Dalam sebuah forum di rumah seorang pejabat penting banget di Indonesia. "Sampeyan mendukung siapa dalam Cagub Jatim? Dukung ini ya (sambil menunjuk sang Cagub Jatim)? Tolong dibantu ya,.." kata sang pejabat sangat penting itu kepada pimpinan media di Jawa Timur. Tak ada kata yang terucap. Selain sungkan, juga ada perasaan nggak enak karena "ditodong" di depan hidung.
Serpihan cerita itu mendadak meluncur ke telinga penulis, pekan ini. Omongan salah satu wartawan penting di Jawa Timur itu berasal dari orang dekat di pimpinan media. "Semua yang terjadi sebelum gegeran Pilgub Jawa Timur terjadi seperti sekarang," kata orang dekat ini. Ceritanya, entah ada angin apa, tiba-tiba pejabat penting banget di Indonesia itu mengundang sang pemimpin media di Jawa Timur ke rumahnya di Jawa Barat. Dalam forum itu, ternyata sudah ada sang Cagub.
Basa-basi beberapa saat (biasalah) terjadi. Mulai omong soal kemenangan Barack Obama hingga tsunami politik di Amerika yang sampai ke Indonesia. Tak terlewatkan, bisik-bisik soal kemungkinan Pemilihan Presiden 2009, yang kemungkinan bakal ramai dengan hadirnya calon-calon lama tapi baru. "Namun, hasilnya kan sudah ketahuan,..haha," kata sang pejabat penting banget tadi.
Sampai akhirnya, masuklah ke pembicaraan inti menyangkut kemungkinan hasil akhir pilgub Jatim. Dengan berbahasa Jawa, pejabat penting banget ini bertanya, siapa yang akan didukung oleh sang pemilik media di Jatim ini. "Saya cuma bisa senyam-senyum saja, lha nggak enaklah, wong cagubnya cuma satu, itupun ada dihadapan saya," kata orang dekat itu menirukan kata sang pemimpin media.
Youtube Pilihan Iddaily: Pagar Laut
13 November 2008
11 November 2008
Yang Tercecer Dari Kasus Bom Bali
Iman D. Nugroho, Singapura
Kelompok Amrozi Cs yang dituduh meledakkan bom di Denpasar, Bali tahun 2002 lalu, akhirnya dieksekusi Minggu (9/11/08) dini hari. Jenazah Amrozi, Ali Gufron dan Imam Samudra pun sudah dimakamkan di Serang, Banten dan Lamongan, Jawa Timur. Selesaikah kasus peledakan itu? Sepertinya tidak. Dalam catatan penulis, ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaan. Setidaknya, ini menjadi pekerjaan rumah bagi penuntasan kasus yang menewaskan lebih dari 202 orang itu.
Hal pertama yang belum terjawab adalah, apakah bom yang meledak di Bali itu benar-benar bom yang dibuat oleh Amrozi Cs? Bila dirunut dari kronologi peristiwa itu memang sudah jelas terungkap. Bom mobil yang dirancang oleh Amrozi Cs-lah yang meledak di Kuta Bali. Namun, seperti yang banyak diberitakan pasca meledaknya bom Bali pertama, jenis ledakan yang dihasilkan dalam peristiwa itu memunculkan banyak spekulasi. Bisakah, bahan-bahan kimia yang dibeli di sebuah toko bahan kimia di Surabaya mampu menciptakan efek ledakan yang begitu besar? Bahkan, ada yang menyebut (mengacu dari jenis ledakan) bom yang meledak itu adalah litle nuke atau nuklir kecil. Apakah nulir kecil bisa dibuat dari bahan kimia?
Jawaban dari pertanyaan itu harusnya mampu diurai dengan meminta Amrozi Cs untuk membuat lagi bom serupa dan diledakkan di tanah lapang atau tempat yang aman. Tujuan rekonstruksi itu untuk mengetahui efek ledakan. Bila memang ukuran ledakan itu sama, maka keraguan semacam ini bisa terhapus. Sayangnya, hal itu tidak dilakukan. Polisi Indonesia (dan dibantu olek polisi negara lain) hanya meminta Amrozi Cs, tepatnya Ali Imron untuk memperagakan cara pembuatan bom. Tanpa meledakkannya. Ini cacat penyelidikan.
Harus diingat, peristiwa Bom Bali sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan peledak yang memang mampu menciptakan efek yang sangat besar. Seperti peledakan bom yang terjadi di basement World Trade Center (WTC) New York pada tahun 1993. Dalam peledakan yang gagal meruntuhkan WTC New York itu, bahan peledak yang digunakan adalah C4. Bahan peledak jenis ini memiliki daya ledak yang jauh lebih hebat dari bom buatan Amrozi Cs.
Selain memunculkan pertanyaan, apakah hanya bom Amrozi Cs yang meledak, ada juga spekulasi adanya pelaku lain yang menumpangi aksi pemuda Tenggulun Lamongan dan Serang Banten itu. Siapa penumpang gelap itu? Dari dalam negeri atau luar negeri? Apa tujuannya? Sulit menjawabnya. Hanya saja, dalam dunia intelejen, aksi kontra intelejen sudah biasa dilakukan. Apalagi saat bom Bali pertama itu meledak, dunia sedang digegerkan dengan aksi terorisme yang semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Nah, apakah tidak mungkin, salah satu "hasil" yang ingin dicapai dari aksi "penumpang gelap" itu adalah menambah besar skala peristiwa.
Posisi Ali Imron menjadi hal lain yang "unik" dalam peristiwa bom Bali satu ini. Seperti yang diketahui ada 4 orang pelaku peledakan Bali yang tertangkap. Imam Samudra, Amrozi, Ali Gufron dan Ali Imron. Konon, Ali Imron adalah pembuat dan perancang bom. Bahkan, secara terbuka Ali Imron mengatakan bahwa dirinya adalah alumni Aghanistan. Uniknya, justru "otak" bom Bali seperti Ali Imron tidak ikut dihukum mati. Ali Imron hanya diganjar hukuman seumur hidup. Konon alasannya adalah keterbukaan informasi yang diberikan oleh Ali Imron. Dalam kasus terorisme, ini tidak lazim. Apakah bila teroris mau membuka informasi seluas-luasnya, maka dia bisa "diringankan" hukumannya?
Hal lain yang harus dijelaskan adalah posisi tertuduh lain yang dianggap memiliki "keterkaitan" dengan Amrozi Cs. Sebut saja Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki Solo, Abu Bakar Baasyir yang sampai Amrozi Cs dieksekusi masih "menebar" kritik pedasnya kepada AS dan sekutunya. Baasyir disebut-sebut pernah menempati posisi penting dalam jaringan Jamaah Islamiyah (JI) Asia Tenggara. Mengapa hal ini terkesan tidak berlanjut? Padahal, Amrozi Cs disebut-sebut sebagai eksekutor kelompok JI (yang berafiliasi dengan Al Qaeda Asia Tenggara). Begitu banyak tuduhan kepada jaringan terorisme Indonesia yang terkesan lenyap begitu saja.
Yang tidak kalah penting adalah image Indonesia sebagai negara teroris. Sejak "perang melawan terorisme" menjadi isu global, Indonesia seakan tidak pernah tidak dikaitkan dengan terorisme. Penyerangan gedung kembar WTC dan aksi terorisme yang bertubi-tubi dirasakan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, seperti mempertebal cap "negara teroris" bagi Indonesia. Mulai tahun 2001 hingga saat ini, laki-laki asal Indonesia yang masuk ke AS, harus rela merasakan pemeriksaan lebih (dikenal sebagai random check). Bahkan, belum lama, di sebuah bandara di AS, penulis harus merasakan check dengan kertas khusus yang dilapkan di hampir semua barang yang dibawa. Mereka khawatir ada serbuk khusus (baca white powder atau serbuk berbahay lain) yang menempel/terbawa atau dibawa di tas, sepatu, laptop, kamera dll. Hmm,..
