Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

19 Februari 2008

Warga Marah, Jalur Porong Diblokade

Rapat Paripurna DPR RI dengan Tim Pengawas Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (TP2LS) yang menetapkan kasus semburan Lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo sebagai bencana nasional, disambut demonstrasi jalan oleh masyarakat lima desa di Porong, Selasa (19/02/08) ini. Dalam demo itu mereka melakukan pemblokiran jalan dan rel kereta api.

-------------------------

Massa berjumlah sekitar 3000-an orang itu itu berasal dari Desa Siring, Desa Mindi, Desa Besuki, Desa Pejarakan, dan Desa Kedung Cangkring. Sejak pagi, mereka bergelombol di ujung jembatan Porong Sidoarjo. Massa menuntut agar hasil rapat paripurna yang hari ini bisa memenuhi rasa keadilan dan memperjelas nasib korban lumpur. Syukur-syukur bisa mengubah peta berdampak yang kini tidak memasukkan desa mereka.

Dari spanduk dan selebaran yang mereka bawa, tampak sekali adanya ketidakpuasan warga terhadap proses politik yang berlangsung di DPR-RI yang menetapkan kasus lemburan lumpur Lapindo sebagai bencana nasional. "Artinya, kita yang menjadi korban lumpur hanya akan mendapat ganti rugi sebanyak Rp.15 juta saja, lalu di mana tanggungjawab Lapindo yang bertanggungjawab dengan peristiwa ini," kata Sunarto, warga Pajarakan.

Selain tidak setuju dengan status bencana nasional, demonstran juga menuntut adanya perubahan peta daerah berdampak lumpur dan pembayaran uang sisa 80 persen yang selama ini belum dibayarkan. Jadwal yang diterima Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dari Minarak Lapindo Jaya, uang pembayaran sisa 80 persen itu akan dibayarkan pada awal Mei mendatang.

Ada empat titik yang dalam demonstrasi ini diblokir oleh warga. Yakni Raya Porong, Jembatan Porong, eks Jembatan Tol Porong-Gempol, dan jalan alternatif Siring Barat. Di titik-titik itu, massa melarang pengendara untuk melintas. Beberapa kendaraan yang sudah terlanjur ada di lokasi demonstrasi diminta untuk memutar dan mengambil jalan lain.

Polres Sidoarjo menyarankan masyarakat untuk mengambil jalan melingkar melalui Kecamatan Krian, menuju ke Taman dan Mojosari kemudian ke Malang atau Pasuruan ke arah Bali. Sementara untuk jalur kereta api yang juga diblokade dengan menggunakan balok kayu dan batu, membuat lima KA jurusan ke dan dari arah Malang dan Banyuwangi seperti KA Mutiara Timur, Malang Expres, KA Cantik, KA Penataran dan KA Barang tidak bisa melanjutkan perjalanan.

Hingga berita ini diturunkan, belum jelas kapan jalur-jalur itu akan dibuka. Sekitar 1500 ribu polisi yang disiagakan di lokasi belum mendapatkan kepastian kapan akan melakukan pembubaran massa. "Saya menghimbau nanti malam, sekitar pukul 22.00 demonstrasi bisa berakhir," kata Kasatlantas Polres Sidoarjo, Andi Yudianto.

18 Februari 2008

Kesederhanaan Haul Pacitan

Ki Bonokeling, Ki Setroketipo dan Kanjeng Jimat mungkin tidak pernah menyangka, sejarah yang mereka toreh di Pacitan terus dikenang oleh anak cucu mereka hingga kini. Di pusara ketiganyalah, warga Pacitan mengawali peringatan Hari Ulang Tahun ke-623 Kabupaten Pacitan dengan kesederhanaan.

--------------

Tidak seperti areal pemakaman kebanyakan, areal pemakaman Giri Sampoerno di Desa Tanjung Asri, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan Jawa Timur terletak di atas bukit. Tempat peristirahatan terakhir warga sekitar itu memenuhi hampir seluruh permukaan bukit satu kilometer dari pusat kota asal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Di Giri Sampoerno itu jugalah bersemayam Joyoniman atau Kanjeng Jimat, Bupati Ke-12 Pacitan. Bagi masyarakat Pacitan, Kanjeng Jimat adalah tokoh besar yang memulai pembangunan kota itu. Tokoh ini dikeramatkan karena melalui tokoh inilah Islam mulai menyebar di Pacitan. "Sejak Kanjeng Jimat itu menjabat, Pacitan tumbuh menjadi daerah yang maju," kata Imam Koesno, sesepuh yang juga juru kunci pemakaman Kanjeng Jimat pada The Jakarta Post.

