Iman D. Nugroho
Korban lumpur Lapindo dari tiga desa, Desa Besuki, Desa Kedung Cangkring dan Desa Pajarakan menuntut Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat Peraturan Presiden (Perpres) yang berisi percepatan pembayaran ganti rugi lahan berdampak lumpur. Tuntutan itu terlontar dalam demonstrasi di depan gedung DPRD Sidoarjo, Rabu (2/04) ini di Sidoarjo.
Demonstrasi yang digelar sejak pagi itu sekaligus mengawal perjalanan Panitia Khusus (Pansus) Lumpur DPRD Sidoarjo, yang hari ini membacakan laporan pertanggungjawaban di depan Rapat Paripurna DPRD Sidoarjo. Dengan menggunakan truk, mobil dan ratusan sepeda motor, massa melakukan konvoi dari lokasi pengungsiaan di Desa Besuki, Porong menuju Sidoarjo yang berjarak 20-an KM.
Massa aksi yang kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak ini langsung merangsek ke depan gerbang DPRD Sidoarjo. Polisi yang berjaga di dalam dan di luar gedung mengawasi massa yang berorasi dan mencaci maki anggota DPRD Sidoarjo. Demonstran mengangap DPRD Sidoarjo tidak memiliki "gigi" untuk mendesak Lapindo untuk segera menepati janji. "Tolong lihat kami korban lumpur ini, jangan hanya duduk di dalam gedung saja," orasi salah satu warga.
Kekecewaan demonstran korban lumpur kembali mencuat ketika perwakilan 15 desa yang diundang dalam Rapat Paripurna DPRD Sidoarjo keluar ruangan dan mengabarkan tidak adanya hal baru dalam Laporan Pertanggungjawaban Pansus Lumpur. Massa yang awalnya hanya duduk-duduk, langsung merangsek ke pintu gerbang DPRD Sidoarjo. Beberapa berusaha mendobrak gerbang, namun dihalangi polisi.
Koordinator Lapangan aksi, Abdul Rokhim mengatakan seharusnya Pansus Lumpur DPRD Sidoarjo bisa lebih mendukung korban lumpur Lapindo dengan membuat keputusan yang lebih "tajam". Seperti merekomendasikan Presiden SBY untuk segere membuat Perpres percepatan pembayaran. "Tapi hal itu tidak terjadi, sama sekali tidak ada yang baru dalam laporan Pansus Lumpur," kata Abdul Rokhim.
Minimal, Pansus Lumpur bisa selangkah lebih maju dengan mendesak Badan Penanganan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk berani mengumumkan daerah-daerah mana saja yang masuk dalam zona berbahaya atau Dangerous Zone. Dengan begitu, penduduk yang saat ini masih bertahan di kawasan tersebut akan bisa bersiap-siap bila ada hal buruk, atau malah mengungsi. "Tapi semuanya tidak terjadi, usulan Pansus Lumpur, basi," katanya.
02 April 2008
01 April 2008
BRAngerous, Unjuk Gigi Komunitas Ber-BRA

BRAngerous bisa dibilang sebagai "barang baru" di dunia seni Surabaya. Berawal dari sebuah komunitas seni di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, BRAngerous lahir tanpa sengaja. "Kelahiran BRAngerous memang tanpa disengaja pada Maret 2007, awalnya kami hanya ingin menjawab pertanyaan: Kenapa tidak ada seniwati muda dari Surabaya? Ternyata, jawaban itu berupa eksistensi kegiatan seni," kata Maria Gareti Erit Mandiri, pimpinan BRAngerous pada The Jakarta Post.
