada tanggal 10 November 2009 sudah sampai di puncak.

Setelah membuat dokumen seperlunya, hari itu juga Tim EKAI akan segera turun. Untuk climb down (menurun) menuju Barafu, kendati hanya berjarak 5 km tetapi bisa ditempuh 3 jam saja (bandingkan ketika naik perlu ditempuh 8 jam). Tim akan turun melalui jalur Mweka. Pada Sabtu 14 November 2009 diharapkan tiga pendaki sudah sampai di Kota Nairobi, dan Selasa 17 November terbang ke Jakarta. Setelah istirahat sehari di Jakarta, baru pada Kamis 19 November tiga pendaki tiba di kampus almamater Universitas Airlangga.