Press Release
Babak baru dimulai oleh ITS dengan PT Garuda Maintenance Facilities (GMF) AeroAsia. Selasa(10/2), ITS dan PT GMF AeroAsia menandatangani nota kesepahaman di bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan.PT GMF menyediakan kesempatan bagi para lulusan ITS, magang para mahasiswa ITS serta menyedikan fasilitas untuk penelitian bagi civitas akdemika ITS. “Ini adalah hal baru bagi kita. Biasanya ITS dikenal di bidang kelautan dan dipermukiman. Sekarang sudah mulai rambah udara,”terang Rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo MS Phd usai menandatangani MoU di rektorat ITS.
Probo sangat bangga dengan kesempatan yang diberikan kepada ITS untuk membantu Industri maintenance bidang penerbangan. Karenanya, ITS siap menyediakan fasilitas jika dibutuhkan oleh perusahan yang berbasis di Bandara Soekarno Hatta Jakarta. ”Kami juga siap jika suatu saat PT GMF AeroAsia membutuhkan lahan misalkan untuk mendirikan tempat pusat training maintenance di kampus ITS ,” tambah Probo.
Selain itu Probo juga berharap jika bentuk kerjasama ini tidak hanya bermanfaat bagi ITS dan PT GMF AeroAsia saja. ”Semoga kerjasama ini bisa menghasilkan manfaat tidak hanya bagi kedua belah pihak tapi yang utama bagi bangsa Indonesia,” ulas Probo.
Sebagai pusat Maintenance, repair and Overhaul (MRO) kaliber dunia, bentuk kerjasama ini merupakan sebuah sarana membantu dunia pendidikan sekaligus lahan pencarian karyawan yang efektif dan efisien bagi PT GMF AeroAsia. ”Kerjasama ini selain bentuk kepedulian pendidikan juga merupakan sebuah cara yang dilakukan perusahaan kami untuk mencari karyawan yang harus dipersiapkan selama lima belasa tahun kedepan,” ungkap Richard Budihadianto, Direktur Utama PT GMF AeroAsia.
Dari kerjasama ini diharapkan kualitas salah satu anak perusahaan Garuda Indonesia (Garuda Indonesia Group) bisa meningkat dan ketersediaan SDM bisa terpenuhi serta lebih baik. ”Saat ini perushaan kami termasuk dari 40 besar MRO terbaik sedunia, harapannya kedepan melalui kerjasama ini bisa ditingkatkan lagi kualitasnya,”ujar Richard.
Dalam nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani, kerjasama ini selain menguntungkan PT GMF AeroAsia juga menyediakan banyak keuntungan bagi ITS. ”Melalui kerjasama ini, para civitas akdemika ITS kami fasilitasi untuk melakukan magang atau penelitian terutama bagi mahasiswanya. Selain itu kita juga menyediakan peluang lulusan ITS untuk menjadi karyawan di perusahaan kita,” ungkap Richard.
Richard juga menekankan pentingnya dunia penerbangan bagi Indonesia saat ini dan dimasa yang akan datang.”Sebagai negara kepulauan yang besar mutlak diperlukan sebagai alternatif transportasi, akan tetapi sampai saat ini jumlah pesawat tebang di Indonesia secara keseluruhan tidak lebih dari seribu buah” tambah Richard.
Hal tersebut disebutkan Richard sangat sedikit sekali dibandingkan dengan Amerika Serikat yang jumlah pesawat terbang komersialnya saja mencapai lima belas ribu buah.
Sementara itu, program magang ini juga tengah menjadi program rintisan bagi jurusan Teknik Industri ITS. ”Kami sedang menggodok agar program magang ini bisa dimasukkan ke dalam kurikulum 2009 ini,”terang Koordinator Pilot Project Program Magang Teknik Industri Dr Maria Anityasari.
Saat ini tengah diusulkan agar program magang dapat diekuivalenkan dengan dua SKS kerja praktek, lima SKS tugas akhir, dan 3 SKS mata kuliah topik industri. Menurut Maria, jika hal ini gol maka tidak hanya mahasiswa yang diuntungkan. Melainkan institusi dan perusahaan pun ikut diuntungkan. ”Selama ini mahasiswa yang mau magang harus cuti dulu, berarti waktu kuliah merak otomatis molor,”terangnya.
Selain itu jarak antara pengalaman magang dengan waktu lulus mereka terlalu lama. Sehingga, sertifikat magang yang mereka peroleh tidak banyak memberikan nilai tambah. Selain itu, tugas akhir yang mereka kerjakan benar-benar menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh industri itu sendiri. ”Tugas akhir sekarang kan banyak yang teoritik, kalau dengan sistem ini, mereka benar-benar punya masalah real yang harus dipecahkan,”tambahnya.
Sementara, ITS pun juga diuntungkan dengan sistem ini. ”Waktu tunggu lulusan semakin singkat, dan penyerapan lulusan ke dunia kerja semakin besar,”lanjutnya. Sedangkan pihak perusahaan, mereka mendapatkan solusi cepat untuk mengatasi permasalahan yang ada. ”Perusahaan juga membutuhkan fresh idea yang berasal dari mahasiswa2 kita,”lanjutnya. Dia berharap, rintisan ini dapat menjadi contoh bagi jurusan lainnya dan juga dapat diterapkan di institusi pendidikan lain.