Nama BRAngerous berasal dari dua kata bra atau BH dan dangerous (berbahaya). Megapa bra? "Bra adalah simbol dari peralatan yang paling privat dan terdalam milik wanita, maksudnya, karya yang kita hasilkan adalah karya dari kemampuan privat dan mendalam milik kita," ungkap Maria. Sementara dangerous berarti "membahayakan". Bila digabungkan, BRAngerous berarti sebuah seruan "awas!", atas sebuah karya dari seniwati perempuan yang pantas diperhitungkan. "Watch out atas karya kami!" kata perempuan berumur 23 tahun ini.
Dari semangat itu, perlahan-lahan, anggota BRAngerous mengumpulkan seniman-seniman muda dari Kota Pahlawan untuk diajak bergabung dalam satu wadah. Entah mengapa, getok tular itu direspon oleh seniwati yang kebanyakan adalah anak-anak muda. Hingga saat ini ada 40-an anggota BRAngerous yang tergabung dalam komunitas itu. Dari semuanya, terkumpul ratusan karya.Mulai karya fotografi, lukisan hingga seni jahit menjahit.
Pameran di CCCL Surabaya 1-5 April 2008 ini adalah debut pertama BRAngerous. Maria mengungkapkan, melalui pameran ini BRAngerous akan "mengukur" sejauh mana animo masyarakat pada karya seni yang dibuat oleh seniwati perempuan muda. Termasuk, sejauh mana publik Surabaya menilai karya seni alternatif yang ditawarkan BRAngerous. Kealternatifan BRAngerous tampak dari karya desain bra yang dipajang di CCCL Surabaya.
Tidak hanya itu, penonton yang mendatangi pembukaan workshop BRAngerous akan diajak untuk menciptakan seni dengan bahan baku bra. "Dari situ akan tampak, bagaimana kemampuan seni masyarakat kita, dengan menghias sesuatu yang selama ini dianggap tabu untuk disentuh dan diinovasi menjadi sesuatu yang lebih bernilai seni," ungkap Maria.
Sayangnya, baik Maria maupun anggota BRAngerous tidak memiliki filosofi lebih menyangkut apa yang mereka kerjakan. Buktinya, meskipun mengusung nilai keperempuanan namun, Maria mengaku seluruh anggota BRAngerous tidak mengerti dengan isu-isu keperempuanan. "Kita sama-sekali buta dengan hal itu, maklum hampir semuanya anak muda, mungkin dengan pameran ini, kami akan mendapatkan masukan," katanya.
TNI AL Tangkap Kapal Thailand
Penangkapan kapal asing kembali dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Minggu (30/03/08) kemarin, kapal patroli KRI Abdul Halim Perdana Kusuma menangkap sebuah kapal berbendera Thailand M.V. Eksrwichai-19 yang sedang melakukan penangkapan ikan di laut Aru.
Ketika ditangkap oleh KRI yang dikomandari oleh Letkol Laut (P) Robert Tapangan itu, M.V. Eksrwichai-19 baru saja melakukan proses illegal fishing. Hal itu terbukti dengan masih sedikitnya ikan yang ada di kapan itu. "Jumlahnya sekitar 40 ton, itu jumlah yang masih sedikit untuk kapal dengan ukuran 107 GT," kata Dinas Penerangan Armatim Tony Syaiful pada The Jakarta Post, Senin (01/04).
Berdasarkan pemeriksaan sementara, M.V. Eksrwichai-19 terbukti menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI). Seharusnya besar jaring hanya sepanjang 2,5 Km, tapi kapan yang dinakhodai oleh Lun Naprakhon itu menggunakan jaring sepanjang 7,5 Km. Karena jaring itulah, jenis ikan yang ditangkap oleh M.V. Eksrwichai-19 sangat beragam dan memiliki kualitas bagus.
Pada penangkapan itu, sebanyak 26 anak buah kapal (ABK) ditangkap. Tiga orang diantaranya berkebangsaan Indonesia, sementara sisanya berkebangsaan Thailand. Kapal MV Eksrwichai-19 dibawa menuju pangkalan TNI AL Lanal Aru untuk proses hukum lebih lanjut. "Kasus itu akan diteruskan ke meja hukum," kata Tony.