Sejarah Pacitan berawal dari kedatangan Ki Bonokeling, salah satu utusan Raja Brawijaya ke daerah di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah ini, pada abad ke XII M. Keturunan Ki Bonokeling menjadi penguasa hingga empat generasi. Ketika Islam mulai masuk, Ki Bonokeling ke-IV yang menjadi penguasa daerah itu keberatan ketika Kyai Ageng Petung, salah satu penyebar Islam di tanah Jawa, menyebarkan agamanya ke Pacitan. Keduanya bersitegang dan beperang.

Konon, Ki Bonokeling ke-IV memiliki kesaktian yang membuatnya tidak bisa dibunuh. Dalam perang itu, Kyai Ageng Petung berhasil membunuhnya dengan memenggal tubuh Ki Bonokeling menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian tubuhnya dimakamkan di tiga tempat berbeda, yang dipisahkan dengan aliran sungai. Islam pun mulai tumbuh di Pacitan.

Nama Pacitan berasal dari kata Pace (buah Pace). Nama itu pertama kali disebutkan oleh Raja Mangkubumi yang berhasil disembuhkan oleh air buah pace saat lumpuh. Setroketipo, salah satu keturunan Bonokeling ke-V yang beragama Islam, adalah orang yang memberikan air itu kepada Mangkubumi.

“Sejarah berlanjut, hingga akhirnya Pacitan dipegang oleh Joyoniman atau Kanjeng Jimat, keturunan ke-XII Bonokeling yang berkuasa sejak 1840,” ungkap Koesno mengutip kitab Babad Pacitan. Kata jimat atau kabarang keramat yang diberikan kepada Joyoniman berawal dari tugas yang diberikan Pangeran Diponegoro kepada Joyoniman untuk bisa menjaga gedung yang berisi barang keramat.

Kanjeng Jimat adalah sosok yang sederhana dan penganut Islam yang taat. Pembangunan Pacitan beraroma keislaman adalah salah satu cita-citanya. Karena itu pun ketika Kanjeng Jimat meninggal dunia, dia mewasiatkan untuk dikubur di atas bukit yang berhadapan dengan kota Pacitan. Seperti di Giri Sampoerna sekarang.

Dari lokasi makam Kanjeng Jimat, kota Pacitan, berikut hamparan Pantai laut Selatan Teleng Ria terlihat jelas. Meski di sana bersemayam tokoh besar Pacitan, namun makam seluas 8x10 meter itu tergolong sederhana. Tidak ada ornamen khas Pacitan yang terukir di sana. Hanya bangunan rumah yang berdampingan dengan mushola Kanjeng Jimat.

Meski demikian, makam Kanjeng Jimat menjadi magnet bagi warga Pacitan yang masih bercaya pada kekeramatan sebuah makam. “Ada tiga makam di Pacitan yang sering dikunjungi untuk didoakan, Makam Kanjeng Jimat, Makam Setroketipo dan makam Buonokeling,” kata Koesno.

Kesederhanaan dan kekeramatan ala Kanjeng Jimat itulah yang menjadi salah satu ispirasi perayaan HUT Pacitan tahun 2008 ini. “Folosofinya adalah, menjadikan momentum ulang tahun Pacitan menjadi awal dari perubahan menjadi yang lebih baik dan religius,” kata Fathoni, Kepala Dinas Pariwisata Pacitan pada The Jakarta Post. Tanpa pagelaran hiburan rakyat dari 12 Kecamatan, Kirab Pusaka atau Pagelaran Wayang semalam suntuk. Puncak peringatan berupa dzikir akbar. "Ini adalah refleksi dari banyaknya problem yang dihadapi bangsa ini belakangan," kata Fathoni.

Pacitan memang memiliki sejarah yang jauh dari kegegapgempitaan. Daerah ini adalah daerah tunjuan raja-raja Jawa bila ingin melakukan tapa nyepi. Ketika Jendral Sudirman dikejar-kejar Belanda, Jendral Besar itu memilih bersembunyi di Pacitan dan memimpin strategi penyerangan di salah satu bukit di Pacitan. “Saya dengar, ada salah satu gua yang biasa dijadikan tempat bertapa raja-raja, juga digunakan oleh Almarhum mantan Soeharto,” kata Fathoni.

Kini, ketika Pacitan berulang tahun ke-623, semangat kesederhanaan itu kembali diusung. Kesederhanaan yang ditorehkan pertama kali oleh Ki Bonokeling, Ki Setroketipo dan Kanjeng Jimat.

16 Februari 2008

Guru Besar Matematika ITS Pertama

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menambah satu lagi guru besar. Prof. Dr Basuki Widodo, MsC dinobatkan menjadi guru besar matematika ITS yang pertama. Pria kelahiran Surabaya 5 Juni 1965 ini sekaligus menjadi guru besar termuda dalam sejarah ITS. ’’Kebetulan saya dapat SK ini September lalu dalam usia 42 tahun,’’ujarnya dalam konferensi pers pengukuhan guru besar di rektorat ITS, Kamis (14/2). Dengan pengukuhannya ini, Basuki menjadi guru besar ITS ke 64, ke 10 di FMIPA, dan pertama di Jurusan Matematika.