Youtube Pilihan Iddaily: Pagar Laut
10 Februari 2009
Korban Gendam Tato Wajah Dilaser
DILASER. Korban gendam tato wajah asal Probolinggo mulai mendapatkan perawatan medis. Selasa (10/2/09) kemarin, dua korban Asmad dan Budi menjalani operasi laser di Surabaya Skin Centre (Pusat Kesehatan Kulit dan Laser) Surabaya. Melalui laser, tato yang menempel di wajahnya akan bisa dihilangkan. Biayanya tergolong fantastis, Rp.1,5 juta untuk 10 centimeter tato di wajahnya. Tentu saja, ada diskon khusus untuk keduanya.
Foto istimewa
Foto istimewa
09 Februari 2009
Massa Tuntut Kecurangan Pilkada Diusut Tuntas
Iman D. Nugroho, Surabaya
Sengketa pemilihan kepala daerah (pilkada) Gubernur Jawa Timur, terus berlanjut. Senin (9/2/09) ini, massa pendukung kandidat pilkada Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Pawaransa-Mudjiono atau KA-JI, menggelar demonstrasi di beberapa tempat untuk menuntut pelanggaran pilgub Jatim. Demonstrasi digelar di Markas Polisi Daerah Jawa Timur, Kantor Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) dan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur. "Kita tidak peduli siapa yang menang atau kalah dalam pilkada Gubernur Jawa Timur, yang kita inginkan bagaimana pelaksanaan pilkada bisa terlaksana dengan adil dan demokratis," kata Taufik, salah satu koordinator lapangan demonstrasi.
Dalam demonstrasi di kantor KPU Jawa Timur, massa yang datang bergelombang terhenti di ujung jalan Tanggulangin, Surabaya. Sekitar 10 meter dari kantor KPU Jawa Timur. Kawat berduri polisi dan barikade pasukan pengendali massa Polda Jawa Timur memblokade massa yang akan mendekati gedung KPU Jawa Timur. Massa akhirnya memilih duduk-duduk di depan kawat berduri sambil terus berorasi dan menggelar poster protes atas pelaksanaan pilkada ulang di Madura yang penuh kecurangan. "KPU Palsu, Fiktif, KPU Di Mana Tanggung Jawabmu
," tulis massa dalam poster yang digelarnya. Dalam demonstrasinya orator massa yang menyebut dirinya Lembaga Penyelamat Anak Bangsa (LPAB) mengingatkan berbagai pelanggaran yang dilakukan KPU Jawa Timur.
Doni Adi Negara, salah satu koordinator lapangan mengatakan, para pendukung KAJI memiliki bukti-bukti pelanggaran yang dibuat oleh KPU Jawa Timur. Bukti-bukti itu sudah diserahkan kepada Panitia Pengawas Pemilu dan akan diteruskan ke Polisi. "Panwas sudah memastikan bahwa kasus ini akan diteruskan melalui jalur hukum, ini meyangkut kepastian hukum dan polisi sudah mengakuinya, dan akan memanggil KPU Jawa Timur," kata Doni. Doni yang juga aktivis Partai Patriot ini meyakinkan, bila kasus ini tidak diusut tuntas, maka pendukung KAJI akan menggelar demonstrasi dengan massa lebih besar.
Lima perwakilan demonstrasi yang diizinkan bertemu dengan staf KPU Jawa Timur menyam
paikan dokumen pelanggaran yang ditemukan dalam pilkada ulangan di dua Kabupaten, Bangkalan dan Sampang di Pulau Madura. Sayangnya, tidak ada satu pun anggota KPU Jawa Timur yang bisa ditemui. Demonstran hanya diterima oleh Ketua Bagian Umum KPU Jawa Timur, Danarto. "Tolong sampaikan ke anggota KPU Jawa Timur, semua data ini adalah data valid yang ditemukan di lapangan, ini menjadi catatan karena data ini pula yang akan dijadikan data pada pemilu pemilihan legislatif dan pemilihan presiden mendatang," kata Faridatul, salah satu perwakilan.
Salah satu pelanggaran yang terdapat di data itulah munculnya 51 suara tambahan di beberapa TPS, dari jumlah suara yang digunakan dalam putaran 1 dan putaran 2. Juga ada ratusan nama dan alamat yang sama di daftar pemilih tetap (DPT). "Bagaimana mungkin ada nama dan alamat yang sama persis dan ada di daftar DPT yang ada di berbagai TPS yang berbeda, ini harus diusut," kata Faridatul.
05 Februari 2009
ITS Dipercaya Bina 50 Desa Pesisir Perbatasan
Press Release
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya telah dipercaya oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) untuk membantu membina desa-desa di pesisir Indonesia, terutama di wilayah perbatasan negara.
Program kerjasama berdasarkan MOU yang ditandatangani awal Desember 2008 lalu, itu secara resmi telah diluncurkan oleh Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Bakorkamla, Laksamana Madya TNI Budhi Hardjo, pada 3 Februari lalu di Desa Batu Belubang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kerjasama ini diwujudkan melalui keikutsertaan ITS dalam kegiatan-kegiatan Program Pemberdayaan dan Pembinaan Masyarakat Pesisir. Nantinya, ITS melalui dosen dan mahasiswanya, diharapkan untuk berperan aktif menjadi penyuluh dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pelatihan untuk masyarakat pesisir.