Bulan April adalah bulan di mana kondisi cuaca sangat mendukung untuk proses pelayaran. Bulan-bulan ini jugalah, nelayan dari Samudra Atlantik masuk ke perairan Indonesia terdekat, yakni laut Aru. "Karena itulah, patroli akan terus dikonsentrasikan terutama untuk illegal fishing, kami yakinkan, penegakan hukum akan terus dilakukan," kata Tony.
Ketika ditangkap oleh KRI yang dikomandari oleh Letkol Laut (P) Robert Tapangan itu, M.V. Eksrwichai-19 baru saja melakukan proses illegal fishing. Hal itu terbukti dengan masih sedikitnya ikan yang ada di kapan itu. "Jumlahnya sekitar 40 ton, itu jumlah yang masih sedikit untuk kapal dengan ukuran 107 GT," kata Dinas Penerangan Armatim Tony Syaiful pada The Jakarta Post, Senin (01/04).
Berdasarkan pemeriksaan sementara, M.V. Eksrwichai-19 terbukti menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI). Seharusnya besar jaring hanya sepanjang 2,5 Km, tapi kapan yang dinakhodai oleh Lun Naprakhon itu menggunakan jaring sepanjang 7,5 Km. Karena jaring itulah, jenis ikan yang ditangkap oleh M.V. Eksrwichai-19 sangat beragam dan memiliki kualitas bagus.
Pada penangkapan itu, sebanyak 26 anak buah kapal (ABK) ditangkap. Tiga orang diantaranya berkebangsaan Indonesia, sementara sisanya berkebangsaan Thailand. Kapal MV Eksrwichai-19 dibawa menuju pangkalan TNI AL Lanal Aru untuk proses hukum lebih lanjut. "Kasus itu akan diteruskan ke meja hukum," kata Tony.
Bulan April adalah bulan di mana kondisi cuaca sangat mendukung untuk proses pelayaran. Bulan-bulan ini jugalah, nelayan dari Samudra Atlantik masuk ke perairan Indonesia terdekat, yakni laut Aru. "Karena itulah, patroli akan terus dikonsentrasikan terutama untuk illegal fishing, kami yakinkan, penegakan hukum akan terus dilakukan," kata Tony.
31 Maret 2008
Karena Kincir Air Mengalir

----------
Seperti sore-sore yang lain, sore di Minggu (27/03/08) ini adalah waktu bagi penduduk Desa Joho, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk untuk mengambil air bagi kebutuhan keluarga. Dari rumah yang tersebar hingga 1 Km, mereka berjalan menuju ke sumber air terdekat untuk mengangsu (mengambil air dalam bahasa jawa-RED).
Bedanya, sejak dua bulan lalu penduduk Desa Joho tidak perlu mengangsu ke sumber air di dasar jurang Padas Ombo. Melainkan, cukup datang ke ujung desa, tempat kincir angin berada. Dua hidran umum di bawah kincir angin itu sudah terisi air untuk "diangsu" secara gratis. Tinggal memasukkan selang ke dalam wadah, memutar kran dan,..curr, air pun mengalir deras.
Pembangunan kincir angin di Desa Joho adalah program Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memenuhi kebutuhan air di lokasi-lokasi yang sulit air. Desa Joho, adalah salah satu kawasan yang terpilih karena air tergolong langka di desa ini.
"Memang di Desa Joho membutuhkan air bersih, penduduknya yang miskin membuat air semakin sulit didapatkan, apalagi penduduk tidak punya uang untuk memberli pompa dan menyedot air dari sumbernya," kata Nugroho, Kepala Seksi Penyediaan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kabupaten Nganjuk.
Karenanya, penduduk menyambut baik pembangunan kincir angin bermerk Yellowtail buatan Australia ini. Sebuah lahan berukuran 25 M2 pun diberikan secara gratis oleh warga untuk membangunan kincir angin berpakasitas 21 ribu liter perhari itu. "Kita membayangkan mudahnya mengambil air," kata Mairin, penduduk Joho.