Kelompok Amrozi Cs yang dituduh meledakkan bom di Denpasar, Bali tahun 2002 lalu, akhirnya dieksekusi Minggu (9/11/08) dini hari. Jenazah Amrozi, Ali Gufron dan Imam Samudra pun sudah dimakamkan di Serang, Banten dan Lamongan, Jawa Timur. Selesaikah kasus peledakan itu? Sepertinya tidak. Dalam catatan penulis, ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaan. Setidaknya, ini menjadi pekerjaan rumah bagi penuntasan kasus yang menewaskan lebih dari 202 orang itu.
Hal pertama yang belum terjawab adalah, apakah bom yang meledak di Bali itu benar-benar bom yang dibuat oleh Amrozi Cs? Bila dirunut dari kronologi peristiwa itu memang sudah jelas terungkap. Bom mobil yang dirancang oleh Amrozi Cs-lah yang meledak di Kuta Bali. Namun, seperti yang banyak diberitakan pasca meledaknya bom Bali pertama, jenis ledakan yang dihasilkan dalam peristiwa itu memunculkan banyak spekulasi. Bisakah, bahan-bahan kimia yang dibeli di sebuah toko bahan kimia di Surabaya mampu menciptakan efek ledakan yang begitu besar? Bahkan, ada yang menyebut (mengacu dari jenis ledakan) bom yang meledak itu adalah litle nuke atau nuklir kecil. Apakah nulir kecil bisa dibuat dari bahan kimia?
Jawaban dari pertanyaan itu harusnya mampu diurai dengan meminta Amrozi Cs untuk membuat lagi bom serupa dan diledakkan di tanah lapang atau tempat yang aman. Tujuan rekonstruksi itu untuk mengetahui efek ledakan. Bila memang ukuran ledakan itu sama, maka keraguan semacam ini bisa terhapus. Sayangnya, hal itu tidak dilakukan. Polisi Indonesia (dan dibantu olek polisi negara lain) hanya meminta Amrozi Cs, tepatnya Ali Imron untuk memperagakan cara pembuatan bom. Tanpa meledakkannya. Ini cacat penyelidikan.
Harus diingat, peristiwa Bom Bali sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan peledak yang memang mampu menciptakan efek yang sangat besar. Seperti peledakan bom yang terjadi di basement World Trade Center (WTC) New York pada tahun 1993. Dalam peledakan yang gagal meruntuhkan WTC New York itu, bahan peledak yang digunakan adalah C4. Bahan peledak jenis ini memiliki daya ledak yang jauh lebih hebat dari bom buatan Amrozi Cs.
Selain memunculkan pertanyaan, apakah hanya bom Amrozi Cs yang meledak, ada juga spekulasi adanya pelaku lain yang menumpangi aksi pemuda Tenggulun Lamongan dan Serang Banten itu. Siapa penumpang gelap itu? Dari dalam negeri atau luar negeri? Apa tujuannya? Sulit menjawabnya. Hanya saja, dalam dunia intelejen, aksi kontra intelejen sudah biasa dilakukan. Apalagi saat bom Bali pertama itu meledak, dunia sedang digegerkan dengan aksi terorisme yang semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Nah, apakah tidak mungkin, salah satu "hasil" yang ingin dicapai dari aksi "penumpang gelap" itu adalah menambah besar skala peristiwa.
Posisi Ali Imron menjadi hal lain yang "unik" dalam peristiwa bom Bali satu ini. Seperti yang diketahui ada 4 orang pelaku peledakan Bali yang tertangkap. Imam Samudra, Amrozi, Ali Gufron dan Ali Imron. Konon, Ali Imron adalah pembuat dan perancang bom. Bahkan, secara terbuka Ali Imron mengatakan bahwa dirinya adalah alumni Aghanistan. Uniknya, justru "otak" bom Bali seperti Ali Imron tidak ikut dihukum mati. Ali Imron hanya diganjar hukuman seumur hidup. Konon alasannya adalah keterbukaan informasi yang diberikan oleh Ali Imron. Dalam kasus terorisme, ini tidak lazim. Apakah bila teroris mau membuka informasi seluas-luasnya, maka dia bisa "diringankan" hukumannya?
Hal lain yang harus dijelaskan adalah posisi tertuduh lain yang dianggap memiliki "keterkaitan" dengan Amrozi Cs. Sebut saja Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki Solo, Abu Bakar Baasyir yang sampai Amrozi Cs dieksekusi masih "menebar" kritik pedasnya kepada AS dan sekutunya. Baasyir disebut-sebut pernah menempati posisi penting dalam jaringan Jamaah Islamiyah (JI) Asia Tenggara. Mengapa hal ini terkesan tidak berlanjut? Padahal, Amrozi Cs disebut-sebut sebagai eksekutor kelompok JI (yang berafiliasi dengan Al Qaeda Asia Tenggara). Begitu banyak tuduhan kepada jaringan terorisme Indonesia yang terkesan lenyap begitu saja.
Yang tidak kalah penting adalah image Indonesia sebagai negara teroris. Sejak "perang melawan terorisme" menjadi isu global, Indonesia seakan tidak pernah tidak dikaitkan dengan terorisme. Penyerangan gedung kembar WTC dan aksi terorisme yang bertubi-tubi dirasakan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, seperti mempertebal cap "negara teroris" bagi Indonesia. Mulai tahun 2001 hingga saat ini, laki-laki asal Indonesia yang masuk ke AS, harus rela merasakan pemeriksaan lebih (dikenal sebagai random check). Bahkan, belum lama, di sebuah bandara di AS, penulis harus merasakan check dengan kertas khusus yang dilapkan di hampir semua barang yang dibawa. Mereka khawatir ada serbuk khusus (baca white powder atau serbuk berbahay lain) yang menempel/terbawa atau dibawa di tas, sepatu, laptop, kamera dll. Hmm,..
08 November 2008
LBH Surabaya: Hentikan Eksekusi Amrozi dkk
Press Release
LBH Surabaya mengikuti dengan keprihatian segala perkembangan terkait rencana eksekusi atas ketiga terpidana mati bom Bali : Imam Samudra, Amrozi dan Ali Ghufron. Pemberitaan dan statemen pimpinan Kejaksaan dan pihak-pihak lain di sejumlah media massa, termasuk mobilisasi aparat keamanan di sejumlah tempat, mengindikasikan bahwa eksekusi tersebut akan segera dilaksanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Dalam hal ini, LBH Surabaya hendak menyampaikan harapan agar eksekusi tersebut –setidaknya- ditunda jika tidak dapat dibatalkan sepenuhnya. Harapan tersebut muncul karena beberapa alasan utama :
Pertama, hukuman mati jelas bertentangan dengan hak asasi manusia, khususnya hak untuk hidup. Konstitusi jelas menyebutkan bahwa hak untuk hidup adalah hak yang tidak bisa dikurangi untuk alasan apapun. Begitu pula dengan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia, mengakui hal yang sama. Sebagai negara anggota (state parties), pemerintah Indonesia dituntut untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh segala ketentuan yang diatur dalam Kovenan. Pelanggaran atas Kovenan akan berimplikasi pada memburuknya peta jalan penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
Hak Asasi Manusia adalah hak bagi seluruh ummat manusia, termasuk bagi terpidana dalam kasus terorisme seperti ketiga terpidana. LBH Surabaya menyampaikan komitmen untuk selalu menyampaikan penolakan atas praktek pelanggaran HAM, termasuk pelaksanaan hukuman mati di Indonesia, siapapun dan bagaimanapun latar belakang terpidana mati nya.