“Selain itu, nantinya temuan-temuan dosen ITS dalam bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) diharapkan juga dapat diterapkan atau digunakan di desa-desa sasaran,” jelas Prof Ir Djauhar Manfaat MSc PhD, Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS.
Untuk tujuan itu, dosen-dosen penemu ini diharapkan juga akan dilibatkan guna membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Rencananya, ada sekitar 50 desa yang akan menjadi sasaran pembinaan yang tersebar di beberapa provinsi. Di antaranya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan dua pulau di Mindanau Selatan. Desa-desa yang terpilih memang terletak pada daerah-daerah perbatasan antara Indonesia dan negara-negara tetangga.
Ini sesuai dengan tugas utama dari Bakorkamla sendiri. Yakni untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi keamanan, keselamatan kapal dan penegakan hukum di laut di Indonesia. Badan ini beranggotakan sekitar 12 pemangku kepentingan (stakeholders), antara lain Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perhubungan, Departemen Pertahanan, Departemen Keuangan, Departemen Hukum dan HAM, Departemen Luar Negeri, Mabes TNI, Mabes TNI AL, Mabes Polri dan lain-lainnya. Badan ini diketuai oleh Menko Polhukam dan dalam pelaksanaan hariannya dikepalai oleh Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar).
Program Pemberdayaan dan Pembinaan Masyarakat Pesisir ini merupakan salah satu program utama Bakorkamla di tahun 2009. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat pesisir melalui berbagai bidang kegiatan yang bersifat konstruktif maupun pembinaan SDM sesuai skala prioritas.
Selain itu, juga untuk meningkatkan pengetahuan pengembangan usaha mata pencaharian alternatif, dan memantapkan potensi dan usaha pengelolaan sumber daya laut yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
“Waktu pelaksanaan program di 50 desa ini direncanakan bisa berlangsung mulai Februari hingga Oktober 2009 mendatang,” ujar Djauhar. Jenis-jenis kegiatannya antara lain berupa ceramah dan penyuluhan, bakti kesehatan dan sosial, memberikan bantuan atau pengadaan atau rehabilitasi khususnya bantuan peralatan TTG, membantu budidaya misalnya ikan, rumput laut, kerang mutiara, serta memberikan pelatihan.
Menurut Djauhar, dengan adanya program pembinaan bagi desa pesisir perbatasan ini diharapkan juga mampu mengembalikan rasa nasionalisme masyarakat setempat agar tidak lagi tertarik untuk mengais rezeki di negeri tetangga yang berbatasan. Sebab mereka sudah bisa memberdayakan sendiri sumber-sumber alam yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomiannya. (HUMAS-ITS, 5 Februari 2009)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya telah dipercaya oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) untuk membantu membina desa-desa di pesisir Indonesia, terutama di wilayah perbatasan negara.
Program kerjasama berdasarkan MOU yang ditandatangani awal Desember 2008 lalu, itu secara resmi telah diluncurkan oleh Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Bakorkamla, Laksamana Madya TNI Budhi Hardjo, pada 3 Februari lalu di Desa Batu Belubang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kerjasama ini diwujudkan melalui keikutsertaan ITS dalam kegiatan-kegiatan Program Pemberdayaan dan Pembinaan Masyarakat Pesisir. Nantinya, ITS melalui dosen dan mahasiswanya, diharapkan untuk berperan aktif menjadi penyuluh dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pelatihan untuk masyarakat pesisir.
“Selain itu, nantinya temuan-temuan dosen ITS dalam bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) diharapkan juga dapat diterapkan atau digunakan di desa-desa sasaran,” jelas Prof Ir Djauhar Manfaat MSc PhD, Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS.
Untuk tujuan itu, dosen-dosen penemu ini diharapkan juga akan dilibatkan guna membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Rencananya, ada sekitar 50 desa yang akan menjadi sasaran pembinaan yang tersebar di beberapa provinsi. Di antaranya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan dua pulau di Mindanau Selatan. Desa-desa yang terpilih memang terletak pada daerah-daerah perbatasan antara Indonesia dan negara-negara tetangga.
Ini sesuai dengan tugas utama dari Bakorkamla sendiri. Yakni untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi keamanan, keselamatan kapal dan penegakan hukum di laut di Indonesia. Badan ini beranggotakan sekitar 12 pemangku kepentingan (stakeholders), antara lain Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perhubungan, Departemen Pertahanan, Departemen Keuangan, Departemen Hukum dan HAM, Departemen Luar Negeri, Mabes TNI, Mabes TNI AL, Mabes Polri dan lain-lainnya. Badan ini diketuai oleh Menko Polhukam dan dalam pelaksanaan hariannya dikepalai oleh Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar).
Program Pemberdayaan dan Pembinaan Masyarakat Pesisir ini merupakan salah satu program utama Bakorkamla di tahun 2009. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat pesisir melalui berbagai bidang kegiatan yang bersifat konstruktif maupun pembinaan SDM sesuai skala prioritas.