Harapan itu menjadi kenyataan, ketika kincir angin itu tegak berdiri. Air yang berada 80 meter di bawah permukaan tanah itu terpompa ke atas dan mengalir ke hidran sebagai tempat penampungan sementara. Penduduk yang membutuhkan air, bisa mengambilnya di kran air yang terletak di bagian bawah hidran.
Penggunaan kincir angin khas Australia ini memang pas dibangun di Nganjuk. Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Angin itu memiliki "bahan baku" angin untuk memutar kipas kincir angin. "Tidaknya itu, kincir jenis ini tetap berputar hanya dengan kecapatan angin 3.5 m/s," kata Geoffrey J. Moore, Managing Director W.D. Moore & co, perusahaan asal Australia Barat, tempat pembuatan kincir angin ini.
Geoffrey datang secara khusus ke Nganjuk dan Tulungagung untuk mengawasi pemasangan kincir angin. Geoffrey menjelaskan, di Australia, kincir angin adalah teknologi yang sudah digunakan bertahun-tahun. "Kurang lebih 146 tahun penduduk Australia menggunakan kincir angin," katanya.
Kondisi geografis di Indonesia, menurut Geoffrey hampir sama dengan di Australia. Karenanya, sama seperti di Australian, kincir angin pun bisa digunakan di Indonesia. "Kedalaman sumber air yang bisa diangkat oleh kincir angin jenis ini hingga 100 meter di dalam tanah," jelasnya.
Meski memiliki berbagai keunggulan, kincir angin jenis ini memiliki harga yang tergolong tinggi untuk ukuran Indonesia. Satu set kincir angin yang kini bahan-bahannya diproduksi oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia (SPINDO) berharga Rp.130 juta. Sepadankan harga itu dengan pemenuhan air di sebuah daerah miskin?
Entahlah. Yang pasti, kincir angin yang ada di Desa Joho mampu membuat Painem dan penduduk Desa Joho yang lain tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengambil air dari dasar jurang. Karena karena kincir air bisa mengalir,..
Komplit Melihat Wayang Kulit

Pagelaran wayang kulit selalu menarik. Ketradisionalan tersaji utuh dalam keunikan budaya Jawa yang tidak pernah lepas dari unsur keindahan dan nilai luhur. Sejak persiapan, pagelaran wayang kulit sudah menghitung posisi, hari pelaksanaan, musik yang akan dimainkan, hingga lakon yang akan dipersembahkan semalam suntuk.
Hal itu juga yang tampak di Ponorogo, Jawa Timur, ketika Wayang Kulit akan dimainkan di alun-alun kota setiap Minggu terakhir setiap bulan. Minggu (27/03/08) lalu, wayang kulit di alun-alun Ponorogo menampilkan Poncolowo Krido yang dibawakan oleh dalang Setyo Laksono Putro dari Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Ponorogo.
Sejak awal, peralatan karawitan dari kelompok karawitan Setyo Laras ditata sedemikian rupa. Gong, kendang, bonang dan peralatan lain menempati posisinya masing-masing. Panggung dengan wayang berjejer dan keber (layar) pun disiapkan. Termasuk lampur penerang di atas kelapa dalang dan sound system yang membuat pagelaran wayang kulit itu bisa maksimal.
Hujan yang mengguyur Ponorogo sepanjang siang hingga dini hari tidak menyurutkan antusias warga ponorogo untuk datang ke alun-alun malam itu. Begitu juga dengan pedagang kaki lima yang sejak sore sudah menyiapkan dagangannya di lokasi pertunjukan. Benar-benar sebuah pesta rakyat. Ketika dalang Setyo Laksono Putro naik dan mulai memainkan wayangnya, penonton pun mengikuti hingga usai.