Basuki merupakan pakar ITS dalam bidang permodelan dan simulasi Matematika. Permodelan matematika miliknya sangat aplikatif. ’’Bidang ini bisa diterapkan di berbagai bidang ilmu,’’lanjutnya. Mulai Kelautan, lingkungan, perkapalan, pertahaman, material, geofisika, mekanika, ekonomi, kedokteran, teknologi pangan, hingga pertanian.

Seperti penghitungan angka mekatian ibu melahirkan, mengetahui kadar dipersi atmosfer di udara, hingga mengetahui jenis tanaman yang paling efektif menyerap CO2. ’’Permodelan ini juga pernah digunakan dalam bidang pertanian,’’lanjutnya.
Seperti riset terhadap tanaman kedelai jenis wilis yang dilakukannya bersama mahasiswa bimbingannya 2007 lalu. Hasilnya, permodelan ini dapat menghitung hama kedelai sekaligus menemukan solusi cara pengendalian hama kedelai tersebut tanpa proses kimiawi. ’’Caranya dengan mengetahui masa-masa hama tersebut. Kapan dia makan, kapan dia menyerang polong kedelai bisa diketahui dengan tepat,’’lanjutnya.
Tak hanya di bidang pertanian saja. Permodelannya telah dikembangkan menjadi sebuah software bernama Stealth Profiler. Software yang dibuat sejak tahun 2006 ini memang khusus dikembangkan untuk bidang pertahanan dan keamanan. ’’Ini software untuk mendeteksi stealth atau unsur siluman sebuah benda,’’lanjutnya.

Selama ini telah terdapat sotware untuk memprediksi RCS (Radar Cross Section) diantaranya CADRCS, EPSILON, dan RadBase. Keistimewaan software milik Basuki ini adalah asli buatan sendiri dan tidak mengadopsi ataupun pengembangan dari software-software yang ada. ’’Akses untuk mendapatkan sotfware-software itu tidak mudah, dan tidak dapat dimodifikasi sesuai dengan keperluan pengembangan teknologi stealth di Indonesia,’’papar pria yang juga menjabat sebagai ketua Jurusan Matematika ini.

Menurut bapak tiga anak ini, setiap benda pada dasarnya memiliki unsur siluman, yaitu dapat memancarkan gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh radar. Semakin kecil gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu benda, maka semakin besar sifat siluman pada benda tersebut.

’’Selama ini kita (Indonesia-red) masih belum bisa menghitung tingkat stealth suatu benda. Makanya gampang dimanipulasi oelh pihak-pihak asing,’’tambahnya. Sebagai contoh, teknologi stealth yang digunakan kapal nelayan luar negeri sudah sangat-sangat canggih. ’’Mereka bisa lolos terus dari pantauan radar kita karena tingkat penghitungan stealth mereka jauh lebih maju,’’ujarnya.

Dengan software ini, tingkat siluman sebuah benda dapat diketahui dengan pasti. Sehingga, alutsista yang memang membutuhkan stealh yang lebih tinggi dapat dibuat. ’’Saya pernah menghitung tingkat stealth tenda, kapal selam, pesawat, hingga orang,’’pungkasnya.

13 Februari 2008

Nunggu Kurir Noordin M. Top, Wartawan Diminta Pergi

Beberapa wartawan yang menunggu kedatangan kurir Noordin M. Top di markas Detasemen 88 Polda Jawa Timur di Surabaya diminta pergi oleh petugas jaga. Alasannya, kedatangan kurir Noordin M. Top tidak akan terjadi.

Kedatangan wartawan di Markas Detasemen 88 Polda Jatim berawal dari isu tertangkapnya kurir Noordin M Top di daerah Bondowoso, Jawa Timur, sekitar 180 Km dari Surabaya. Setelah dilakukan penyisiran, konon, Noordin juga ditangkap di kota yang dikenal dengan sebutan Kota Tape itu. Beredar kabar, Noordin langsung dibawa ke Jakarta, sementara kurirnya membawa ke Polda Jatim untuk diminta menunjukkan lokasi kantong teroris di Jawa Timur.

Teks foto:
Wartawan saat menunggu di Markas Detasemen 88 Polda Jatim

06 Februari 2008

Barongsai di Lobby Hotel


Barongsai di Lobby Hotel.
Kemeriahan menyambut Imlek terasa di Surabaya. Salah satunya, pertunjukan Barongsai di lobby Hotel Sheraton Surabaya, Rabu (6/2/08) malam. Dalam pertunjukan itu, tiga Barongsai dan Naga, beraksi di lobby hotel untuk menyapa pengunjung, setelah sebelumnya masuk ke kantor hotel untuk menyapa karyawan hotel.