Kedua, hukuman mati jelas bertentangan dengan semangat pemasyarakatan yang dianut dalam ide dan praktek hukum Indonesia. Dr. Sahardjo, SH, mengemukakan bahwa tujuan pidana penjara adalah disamping menimbulkan rasa derita kepada terpidana karena hilangnya kemerdekaan bergerak, juga bertujuan untuk membimbing terpidana agar bertobat serta mendidiknya agar ia menjadi seorang anggota masyarakat sosialis Indonesia yang berguna. Pandangan dan semangat pemasyarakatan yang diadopsi oleh UU nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan ini jelas ditujukan agar seorang terpidana sadar dan mampu kembali ke masyarakat, bukan untuk mengakhiri hidupnya dengan eksekusi mati. Watak hukum balas dendam jelas harus ditinggalkan dalam cita dan laku penegakan hukum saat ini, karena watak ini, selain bertentangan dengan gagasan pemasyarakatan, juga bertentangan dengan semangat menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kemanusiaan.
Selanjutnya, LBH Surabaya mengundang Kejaksaan Agung agar melibatkan diri dalam upaya penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia secara utuh dengan menunda eksekusi tersebut.
Demikian surat ini disampaikan. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
Athoillah, SH
Kepala Bidang Operasional LBH Surabaya
Jl. Kidal No. 6 Surabaya 60131
Telp (031) 5022273, 5024826 Fax (031) 5024717
Email : [email protected] (kantor), [email protected], [email protected] (pribadi)
HP : 08179608037
LBH Surabaya mengikuti dengan keprihatian segala perkembangan terkait rencana eksekusi atas ketiga terpidana mati bom Bali : Imam Samudra, Amrozi dan Ali Ghufron. Pemberitaan dan statemen pimpinan Kejaksaan dan pihak-pihak lain di sejumlah media massa, termasuk mobilisasi aparat keamanan di sejumlah tempat, mengindikasikan bahwa eksekusi tersebut akan segera dilaksanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Dalam hal ini, LBH Surabaya hendak menyampaikan harapan agar eksekusi tersebut –setidaknya- ditunda jika tidak dapat dibatalkan sepenuhnya. Harapan tersebut muncul karena beberapa alasan utama :
Pertama, hukuman mati jelas bertentangan dengan hak asasi manusia, khususnya hak untuk hidup. Konstitusi jelas menyebutkan bahwa hak untuk hidup adalah hak yang tidak bisa dikurangi untuk alasan apapun. Begitu pula dengan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia, mengakui hal yang sama. Sebagai negara anggota (state parties), pemerintah Indonesia dituntut untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh segala ketentuan yang diatur dalam Kovenan. Pelanggaran atas Kovenan akan berimplikasi pada memburuknya peta jalan penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
Hak Asasi Manusia adalah hak bagi seluruh ummat manusia, termasuk bagi terpidana dalam kasus terorisme seperti ketiga terpidana. LBH Surabaya menyampaikan komitmen untuk selalu menyampaikan penolakan atas praktek pelanggaran HAM, termasuk pelaksanaan hukuman mati di Indonesia, siapapun dan bagaimanapun latar belakang terpidana mati nya.
Kedua, hukuman mati jelas bertentangan dengan semangat pemasyarakatan yang dianut dalam ide dan praktek hukum Indonesia. Dr. Sahardjo, SH, mengemukakan bahwa tujuan pidana penjara adalah disamping menimbulkan rasa derita kepada terpidana karena hilangnya kemerdekaan bergerak, juga bertujuan untuk membimbing terpidana agar bertobat serta mendidiknya agar ia menjadi seorang anggota masyarakat sosialis Indonesia yang berguna. Pandangan dan semangat pemasyarakatan yang diadopsi oleh UU nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan ini jelas ditujukan agar seorang terpidana sadar dan mampu kembali ke masyarakat, bukan untuk mengakhiri hidupnya dengan eksekusi mati. Watak hukum balas dendam jelas harus ditinggalkan dalam cita dan laku penegakan hukum saat ini, karena watak ini, selain bertentangan dengan gagasan pemasyarakatan, juga bertentangan dengan semangat menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kemanusiaan.
Selanjutnya, LBH Surabaya mengundang Kejaksaan Agung agar melibatkan diri dalam upaya penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia secara utuh dengan menunda eksekusi tersebut.
Demikian surat ini disampaikan. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
Athoillah, SH
Kepala Bidang Operasional LBH Surabaya
Jl. Kidal No. 6 Surabaya 60131
Telp (031) 5022273, 5024826 Fax (031) 5024717
Email : [email protected] (kantor), [email protected], [email protected] (pribadi)
HP : 08179608037
06 November 2008
WNI di AS Berharap Obama Hapus Image Buruk Indonesia
Iman D. Nugroho, New York
Harapan kepada Barack Obama pasca terpilihnya kandidat Partai Demokrat itu sebagai Presiden AS setelah George W. Bush, terus mengalir. Kali ini dari warga Indonesia yang tinggal di AS. Salah satunya, adalah harapan Barack Obama untuk bisa menghapus image Indonesia sebagai negara teroris. "Karena Barack Obama pernah tinggal di Indonesia, setidaknya dia bisa mengetahui dengan pasti bagaimana sebenarnya Indonesia," kata Harris Nasution, salah satu warga Indonesia kepada The Jakarta Post.
Harris yang kini bekerja sebagai technical support kantor PBB di New York itu menilai Obama sebagai sosok yang paham Indonesia. Berbeda dengan Presiden AS sebelum-sebelumnya yang menurut Harris keliru menanamkan image negara Islam dan terorisme. Indonesia misalnya, sebagai negara berpenduduk Islam terbesar secara tidak langsung diidentikkan sebagai salah satu negara teroris. "Obama harus membantu negara-negara Islam, seperti Indonesia untuk mengembalika nama baiknya," kata Harris.
Sementara Jaja Toha, WNI di AS yang lain lebih menitik beratkan kepada meningkatnya kondisi kelompok pekerja kelas menengah di AS. Melalui pemotongan pajak pekerja kelas menengah, sebagaimana yang dikatakan Obama dalam program kerjanya. "Pekerja dengan penghasilan $250 ribu/tahun akan bebas pajak, WNI di AS berada dalam kelompok ini, saya yakin akan ada perubahan kondisi bila hal itu benar-benar diterapkan," kata Jaja.
Selama ini, pajak sangat membebani pekerja kelas menengah. Bahkan, karena pajak itulah pekerja kelas menengah tidak mampu merasakan hasil kerjanya. "Selain sebagai simbol sejajarnya "kulit berwarna" dan kulit putih, apa yang dikatakan Obama tentang pajak adalah terobosan baru di AS, kita sangat berharap hal itu bisa terealisasi," jelasnya.
Konsulat Jenderal Indonesia di New York, Trie Edi Mulyani menilai, berubah atau tidaknya kondisi di Indonesia pasca terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS, tergantung kepada kondisi di Indonesia. Dalam hal ekonomi misalnya. Obama yang hadir saat perekonomian AS sedang memburuk, mau tidak mau akan berimbas pada negara lain, termasuk Indonesia. "Tetapi masih ada jalan dan harapan untuk itu, tergantung pengusaha Indonesia untuk menyambutnya," kata Trie Edi Mulyani pada The Post.