Selain itu, juga untuk meningkatkan pengetahuan pengembangan usaha mata pencaharian alternatif, dan memantapkan potensi dan usaha pengelolaan sumber daya laut yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
“Waktu pelaksanaan program di 50 desa ini direncanakan bisa berlangsung mulai Februari hingga Oktober 2009 mendatang,” ujar Djauhar. Jenis-jenis kegiatannya antara lain berupa ceramah dan penyuluhan, bakti kesehatan dan sosial, memberikan bantuan atau pengadaan atau rehabilitasi khususnya bantuan peralatan TTG, membantu budidaya misalnya ikan, rumput laut, kerang mutiara, serta memberikan pelatihan.
Menurut Djauhar, dengan adanya program pembinaan bagi desa pesisir perbatasan ini diharapkan juga mampu mengembalikan rasa nasionalisme masyarakat setempat agar tidak lagi tertarik untuk mengais rezeki di negeri tetangga yang berbatasan. Sebab mereka sudah bisa memberdayakan sendiri sumber-sumber alam yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomiannya. (HUMAS-ITS, 5 Februari 2009)
Tranparency International Indonesia: Surabaya Menempati Peringkat Ke-31 Kota Terkorup
Iman D. Nugroho, Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya menempati peringkat ke-31 dalam Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2008. Dari 50 kota se-Indonesia yang disurvei Transparency International Indonesia (TII), Surabaya hanya mendapatkan skor 4,26. Skor itu di bawah Malang, Jember dan Kediri yang menempati urutan ke-13, 14 dan 15. Sementara itu, Kota Jogjakarta, Palangkaraya dan Banda Aceh menempati tiga besar dengan nilai tertinggi 6,43 yang didapatkan Jogjakarta. Urutan terbawah ditempati oleh Kupang, Tegal dan Manokwari. “Data ini menunjukkan , Pemerintah Kota Surabaya belum serius melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi di Surabaya,” kata Anita Rahman Akbarsyah dari TII, Kamis (5/2) ini di Surabaya.
Lebih jauh Anita menjelaskan, data yang dilansir TII ini adalah fakta bahwa masih ada penjabat pemerintah Surabaya yang terjebak dalam prilaku korupsi. Salah satu contohnya adalah kasus korupsi yang melilit Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Kota Surabaya. Seperti diketahui, kasus itu menyeret Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Surabaya Bunari dengan jumlah uang Negara yang dikorupsi sebesar Rp. 1,5 miliar. Sebelumnya, kasus korupsi juga terjadi di dermaga Kalimas Pelabuhan Antar Pulau Tanjung Perak Surabaya. Dalam kasus itu, enam pegawai negeri sipil diperiksa secara intensif karena diduga terlibat pungutan liar.
Selain mengukur tingkat korupsi di 50 kota di Indonesia, TII juga mengungkapkan indeks suap yang terjadi di 15 institusi public. Yang mengejutkan, institusi kepolisian menempati posisi teratas, dengan nilai rata-rata uang transaksi korupsi yang beredar sebesar Rp.2.273.000,-. Namun, jumlah uang yang paling besar justru terjadi di pengadilan di Indonesia. Jumlah rata-rata uang yang beredar hingga mencapai Rp.102.412.000,- Uniknya, korupsi juga terjadi di Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan jumlah uang korupsi sebesar Rp.1.678.000,-.
Wakil Walikota Surabaya, Arief Affandi berkomentar datar atas data yang ditunjukkan oleh TII ini. Menurut mantan pimpinan redaksi sebuah media terbesar di Jawa Timur ini, pemerintah memang membutuhkan koreksi terus menerus dari masyarakat. “Ini semacam evaluasi bagi pemerintah kota, dan kami memastikan akan ada sanksi dari pemerintah kepada oknum pelaku korupsi yang terungkap, pasti akan kita pecat,” kata Arief Affandi. Arief mencontohkan kasus yang menimpa Kadishub Surabaya, Bunari. “Kalau memang polisi menentukan Bunari bersalah, pasti akan kita sanksi,” katanya.
Sementara itu Gunawan Hadi Susilo, Kepala Bagian Pengawasan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) mengatakan Indonesia masih menghadapi berbagai kendala pemberantasan korupsi. Mulai aspek strukturan, kulturan, instrumental dan manajemen. “Seperti lemahnya koordinasi, sifat ewuh pakewuh hingga peraturan yang tumpang tindih, ini harus kita akui,” katanya. Meski demikian Menpan meyakinkan adanya percepatan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. “Dan ini adalah upaya bersama, tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja,” katanya.
Pemerintah Kota Surabaya menempati peringkat ke-31 dalam Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2008. Dari 50 kota se-Indonesia yang disurvei Transparency International Indonesia (TII), Surabaya hanya mendapatkan skor 4,26. Skor itu di bawah Malang, Jember dan Kediri yang menempati urutan ke-13, 14 dan 15. Sementara itu, Kota Jogjakarta, Palangkaraya dan Banda Aceh menempati tiga besar dengan nilai tertinggi 6,43 yang didapatkan Jogjakarta. Urutan terbawah ditempati oleh Kupang, Tegal dan Manokwari. “Data ini menunjukkan , Pemerintah Kota Surabaya belum serius melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi di Surabaya,” kata Anita Rahman Akbarsyah dari TII, Kamis (5/2) ini di Surabaya.