Salah satunya adalah kerjasama pengusaha kecil dan menengah yang belakangan mulai membaik. Trie Edi mencontohkan Trade Expo yang baru saja digelar di Indonesia. Dalam forum itu, pengusaha asal AS menyambutnya dengan antusias. "Saat itu, pengusaha asal AS merespon dengan sangat baik dan memberikan banyak tawaran kerjasama. Memang bukan kerjasama skala besar, namun paling tidak ini menjadi awal yang baik di tengah keterpurukan AS dalam bidang ekonomi seperti sekarang," katanya.
Namun, kata Trie Edi, yang lebih penting adalah adanya upaya ke dalam untuk perbaikan. Yakni memperbaiki kualitas produk, kontinnyuitas dan memperpendek hirarki birokrasi. Dua daerah yang menurut Trie sudah lumayan berbenah dan dilirik pengusaha AS adalah Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara. "Saat berada di dua daerah itu, pengusaha AS melihat ada banyak hal yang bisa dijadikan peluang usaha," katanya.
Yang tidak kalah pentingnya adalah mengenal standarisasi baru dalam bidang ekonomi yang mungkin belum populer di Indonesia. Seperi sustainable dan eco green. "Di antara pengusaha AS sudah mempertimbangkan dua hal itu, sepertinya dunia bisnis di Indonesia harus juga mempertimbangkannya, karena peluang di dunia ekonomi sepertinya semakin terbuka saat Obama menjadi Presiden AS," katanya.
Harapan kepada Barack Obama pasca terpilihnya kandidat Partai Demokrat itu sebagai Presiden AS setelah George W. Bush, terus mengalir. Kali ini dari warga Indonesia yang tinggal di AS. Salah satunya, adalah harapan Barack Obama untuk bisa menghapus image Indonesia sebagai negara teroris. "Karena Barack Obama pernah tinggal di Indonesia, setidaknya dia bisa mengetahui dengan pasti bagaimana sebenarnya Indonesia," kata Harris Nasution, salah satu warga Indonesia kepada The Jakarta Post.
Harris yang kini bekerja sebagai technical support kantor PBB di New York itu menilai Obama sebagai sosok yang paham Indonesia. Berbeda dengan Presiden AS sebelum-sebelumnya yang menurut Harris keliru menanamkan image negara Islam dan terorisme. Indonesia misalnya, sebagai negara berpenduduk Islam terbesar secara tidak langsung diidentikkan sebagai salah satu negara teroris. "Obama harus membantu negara-negara Islam, seperti Indonesia untuk mengembalika nama baiknya," kata Harris.
Sementara Jaja Toha, WNI di AS yang lain lebih menitik beratkan kepada meningkatnya kondisi kelompok pekerja kelas menengah di AS. Melalui pemotongan pajak pekerja kelas menengah, sebagaimana yang dikatakan Obama dalam program kerjanya. "Pekerja dengan penghasilan $250 ribu/tahun akan bebas pajak, WNI di AS berada dalam kelompok ini, saya yakin akan ada perubahan kondisi bila hal itu benar-benar diterapkan," kata Jaja.
Selama ini, pajak sangat membebani pekerja kelas menengah. Bahkan, karena pajak itulah pekerja kelas menengah tidak mampu merasakan hasil kerjanya. "Selain sebagai simbol sejajarnya "kulit berwarna" dan kulit putih, apa yang dikatakan Obama tentang pajak adalah terobosan baru di AS, kita sangat berharap hal itu bisa terealisasi," jelasnya.
Konsulat Jenderal Indonesia di New York, Trie Edi Mulyani menilai, berubah atau tidaknya kondisi di Indonesia pasca terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS, tergantung kepada kondisi di Indonesia. Dalam hal ekonomi misalnya. Obama yang hadir saat perekonomian AS sedang memburuk, mau tidak mau akan berimbas pada negara lain, termasuk Indonesia. "Tetapi masih ada jalan dan harapan untuk itu, tergantung pengusaha Indonesia untuk menyambutnya," kata Trie Edi Mulyani pada The Post.
Salah satunya adalah kerjasama pengusaha kecil dan menengah yang belakangan mulai membaik. Trie Edi mencontohkan Trade Expo yang baru saja digelar di Indonesia. Dalam forum itu, pengusaha asal AS menyambutnya dengan antusias. "Saat itu, pengusaha asal AS merespon dengan sangat baik dan memberikan banyak tawaran kerjasama. Memang bukan kerjasama skala besar, namun paling tidak ini menjadi awal yang baik di tengah keterpurukan AS dalam bidang ekonomi seperti sekarang," katanya.
Namun, kata Trie Edi, yang lebih penting adalah adanya upaya ke dalam untuk perbaikan. Yakni memperbaiki kualitas produk, kontinnyuitas dan memperpendek hirarki birokrasi. Dua daerah yang menurut Trie sudah lumayan berbenah dan dilirik pengusaha AS adalah Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara. "Saat berada di dua daerah itu, pengusaha AS melihat ada banyak hal yang bisa dijadikan peluang usaha," katanya.
Yang tidak kalah pentingnya adalah mengenal standarisasi baru dalam bidang ekonomi yang mungkin belum populer di Indonesia. Seperi sustainable dan eco green. "Di antara pengusaha AS sudah mempertimbangkan dua hal itu, sepertinya dunia bisnis di Indonesia harus juga mempertimbangkannya, karena peluang di dunia ekonomi sepertinya semakin terbuka saat Obama menjadi Presiden AS," katanya.
Bush Ingatkan Obama Untuk Waspada
Iman D. Nugroho, New York
Presiden AS George W. Bush mengingatkan Presiden terpilih Barack Obama untuk tetap waspada atas beberapa hal yang tidak akan berubah. Seperti tanggungjawab melindungi masyarakat AS. Bush meyakinkan, dunia luas akan mendukung dengan setia langkah AS untuk itu, di bawah kepemimpinan Barack Obama. "Pemerintah AS harus tetap waspada pada hal yang paling penting, melindungi masyarakat AS," kata George W. Bush, dalam siaran persnya Rabu pagi (waktu AS) ini.
Usai mengetahui berita kemenangan Barack Obama, Presiden AS George W. Bush langsung menelepon Obama dan mengucapkan selamat atas kemenangan yang oleh Bush disebut sebagai "kemenangan yang mengesankan". Tidak lupa, Bush juga menelepon Senator Mc Cain yang mengucapkan selamat atas proses kampanye panjang yang dilalui Mc Cain dan Sarah Pailin sebagai kandidat calon wakil presiden dalam pemilihan presiden 2008 ini.
Kepada rekan satu partainya itu, Bus mengatakan bahwa rakyat AS akan terus mengingat semua hal yang sudah dilakukan Mc Cain pada Amerika Serikat. "Saya tahu, Mc Cain akan berkontribusi terus untuk bangsa ini," katanya. Lebih lanjut, Bush mengatakan dirinya tidak perduli dengan hasil pemilu kemarin, yang pasti dirinya berbangga dengan sejarah yang diukir oleh rakyat AS dalam pemilihan presiden Selasa lalu.
Dalam perhelatan itu, kata Bush, rakyat Amerika menunjukkan kepada dunia bagaimana pentingnya demokrasi bagi AS. Demokrasi, kata Bush adalah langkah penting untuk membentuk sebuah persatuan negara. "Rakyat AS sudah memilih Presiden AS yang perjalannya adalah cerminan kesuksesan Amerika, seperti pekerja keras, optimis dan yakin pada bangsanya," kata Bush.
Padahal sebelumnya, banyak orang AS yang mengira mereka tidak akan pernah melihat hal seperti ini dalam kehidupannya. Momentum ini juga momen spesial untuk generasi yang menjadi saksi perjuangan akan hak-hak sipil. "Dalam tahun-tahun mendatang, mereka akan melihat bagaimana mimpi kita akan terwujud," kata Bush.
Untuk dirinya sendiri, Bush berjanji akan terus mengerjakan pekerjaan penting lain di sisa waktunya sebagai Presiden AS. Seperti mendorong pebisnis AS untuk tetap percaya pada pemerintahnya. Dalam masa transisi ini, Bush akan memberitahukan semua keputusan penting yang sudah dan akan diambilnya pada Presiden AS mendatang, Barack Obama. "Hingga bila saatnya tiba pada 20 Januari 2009 mendatang (saat Barrack Obama dan Joe Bidden dilantik), Saya dan Laura akan pulang ke Texas," kata Bush.
Dari Texas, kata Bush, dirinya akan menyaksikan Obama, Istrinya Michelle dan anak-anak perempuannya menggemparkan Gedung Putih. "Saya tahu, jutaan rakyat AS akan menyaksikan momentum ini dengan kebanggaan karena sudah menunggunya dalam waktu yang lama," kata Bush yang tidak lupa memuji ibu, kakek dan nenek Obama. "Saya dan Laura tidak sabar untuk menyambutnya di Gedung Putih secepat mungkin," kata Bush.
Presiden AS George W. Bush mengingatkan Presiden terpilih Barack Obama untuk tetap waspada atas beberapa hal yang tidak akan berubah. Seperti tanggungjawab melindungi masyarakat AS. Bush meyakinkan, dunia luas akan mendukung dengan setia langkah AS untuk itu, di bawah kepemimpinan Barack Obama. "Pemerintah AS harus tetap waspada pada hal yang paling penting, melindungi masyarakat AS," kata George W. Bush, dalam siaran persnya Rabu pagi (waktu AS) ini.
Usai mengetahui berita kemenangan Barack Obama, Presiden AS George W. Bush langsung menelepon Obama dan mengucapkan selamat atas kemenangan yang oleh Bush disebut sebagai "kemenangan yang mengesankan". Tidak lupa, Bush juga menelepon Senator Mc Cain yang mengucapkan selamat atas proses kampanye panjang yang dilalui Mc Cain dan Sarah Pailin sebagai kandidat calon wakil presiden dalam pemilihan presiden 2008 ini.
Kepada rekan satu partainya itu, Bus mengatakan bahwa rakyat AS akan terus mengingat semua hal yang sudah dilakukan Mc Cain pada Amerika Serikat. "Saya tahu, Mc Cain akan berkontribusi terus untuk bangsa ini," katanya. Lebih lanjut, Bush mengatakan dirinya tidak perduli dengan hasil pemilu kemarin, yang pasti dirinya berbangga dengan sejarah yang diukir oleh rakyat AS dalam pemilihan presiden Selasa lalu.
Dalam perhelatan itu, kata Bush, rakyat Amerika menunjukkan kepada dunia bagaimana pentingnya demokrasi bagi AS. Demokrasi, kata Bush adalah langkah penting untuk membentuk sebuah persatuan negara. "Rakyat AS sudah memilih Presiden AS yang perjalannya adalah cerminan kesuksesan Amerika, seperti pekerja keras, optimis dan yakin pada bangsanya," kata Bush.
Padahal sebelumnya, banyak orang AS yang mengira mereka tidak akan pernah melihat hal seperti ini dalam kehidupannya. Momentum ini juga momen spesial untuk generasi yang menjadi saksi perjuangan akan hak-hak sipil. "Dalam tahun-tahun mendatang, mereka akan melihat bagaimana mimpi kita akan terwujud," kata Bush.
Untuk dirinya sendiri, Bush berjanji akan terus mengerjakan pekerjaan penting lain di sisa waktunya sebagai Presiden AS. Seperti mendorong pebisnis AS untuk tetap percaya pada pemerintahnya. Dalam masa transisi ini, Bush akan memberitahukan semua keputusan penting yang sudah dan akan diambilnya pada Presiden AS mendatang, Barack Obama. "Hingga bila saatnya tiba pada 20 Januari 2009 mendatang (saat Barrack Obama dan Joe Bidden dilantik), Saya dan Laura akan pulang ke Texas," kata Bush.
Dari Texas, kata Bush, dirinya akan menyaksikan Obama, Istrinya Michelle dan anak-anak perempuannya menggemparkan Gedung Putih. "Saya tahu, jutaan rakyat AS akan menyaksikan momentum ini dengan kebanggaan karena sudah menunggunya dalam waktu yang lama," kata Bush yang tidak lupa memuji ibu, kakek dan nenek Obama. "Saya dan Laura tidak sabar untuk menyambutnya di Gedung Putih secepat mungkin," kata Bush.
05 November 2008
Obama Menang. Bisakah Mewujudkan Harapan Dunia?
Iman D. Nugroho, New York
Kemenangan Barack Obama dalam Pemilihan Presiden AS, seakan menjadi "kemenangan" dunia. Posisi Barack yang dikuyo-kuyo John McCain dan Sarah Pailin dalam masa kampanye, memposisikan Barack sebagai tokoh yang pantas dibela, dan menjadi simbol kesetaraan ras dan warna kulit. Harapan dunia pun tertumpu di pundak tokoh yang pernah hidup di Indonesia itu. Bisakah Barack Obama mewujudkan harapan dunia?
Test pertama mungkin soal Iraq dan Afghanistan. Barack yang selalu mengatakan kebijakan Presiden Bush mengirim pasukan ke Iraq dan Afghanistan adalah kebijakan yang "keliru", hendaknya memunculkan anti tesis dari kebijakan George W. Bush. Yakni, menarik pasukan dari Iraq dan Afghanistan, serta memberikan kesempatan kedua negara itu untuk menentukan nasibnya. Tentu saja, AS (Barack) harus "membayar" kesalahan George W. Bush. Dengan "menemani" (bukan menguasai) Iraq dan Afghanistan selama masa transisi. Itupun bila Iraq dan Afghanistan mau. Kalau mereka menolak untuk ditemani AS, Barack harus menerima hal itu. Iraq dan Afghanistan memang bukan "milik" AS.
Test kedua adalah soal perminyakan global. Keengganan AS menandatangi Kyoto Protocol (yang berisi pembatasan penggunaan minyak bumi), harus segera berubah. Barack, kalau memang peduli dengan dunia, harus mendorong kebijakan lingkungan AS menjadi lebih "pro" dunia. Tandatangani Kyoto Protokol! Dengan begitu, maka AS akan berubah dari pengguna minyak bumi terbesar, menjadi negara yang mendorong "kesehatan" bumi terbesar. Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk hal ini adalah meninjau kembali kebijakan perusahaan-perusahaan minyak asal AS yang membuka "usaha" di luar AS. Bila kebijakan itu dinilai tidak adil, AS harus mendorong adanya kebijakan baru yang lebih adil.