Lebih jauh Anita menjelaskan, data yang dilansir TII ini adalah fakta bahwa masih ada penjabat pemerintah Surabaya yang terjebak dalam prilaku korupsi. Salah satu contohnya adalah kasus korupsi yang melilit Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Kota Surabaya. Seperti diketahui, kasus itu menyeret Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Surabaya Bunari dengan jumlah uang Negara yang dikorupsi sebesar Rp. 1,5 miliar. Sebelumnya, kasus korupsi juga terjadi di dermaga Kalimas Pelabuhan Antar Pulau Tanjung Perak Surabaya. Dalam kasus itu, enam pegawai negeri sipil diperiksa secara intensif karena diduga terlibat pungutan liar.
Selain mengukur tingkat korupsi di 50 kota di Indonesia, TII juga mengungkapkan indeks suap yang terjadi di 15 institusi public. Yang mengejutkan, institusi kepolisian menempati posisi teratas, dengan nilai rata-rata uang transaksi korupsi yang beredar sebesar Rp.2.273.000,-. Namun, jumlah uang yang paling besar justru terjadi di pengadilan di Indonesia. Jumlah rata-rata uang yang beredar hingga mencapai Rp.102.412.000,- Uniknya, korupsi juga terjadi di Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan jumlah uang korupsi sebesar Rp.1.678.000,-.
Wakil Walikota Surabaya, Arief Affandi berkomentar datar atas data yang ditunjukkan oleh TII ini. Menurut mantan pimpinan redaksi sebuah media terbesar di Jawa Timur ini, pemerintah memang membutuhkan koreksi terus menerus dari masyarakat. “Ini semacam evaluasi bagi pemerintah kota, dan kami memastikan akan ada sanksi dari pemerintah kepada oknum pelaku korupsi yang terungkap, pasti akan kita pecat,” kata Arief Affandi. Arief mencontohkan kasus yang menimpa Kadishub Surabaya, Bunari. “Kalau memang polisi menentukan Bunari bersalah, pasti akan kita sanksi,” katanya.
Sementara itu Gunawan Hadi Susilo, Kepala Bagian Pengawasan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) mengatakan Indonesia masih menghadapi berbagai kendala pemberantasan korupsi. Mulai aspek strukturan, kulturan, instrumental dan manajemen. “Seperti lemahnya koordinasi, sifat ewuh pakewuh hingga peraturan yang tumpang tindih, ini harus kita akui,” katanya. Meski demikian Menpan meyakinkan adanya percepatan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. “Dan ini adalah upaya bersama, tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja,” katanya.
04 Februari 2009
Polisi Harus Mengusut Tuntas Kasus Suap Pada Wartawan
Press Release
Perkembangan kasus Kasus Uji Kir pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang mengindikasikan adanya keterlibatan wartawan, harus diusut tuntas oleh polisi. Seperti yang dimuat Harian Surya Surabaya edisi Rabu, 4 Februari 2009, ada 14 wartawan yang menerima jatah Rp.10 juta/bulan. Tertulis di Surya, penyidik menemukan fakta adanya wartawan yang mendapat jatah bulanan dari UPT PKB Wiyung yang dibagi dengan jumlah minimal Rp. 10 juta/bulan. Jumlah itu bervariasi. Mulai Rp. 500.000 dan Rp. 750.000 per bulan.
Atas hal itu Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya mendorong polisi untuk mengusut tuntas dan menjelaskan secara rinci siapa-siapa wartawan yang mendapat jatah uang suap itu. Hal ini penting, mengingat kredibelitas wartawan secara keseluruhan dipertaruhkan. Meskipun AJI Surabaya menyadari belum tentu nama wartawan dan media yang ada di dalam list itu memang benar menerima. Namun, setidaknya rincian itu merupakan upaya klarifikasi.
Seperti diketahui, suap pada wartawan diatur dalam UU no.40 tahun 1999 pada Pasal 7 ayat dua yang menyebutkan Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Di dalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 6 tertulis, Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Hal ini berarti Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. Suap yang dimaksud adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.
Surabaya, 4 Februari 2009
Donny Maulana
Ketua
Iman D. Nugroho
Sekretaris I
Perkembangan kasus Kasus Uji Kir pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang mengindikasikan adanya keterlibatan wartawan, harus diusut tuntas oleh polisi. Seperti yang dimuat Harian Surya Surabaya edisi Rabu, 4 Februari 2009, ada 14 wartawan yang menerima jatah Rp.10 juta/bulan. Tertulis di Surya, penyidik menemukan fakta adanya wartawan yang mendapat jatah bulanan dari UPT PKB Wiyung yang dibagi dengan jumlah minimal Rp. 10 juta/bulan. Jumlah itu bervariasi. Mulai Rp. 500.000 dan Rp. 750.000 per bulan.
Atas hal itu Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya mendorong polisi untuk mengusut tuntas dan menjelaskan secara rinci siapa-siapa wartawan yang mendapat jatah uang suap itu. Hal ini penting, mengingat kredibelitas wartawan secara keseluruhan dipertaruhkan. Meskipun AJI Surabaya menyadari belum tentu nama wartawan dan media yang ada di dalam list itu memang benar menerima. Namun, setidaknya rincian itu merupakan upaya klarifikasi.