Tes ketiga adalah langkah Barack Obama untuk memberi kesempatan kepada negara manapun (di luar AS), untuk menentukan nasibnya. AS, harus melepaskan diri stempel "polisi dunia". AS memang bukan polisi dunia. Artinya, tidak ada hak dari AS untuk mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan negara-negara di dunia. Aturan dunia adalah kesepakatan. Regulator dunia adalah Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang adil. Bukan PBB yang membawa kepentingan negara tertentu saja. PBB yang "benar", akan berupa permusyawaratan.
Kalau tiga hal itu bisa dilakukan Barack Obama, mungkin dia tidak hanya menjadi Presiden AS. Namun menjadi "Presiden" Dunia.
Kemenangan Barack Obama dalam Pemilihan Presiden AS, seakan menjadi "kemenangan" dunia. Posisi Barack yang dikuyo-kuyo John McCain dan Sarah Pailin dalam masa kampanye, memposisikan Barack sebagai tokoh yang pantas dibela, dan menjadi simbol kesetaraan ras dan warna kulit. Harapan dunia pun tertumpu di pundak tokoh yang pernah hidup di Indonesia itu. Bisakah Barack Obama mewujudkan harapan dunia?
Test pertama mungkin soal Iraq dan Afghanistan. Barack yang selalu mengatakan kebijakan Presiden Bush mengirim pasukan ke Iraq dan Afghanistan adalah kebijakan yang "keliru", hendaknya memunculkan anti tesis dari kebijakan George W. Bush. Yakni, menarik pasukan dari Iraq dan Afghanistan, serta memberikan kesempatan kedua negara itu untuk menentukan nasibnya. Tentu saja, AS (Barack) harus "membayar" kesalahan George W. Bush. Dengan "menemani" (bukan menguasai) Iraq dan Afghanistan selama masa transisi. Itupun bila Iraq dan Afghanistan mau. Kalau mereka menolak untuk ditemani AS, Barack harus menerima hal itu. Iraq dan Afghanistan memang bukan "milik" AS.
Test kedua adalah soal perminyakan global. Keengganan AS menandatangi Kyoto Protocol (yang berisi pembatasan penggunaan minyak bumi), harus segera berubah. Barack, kalau memang peduli dengan dunia, harus mendorong kebijakan lingkungan AS menjadi lebih "pro" dunia. Tandatangani Kyoto Protokol! Dengan begitu, maka AS akan berubah dari pengguna minyak bumi terbesar, menjadi negara yang mendorong "kesehatan" bumi terbesar. Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk hal ini adalah meninjau kembali kebijakan perusahaan-perusahaan minyak asal AS yang membuka "usaha" di luar AS. Bila kebijakan itu dinilai tidak adil, AS harus mendorong adanya kebijakan baru yang lebih adil.
Tes ketiga adalah langkah Barack Obama untuk memberi kesempatan kepada negara manapun (di luar AS), untuk menentukan nasibnya. AS, harus melepaskan diri stempel "polisi dunia". AS memang bukan polisi dunia. Artinya, tidak ada hak dari AS untuk mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan negara-negara di dunia. Aturan dunia adalah kesepakatan. Regulator dunia adalah Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang adil. Bukan PBB yang membawa kepentingan negara tertentu saja. PBB yang "benar", akan berupa permusyawaratan.
Kalau tiga hal itu bisa dilakukan Barack Obama, mungkin dia tidak hanya menjadi Presiden AS. Namun menjadi "Presiden" Dunia.
Obama Terus Unggul,..
Iman D. Nugroho, New York
Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, Barack Obama unggul dalam pemilihan presiden AS, Selasa (4/11) ini waktu AS. Hingga pukul 21:15 waktu AS, Barack Obama dari Partai Demokrat unggul di tujuh negara bagian AS. Seperti Minnesota, Wisconsin, Illinois, Michigan, Pensylvania, New York, dan Maine, dengan perolehan suara 15,974,253. Sementara kandidat Partai Republik John Mc Cain, meski lebih unggul di 8 state, namun tetap berada di tempat kedua dengan perolehan suara 15,831,754 suara.
Mc Cain unggul di North Dakota, Wyoming, Oklhahoma, Kentucky, Tennesse, Alabama, Georgia dan South Carolina. Daerah-daerah itu terkenal dengan sebutan daerah konservatif dan kebanyakan dikuasai oleh Partai Republik. Hasil sementara itu tidak mengejutkan karena dalam pemilu presiden tahun 2004 juga George W. Bush juga menang di daerah yang sementara ini dimenangi oleh Mc Cain.
Pemilihan Presiden AS yang digelar Selasa (4/11) ini waktu AS seperti sebuah klimaks dari perjalanan politik negara yang akrab disebut Paman Sam itu. Hanya saja, pemilihan presiden yang disebut-sebut sebagai pemilu bersejarah bagi AS (karena memilih presiden berkulit hitam dan wakil presiden perempuan pertama kali) itu diwarnai dengan harapan dan kekecewaan. "Kita masih menunggu apakah Barack Obama akan bisa unggul di Florida dan Ohio, ini sulit dikatakan," kata Jerry Hagstrom, Senior Editor National Journal dalam briefing di Foreign Press Center di Washington DC dan New York.
Dalam pengamatan di beberapa polling site di New York, secara umum pemilihan presiden AS berlangsung baik. Meskipun di beberapa tempat, antrian memanjang. Namun hal itu tidak sempat membuat pelaksanaan pemilihan presiden AS tersendat. Seperti yang tampak dalam Election Distrik 62, 63, 65, 66, 67, 68, 70, 74, 75, 77, 82 dan 108 di New York. Sejak pagi, sekitar pukul 06.00 waktu setempat, masyarakat mulai berdatangan ke lokasi pemilihan presiden.
Beberapa sukarelawan yang ada di polling site memandu pemilih untuk mengikuti tahapan-tahapan yang sudah ditetapkan. "Masyakat harus mengantri sambil menunjukkan surat register yang sudah diberikan, lalu petugas akan mengecek nama dan menunjukkan ke bilik pemilihan yang ada, " kata Officer Flete, petugas polisi yang bertugas di Asembly 69 Manhattan.
Sayangnya, proses yang sudah tersistem dengan baik itu harus berhadapan dengan banyaknya pemilih yang kebanyakan memilih datang pagi hari. Bisa dibayangkan, polling site yang sempit menyisakan antian panjang. Seperti yang terjadi di election distrik 70 di New York. Di lokasi pemilihan yang dilakukan di Community Room itu, mencapai 15 meter, hingga ke luar gedung. Bahkan, ada beberapa wanita yang memutuskan untuk membatalkan pemberian suara karena menunggu terlalu lama.
Keadaan jauh lebih baik tampak di election distrik 82 yang dilaksanakan di sebuah sekolah dasar di New York. Pelaksanaan di aula itu membuat pengunjung bisa mengantri di dalam gedung. Lokasi pelaksanaan di sekolah itu juga memberi kesempatan pada ibu-ibu yang membawa anaknya ke lokasi pemberian suara. Anak-anak dibiarkan bermain di halaman sekolah, sementara orang tuanya memberikan suara.
Myra, warga California mengatakan dirinya sangat khawatir atas hasil Pilpres AS 2008 ini.Dalam benaknya banyaknya suara yang diberoleh Obama tidak berarti secara otomatis akan membuatnya menang dalam pemilihan presiden 2008 ini. "Seperti yang terjadi pada John Kerry, saat semua orang memastikan dia memang, tapi ternyata dia kalah dari George W. Bush," kata Myra. Bila itu terjadi kali ini, maka Myra memutuskan untuk tidak lagi percaya dengan sistem pemilu AS.