Seperti diketahui, suap pada wartawan diatur dalam UU no.40 tahun 1999 pada Pasal 7 ayat dua yang menyebutkan Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Di dalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 6 tertulis, Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Hal ini berarti Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. Suap yang dimaksud adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.
Surabaya, 4 Februari 2009
Donny Maulana
Ketua
Iman D. Nugroho
Sekretaris I
03 Februari 2009
Perusahaan Tutup, Buruh Kediri Demonstrasi
Iman D. Nugroho, Kediri
Penetapan Upah Minimum Kota/Kabupaten yang seharusnya mulai ditetapkan pada Januari 2009, tidak berjalan mulus. Di Kota Pare, Kediri Jawa Timur, sebuah perusahaan menutup usahanya secara sepihak karena mengaku tidak mampu memenuhi UMK sebesar Rp.856.000,-. Akibatnya, sekitar 600-an buruh kehilangan pekerjaannya. Selasa (3/2) ini mereka menggelar demonstrasi di depan gerbang perusahaan menuntut dipekerjakan kembali.
Penetapan Upah Minimum Kota/Kabupaten yang seharusnya mulai ditetapkan pada Januari 2009, tidak berjalan mulus. Di Kota Pare, Kediri Jawa Timur, sebuah perusahaan menutup usahanya secara sepihak karena mengaku tidak mampu memenuhi UMK sebesar Rp.856.000,-. Akibatnya, sekitar 600-an buruh kehilangan pekerjaannya. Selasa (3/2) ini mereka menggelar demonstrasi di depan gerbang perusahaan menuntut dipekerjakan kembali.
Berkah Menetes di Goa Maria Lourdes
Iman D. Nugroho, Kediri
Hujan baru saja berhenti saat Yakobus menyalakan lilin sesembahan miliknya di Goa Maria Lourdes, Puhsarang, Kediri, Jawa Timur, Senin (2/2) siang ini. Dengan cekatan, laki-laki kelahiran Surabaya itu meletakkan lilin di berundakan tertinggi. Tepat di bawah patung Bunda Maria setinggi 3,5 meter. "Hanya doa yang bisa saya panjatkan kepada Bunda Maria, setelah beberapa malam lalu saya bermimpi dipanggil Beliau,"kata Yakobus pada The Post.
Yakobus memang datang secara khusus ke Goa Maria Lourdes Kediri untuk berdoa. Pemuda yang tinggal di Bandung, Jawa Barat ini, tengah dililit konflik kehidupan yang luar biasa. "Semoga usai berdoa di sini, jalan saya akan dimudahkan," katanya. Untuk menunjukkan kesunggugannya, Yakobus berencana menginap beberapa malam untuk menunggu "petunjuk" selanjutnya.
Goa Maria Lourdes adalah salah satu bagian dari kompleks gereja katolik Puhsarang di Kediri Jawa Timur. Berbeda dengan kebanyakan gereja yang hanya berfungsi sebagai tempat berdoa, gereja yang terletak di lerang Gunung Wilis Kediri ini memiliki berbagai fungsi sekaligus. Mulai daerah wisata, pemakaman, camping ground, tempat penitipan abu jenazah, pendidikan kesusteran hingga tempat pertemuan. Letaknya yang menjadi satu dengan penduduk Desa Puhsarang menambah unik komplek gereja seluas 13,5 Ha ini.
Gereja Puhsarang didirikan pertama kali oleh insinyur asal Belanda, Romo Hendricus Maclaine Port atas permintaan Pastor H. Wolters C.M pada tahun 1936. Hendricus Maclaine Port adalah arsitek yang juga membangun museum Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Sekilas, bangunan utama gereja Puhsarang tampak seperti kapal yang tertempel di bukit kecil. Konon, Hendricus Maclaine Port ingin mengingatkan peristiwa sajarah terdamparnya kapal Nabi Nuh usai bencana air bah.
Di bangunan utama terdapat bejana baptis, sakristi dan tempat pengakuan doa. Semua ada di bawah kubah yang di tiap sudutnya dihiasi dengan simbolisasi empat penulis Injil. Matius (digambarkan sebagai manusia bersayap), Markus (digambarkan dengan singa bersayap), Yohannes (digambarkan sebagai burung rajawali) dan Lukas (yang dilambangkan lembu jantan). Altarnya dipahat sedemikian rupa, sehingga tampak seperti rusa yang sedang minum. Di atas altar terdapat relief yang disusun dari batu bata merah dan dilekatkan dengan gula aren.
Keunikan desain juga bisa dinikmati di bagian luar bangunan utama yang terbuat dari batu kali yang banyak terdapat di desa Puhsarang. Gapura bernama St. Yosef itu melengkung bak lonceng besar. Di bagian atasnya terdapat lonceng gereja. Setiap jam, lonceng yang disebut Menara Hendricus itu selalu berdentang sebagai tanda waktu. Dalam sejarahnya, Gereja Puhsarang direnovasi sebanyak empat kali. Semuanya untuk memperkuat bentuk bangunan, tanpa mengubah desain aslinya.
Renovasi terbesar dilakukan tahun 1999, di jaman Romo Emilio Rossi. Selain mengganti total bahan baku bengunan utama dari kayu menjadi baja, arsitek Ir. Harry Widyanto, Ir. Rusly dan Ir. Djoko mendisain fasilitas-fasilitas baru. Seperti gedung serbaguna Emaus, Taman Hidangan Kana, Bumi Perkemahan dll. Renovasi juga memperbesar sarana berdoa dengan membangun Goa Maria Lourdes, Colombarium Pieta, Jalan Salib dan Pondok Rosario.
Dan dari semuanya Goa Maria Lourdes adalah "inti" dari gereja Puhsarang. Floreanus Josep (F.J.) Lasijo, salah satu pengurus gereja Puhsarang menceritakan, Goa Maria Lourdes adalah replika dari goa Maria Lourdes di Pegunungan Pyrena, Prancis Selatan. Seperti di ketahui di Pyrena terdapat sebuah goa tempat gadis Bernades Soubirouos bertemu dengan perempuan yang dipercaya sebagai perwujudan Bunda Maria pada tahun 1858. Hingga kini, goa itu dijadikan tempat ziarah umat kristiani. "Nah, goa Maria Lourdes di Kediri ini adalah replikanya," terang Lasijo.
Meski hanya replika, pembangunan goa Maria Lourdes di Kediri tidak bisa serampangan. Lasijo menceritakan, Kepausan Vatikan memberikan prasyarat khusus untuk membuat replika goa Laourdes Prancis. Tempat yang akan membangun replika haruslah memiliki gereja, goa, sumber air suci, jalan salib, parkir yang luas untuk pengunjung, pasar dan dekat dengan aliran sungai. "Tidak semua tempat memiliki syarat-syarat seperti itu, di Indonesia, hanya di Puhsarang saja yang memiliki semua prasyarat itu, dan sudah disetujui oleh Vatican," kata Lasijo.
Goa buatan itu terbuat dari semen dan batu-batuan setinggi 18 meter dengan lebar 17 meter. Di bagian kanan terdapat patung Bunda Maria setinggi 3,5 M. Di bagian tengah, terdapat altar besar yang digunakan oleh para romo saat memimpin misa. Terdapat 12 sumber air suci yang mengalir di bagian kiri bawah goa. Sebagain orang mempercayai, air ini memiliki khasiat kesehatan. Tak jarang pengunjung membawa pulang air suci itu sebagai pengobatan alternatif.
Selain goa Maria Lourdes, replika Jalan Salib bukit Golgota juga merupakan "kekuatan" dari kompleks gereja Puhsarang. Terdapat 15 stasi penggambaran perjalan Yesus Kristus mulai Vonis Mati, Membawa Salib, Terjatuh Beberapa Kali, Bertemu dengan Bunda Maria, Penyaliban, Kematian hingga Penggambaran Makam Kosong (karena Yesus Kristus diyakini sudah diangkat ke surga). Ada 100 patung seukuran manusia digunakan dalam proses jalan salib ini.
Di antara semua fasilitas yang ada, ritual peribadahan Malam Jumat Legi adalah puncak dari semua aktivitas di Gereja Puhsarang. Dalam acara inilah, sekitar 3000-an umat kristiani dari berbagai penjuru Jawa, Bali bahkan seluruh Indonesia berkumpul di taman di depan Goa Maria Lourdes untuk melakukan misa. Keunikan acara ini terletak pada pelaksanaan misa yang dilakukan pada malam hari. "Meski menggunakan doa Katolik, banyak juga orang di luar Katolik yang mengikuti acara ini, sekedar merasakan keheningan untuk lebih dekat dengan Tuhan, atau menikmati tembang-tembang gamelan Jawa Timuran yang biasanya digunakan," kata Lasijo.
Tujuan ribuan orang itu hanya satu: Mengharapkan berkah yang menetes di Goa Maria Lourdes.
01 Februari 2009
Berharap Ada Ikan yang Lengah,..
photo by Iman D. Nugroho, Kediri, Jawa Timur
Naiknya volume air saat musim hujan, adalah berkah bagi masyarakat yag tinggal di sepanjang kali. Salah satunya di perbatasan Kota Mojokerto-Kota Sidoarjo, Jawa Timur. Minggu (1/2) ini mereka beramai-ramai untuk menyeser (mencari ikan dengan memasang jaring besar di sepanjang aliran sungai. Ikan-ikan yang "tidak beruntung" secara tidak sengaja akan masuk ke jaring saat mereka terseret derasnya arus.
Naiknya volume air saat musim hujan, adalah berkah bagi masyarakat yag tinggal di sepanjang kali. Salah satunya di perbatasan Kota Mojokerto-Kota Sidoarjo, Jawa Timur. Minggu (1/2) ini mereka beramai-ramai untuk menyeser (mencari ikan dengan memasang jaring besar di sepanjang aliran sungai. Ikan-ikan yang "tidak beruntung" secara tidak sengaja akan masuk ke jaring saat mereka terseret derasnya arus.