Yang yang sama dikatakan Beverly, warga New York. Meskipun ada kekhawatiran, namun dirinya menyatakan akan terus memberikan harapan pada Barack Obama. Dalam Pilpres AS 2008 ini, Beverly secara terbuka menyakan memilih Obama. "Saya memilih Obama, saya menilai dia adalah orang yang bisa menyelesaikan persoalan di AS," katanya. Dalam hal ekonomi misalnya. Beverly menilai, langkah Obama untuk menarik pasukan AS dari Iraq dan Afghanistan akan meminimalisir perngeluaran AS. "Uang yang biasa digunakan untuk pasukan AS di Iraq, akan bisa digunakan untuk membangun ekonomi AS," katanya.
Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, Barack Obama unggul dalam pemilihan presiden AS, Selasa (4/11) ini waktu AS. Hingga pukul 21:15 waktu AS, Barack Obama dari Partai Demokrat unggul di tujuh negara bagian AS. Seperti Minnesota, Wisconsin, Illinois, Michigan, Pensylvania, New York, dan Maine, dengan perolehan suara 15,974,253. Sementara kandidat Partai Republik John Mc Cain, meski lebih unggul di 8 state, namun tetap berada di tempat kedua dengan perolehan suara 15,831,754 suara.
Mc Cain unggul di North Dakota, Wyoming, Oklhahoma, Kentucky, Tennesse, Alabama, Georgia dan South Carolina. Daerah-daerah itu terkenal dengan sebutan daerah konservatif dan kebanyakan dikuasai oleh Partai Republik. Hasil sementara itu tidak mengejutkan karena dalam pemilu presiden tahun 2004 juga George W. Bush juga menang di daerah yang sementara ini dimenangi oleh Mc Cain.
Pemilihan Presiden AS yang digelar Selasa (4/11) ini waktu AS seperti sebuah klimaks dari perjalanan politik negara yang akrab disebut Paman Sam itu. Hanya saja, pemilihan presiden yang disebut-sebut sebagai pemilu bersejarah bagi AS (karena memilih presiden berkulit hitam dan wakil presiden perempuan pertama kali) itu diwarnai dengan harapan dan kekecewaan. "Kita masih menunggu apakah Barack Obama akan bisa unggul di Florida dan Ohio, ini sulit dikatakan," kata Jerry Hagstrom, Senior Editor National Journal dalam briefing di Foreign Press Center di Washington DC dan New York.
Dalam pengamatan di beberapa polling site di New York, secara umum pemilihan presiden AS berlangsung baik. Meskipun di beberapa tempat, antrian memanjang. Namun hal itu tidak sempat membuat pelaksanaan pemilihan presiden AS tersendat. Seperti yang tampak dalam Election Distrik 62, 63, 65, 66, 67, 68, 70, 74, 75, 77, 82 dan 108 di New York. Sejak pagi, sekitar pukul 06.00 waktu setempat, masyarakat mulai berdatangan ke lokasi pemilihan presiden.
Beberapa sukarelawan yang ada di polling site memandu pemilih untuk mengikuti tahapan-tahapan yang sudah ditetapkan. "Masyakat harus mengantri sambil menunjukkan surat register yang sudah diberikan, lalu petugas akan mengecek nama dan menunjukkan ke bilik pemilihan yang ada, " kata Officer Flete, petugas polisi yang bertugas di Asembly 69 Manhattan.
Sayangnya, proses yang sudah tersistem dengan baik itu harus berhadapan dengan banyaknya pemilih yang kebanyakan memilih datang pagi hari. Bisa dibayangkan, polling site yang sempit menyisakan antian panjang. Seperti yang terjadi di election distrik 70 di New York. Di lokasi pemilihan yang dilakukan di Community Room itu, mencapai 15 meter, hingga ke luar gedung. Bahkan, ada beberapa wanita yang memutuskan untuk membatalkan pemberian suara karena menunggu terlalu lama.
Keadaan jauh lebih baik tampak di election distrik 82 yang dilaksanakan di sebuah sekolah dasar di New York. Pelaksanaan di aula itu membuat pengunjung bisa mengantri di dalam gedung. Lokasi pelaksanaan di sekolah itu juga memberi kesempatan pada ibu-ibu yang membawa anaknya ke lokasi pemberian suara. Anak-anak dibiarkan bermain di halaman sekolah, sementara orang tuanya memberikan suara.
Myra, warga California mengatakan dirinya sangat khawatir atas hasil Pilpres AS 2008 ini.Dalam benaknya banyaknya suara yang diberoleh Obama tidak berarti secara otomatis akan membuatnya menang dalam pemilihan presiden 2008 ini. "Seperti yang terjadi pada John Kerry, saat semua orang memastikan dia memang, tapi ternyata dia kalah dari George W. Bush," kata Myra. Bila itu terjadi kali ini, maka Myra memutuskan untuk tidak lagi percaya dengan sistem pemilu AS.
Yang yang sama dikatakan Beverly, warga New York. Meskipun ada kekhawatiran, namun dirinya menyatakan akan terus memberikan harapan pada Barack Obama. Dalam Pilpres AS 2008 ini, Beverly secara terbuka menyakan memilih Obama. "Saya memilih Obama, saya menilai dia adalah orang yang bisa menyelesaikan persoalan di AS," katanya. Dalam hal ekonomi misalnya. Beverly menilai, langkah Obama untuk menarik pasukan AS dari Iraq dan Afghanistan akan meminimalisir perngeluaran AS. "Uang yang biasa digunakan untuk pasukan AS di Iraq, akan bisa digunakan untuk membangun ekonomi AS," katanya.
Vote!
ELECTIONS DAY. Warga AS melakukan pemungutan suara untuk memilih Presiden AS yang baru, Selasa 4 November 2008 ini. Dua kandidat Presiden AS, Barack Obama (Partai Demokrat) dan John Mc Cain (Partai Republik) "bertarung" dalam pemilihan Presiden AS kali ini. Beberapa kali polling yang dilakukan media di AS, menempatka Barack Obama sebagai pemenang.
photo by Iman D. Nugroho, New York
photo by Iman D. Nugroho, New York
Di Gang Ini, Barack Obama Menggelandang
Iman D. Nugroho, New York
Sebuah gang di 109 th street Manhattan Barat menjadi bahan pembicaraan, Selasa (4/11) ini. Warga sekitar yang kebetulan melintas, hampir pasti akan berhenti sebentar untuk menengok gang yang pintu masuknya tertutup tumpukan sampah dalam plastik itu. "Yes, its was the place where Barack Obama spended his first night in New York," kata Ovis Vidal, 55 pada The Jakarta Post, selasa ini...>>next
Sebuah gang di 109 th street Manhattan Barat menjadi bahan pembicaraan, Selasa (4/11) ini. Warga sekitar yang kebetulan melintas, hampir pasti akan berhenti sebentar untuk menengok gang yang pintu masuknya tertutup tumpukan sampah dalam plastik itu. "Yes, its was the place where Barack Obama spended his first night in New York," kata Ovis Vidal, 55 pada The Jakarta Post, selasa ini...>>next
04 November 2008
Masakan Indonesia Berjaya di Amerika
Iman D. Nugroho, New York
"Hai, how are you? You look thiny now, whats happen? I guess thats because you are not often eat here anymore,.." Begitulah bila Nani Tanzil menyapa pelanggannya. Nani adalah pemilik restauran Indonesia di Amerika. Namanya, Minang Asli di wilayah Queens, New York. Tepatnya di 8610 Whitney Ave Flushing, NY.