31 Januari 2009
Senandung Mendung Bergulung Mundur
Iman D. Nugroho, Surabaya
Mendung sore ini tidak begitu tebal. Tipis saja, namun warnanya masih mengabu-abu bak kabut. Sekilas, ada yang bilang masih berwarna putih. "Mendung tipis yang putih." Begitu aku penyebutnya. Hanya menggelantung di barat dan timur kota. Tak juga berarak bagai bagai karnaval. Apalagi seperti pusara badai. Tapi, di kedua tempat itulah kisah ini tertulis.
Di bawah mendung putih tipis itulah, taman kota tempatku selama dua tahun terakhir ini menghabiskan waktu. Tamannya sih sederhana saja. Ada pohon akasia tua berdaun lebat, yang tumbuh ditemani rumput hijau dengan sepihan kuning kering. Duduk di atas rumput itu, menyandarkan punggung di batang akasianya sejenak; nyaman. Bila ada rezeki, di tempat inilah aku nikmati legit durian, ayam bakar plus lalapannya, tahu goreng yang tersaji daun jati dan, sorry, sebatang rokok dalam negeri dengan cengkeh pilihan itu.
Dua tahun yang indah itu, memang indah. Setiap pagi, selalu ada pelangi di atas kepalaku. Ketujuh warnanya terang, namun terselimuti warna hijau yang juga tipis. Mejikuhibiniu kehijauan. Bila hujan datang, siang atau malam, warna-warna itu semakin tegas. "Melihatnya, bisa sembuh sakit mata hati yang selama ini aku rasakan," Apalagi ketika warna menyeret senja. Kuning keemasan yang ada di langit, memakin mengaya.
Suara adzan. Tanpa bermaksud sok religius, terdengar keras di sini. "Allahuakbar,.." Pujian kepada Tuhan itu menghunjam-hunjam. Hatiku memang tak selalu tergetar. Justru menciptakan resonansi. Resonansi yang justru tidak berhenti setelah suara adzan itu tak lagi ada. "Memang tidak setiap saat aku beribadah, tapi tak pernah lupa menyapa Sang Esa di sela-sela detakan jantungnya,.."
Siang. Saat matahari dan matahati menyinari, aku datang ke taman itu siang ini. Tetap indah. Seperti ratusan tahun tak bertemu, aku peluk akasia itu. Menyandarkan kepalaku di salah satu sisinya. Hangat. Damai. Surga. Sampai seekor semut menggigit leherku, menciptakan kemarahan. Dan meninggalkan taman indah itu. Keindahan dua tahun pun luruh karena gigitan itu. Hmmm,...
Bila tiba-tiba mendung bergulung mundur, itu karena itu napas besar penyesalanku yang belum sempat aku hembuskan...
Mendung sore ini tidak begitu tebal. Tipis saja, namun warnanya masih mengabu-abu bak kabut. Sekilas, ada yang bilang masih berwarna putih. "Mendung tipis yang putih." Begitu aku penyebutnya. Hanya menggelantung di barat dan timur kota. Tak juga berarak bagai bagai karnaval. Apalagi seperti pusara badai. Tapi, di kedua tempat itulah kisah ini tertulis.
Di bawah mendung putih tipis itulah, taman kota tempatku selama dua tahun terakhir ini menghabiskan waktu. Tamannya sih sederhana saja. Ada pohon akasia tua berdaun lebat, yang tumbuh ditemani rumput hijau dengan sepihan kuning kering. Duduk di atas rumput itu, menyandarkan punggung di batang akasianya sejenak; nyaman. Bila ada rezeki, di tempat inilah aku nikmati legit durian, ayam bakar plus lalapannya, tahu goreng yang tersaji daun jati dan, sorry, sebatang rokok dalam negeri dengan cengkeh pilihan itu.
Dua tahun yang indah itu, memang indah. Setiap pagi, selalu ada pelangi di atas kepalaku. Ketujuh warnanya terang, namun terselimuti warna hijau yang juga tipis. Mejikuhibiniu kehijauan. Bila hujan datang, siang atau malam, warna-warna itu semakin tegas. "Melihatnya, bisa sembuh sakit mata hati yang selama ini aku rasakan," Apalagi ketika warna menyeret senja. Kuning keemasan yang ada di langit, memakin mengaya.
Suara adzan. Tanpa bermaksud sok religius, terdengar keras di sini. "Allahuakbar,.." Pujian kepada Tuhan itu menghunjam-hunjam. Hatiku memang tak selalu tergetar. Justru menciptakan resonansi. Resonansi yang justru tidak berhenti setelah suara adzan itu tak lagi ada. "Memang tidak setiap saat aku beribadah, tapi tak pernah lupa menyapa Sang Esa di sela-sela detakan jantungnya,.."
Siang. Saat matahari dan matahati menyinari, aku datang ke taman itu siang ini. Tetap indah. Seperti ratusan tahun tak bertemu, aku peluk akasia itu. Menyandarkan kepalaku di salah satu sisinya. Hangat. Damai. Surga. Sampai seekor semut menggigit leherku, menciptakan kemarahan. Dan meninggalkan taman indah itu. Keindahan dua tahun pun luruh karena gigitan itu. Hmmm,...
Bila tiba-tiba mendung bergulung mundur, itu karena itu napas besar penyesalanku yang belum sempat aku hembuskan...