Minang Asli hanya satu dari belasan restauran di AS yang menawarkan menu Indonesia. Dalam catatan The Jakarta Post, ada 15 restauran yang tersebar di beberapa negara bagian AS. Seperti Borobudur Restaurant, Little Java dan Bamboo Village Restaurant San Francisco, CA, Java Noodles di Austin dan Yanti's Indonesian Cuisine Restaurant di Texas, Yono's, Kuta Satay House, Bali Nusa Indah di New York. Juga ada Indo Cafe Restaurant dan Ramayani di Los Angeles, California dan Temple Bar and Restaurant di Minneapolis, Minneapolis.
Nani menceritakan, membuka restauran di AS memang bukan hal yang mudah. Perlu ada perjuangan untuk mewujudkan impian itu. Belum lagi, berhadapan dengan persaingan yang begitu ketat serta "lidah" orang AS yang belum terbiasa dengan rasa masakan Indonesia. "Namun, hal itu tidak berarti tidak ada kesempatan. Buktinya saya bisa," kata Nani pada The Jakarta Post.
Namun berkecimpung di bisnis masakan Indonesia di New York, US sejak empat tahun lalu, pada 2004. Ketika itu, Nani yang datang ke US secara ilegal ini memutuskan untuk menjadi tukang masak di rumahnya, daerah Sunny Side, Queens Boulevard, New York. Ketika itu, dengan marketing dari mulut ke mulut, reatauran rumahan Nani bisa terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. perlahan tapi pasti, pelanggan asal Indonesia itu memperkalkan masakan Indonesia kepada orang-orang bule.
Tak disangka, mereka menyukainya. Waktu berjalan, jumlah pengunjung di rumah Nani pun tidak lagi cukup menampung tamu. "Saat itu saya memutuskan untuk membuka restauran," kenangnya. Beruntung. Ide itu disambut oleh salah satu kawannya, dan siap menjadi partner. Namun, persoalan modal menjadi kendala. "Akhirnya kami memutuskan untuk meminjam uang di bank sebanyak $100 ribu lebih. Uang itu kami gunakan untuk menyewa tempat, mengurus izin dll," katanya. Singkat kata, sebuah restauran dengan menjadikan masakan Padang sebagai menu andalan pun buka di Queens.
Perjuangan belum berakhir. Di Queens, tempat Minang Asli berada, ada beberapa restauran Indonesia. Bahkan, tidak jauh dari tempat restauran milik Nani berada, ada juga restauran Padang. "Mau tidak mau, mereka adalah kompetitor, tidak hanya itu, saya juga bersaing dengan restauran China, Tailand, India dll, itu bukan hal yang mudah," katanya. Meski demikian, Nani tetap optimis. "Nobody can'nt cook like me, saya yakin saja, bahkan ada kabar akan dibukan satu restauran lagi namanya Indonesia Cuisine, memang namanya persaingan usaha," kata Nani.
Selain Minang Asli, di pusat kota New York City ada dua restauran Indonesia yang cukup terkenal. Bali Nusa Indah dan Kuta Satay House. Berbeda dengan Minangasli yang memposisikan diri sebagai restauran "menengah", dua restauran di Manhattan New York memiliki segmentasi lebih tinggi. Perbedaan harganya beberapa dollar lebih tinggi, dengan suasana lebih lux dan nyaman. "Kita memang berada di jantung kota New York," kata Tjong, waiters coordinator di Bali Indah.
Bali Nusa Indah buka pertama kali pada 1995. Restauran yang dimiliki oleh Mellyana Alatief itu mengadopsi kekhasan Indonesia. Seluruh meja restauran misalnya, dialasi batik dari Jogjakarta. Biasan dindingnya pun beragam, mulai wayang jawa, barong Bali hingga foto-foto klasik pasukan KNIL yang berposes di markas KNIL di Betawi (kini Jakarta). Perbedaan lain yang dimiliki Bali Indah adalah keberagaman menu Indonesia. Mulai Gado-Gado Betawi, Soto Madura, Sop Buntut Blora, Udang Balado hingga martabak. Dari sisi minuman, ditawarkan Es Cendol Jakarta, Es Sarikayo hingga Es Teler. "Semua itu bisa didapatkan di sini," kata Tjong. Untuk menciptakan kesan modern, di Bali Nusa Indah disediakan bar.
Bali Nusa Indah secara khusus "mengimport" chef dari Indonesia. Salah satunya Lukman Zubair, tukang masak asal Gresik yang sudah 20 tahun tinggal di Amerika. "Di sini chef seperti saya harus bisa memasak banyak menu, karena kadang-kadang orang yang datang ke sini sudah mengetahui jenis masakan Indonesia dan minta seperti itu," kata Lukman pada The Post. Lukman adalah mantan chef di sebuah kapal pesiar di AS. Bagi laki-laki asal Gresik, Jawa Timur ini, tinggal di AS memang bukan "titik akhir". "Saya justru ingin kembali ke Indonesia, dan membuka restauran yang sama di Jakarta," kata bapak 5 anak ini.
Baik Minang Asli maupun Bali Nusa Indah, keduanya tetap harus berhadapan dengan beberapa hal yang sama. Mahalnya harga bahan makanan dan baku untuk bumbu masakan. Meskipun sebagian besar bumbu bisa didapatkan di AS, namun tetap saja harus mengikuti standart harga AS yang melambung. Dan sialnya, bumbu-bumbu itu "mutlak" adanya. Untuk membuat rendang daging misalnya, tidak mungkin tanpa santan, bawang, cabe merah, jahe, lengkuas hingga kunyit. Tidak semua bahan-bahan itu ada di pasaran AS.
"Bumbu asal Asia memang mahal, dan itu sudah resiko masakan Indonesia yang kuat di bumbu, biasanya saya mendapatkannya dari toko Thailand," kata Nani, pemilik Minang Asli. Kalau masih tidak bisa didapatkan, maka Nani akan mengimport sendiri bumbu kebutuhannya langsung dari Indonesia. "Mau tidak mau," kata Nani yang mengandalkan sate ayam dan rendang di restaurannya.
Kesulitan kedua adalah persaingan. Meskipun sudah ada kejenuhan dengan masakan China, Thailand dan Jepang, bukan berarti restauran yang menyajikan masakan Indonesia bisa dengan mudah mendapatkan pasar di AS. Ada beberapa restauran Indonesia di New York yang memutuskan untuk gulung tikar karena sepinya pembeli. Seperti Indo House dan Padang Raya. Dua restauran itu hanya bertahan 6 bulan.
"Tapi bukan berarti tidak ada kesempatan, asalkan mau berusaha, masakan Indonesia bisa jawa di Amerika," kata Nani yang bercita-cita ingin membuka satu restauran lagi di Manhattan, New York ini. Berminat menjalani usaha yang sama? Mengapa tidak!
"Hai, how are you? You look thiny now, whats happen? I guess thats because you are not often eat here anymore,.." Begitulah bila Nani Tanzil menyapa pelanggannya. Nani adalah pemilik restauran Indonesia di Amerika. Namanya, Minang Asli di wilayah Queens, New York. Tepatnya di 8610 Whitney Ave Flushing, NY.
Minang Asli hanya satu dari belasan restauran di AS yang menawarkan menu Indonesia. Dalam catatan The Jakarta Post, ada 15 restauran yang tersebar di beberapa negara bagian AS. Seperti Borobudur Restaurant, Little Java dan Bamboo Village Restaurant San Francisco, CA, Java Noodles di Austin dan Yanti's Indonesian Cuisine Restaurant di Texas, Yono's, Kuta Satay House, Bali Nusa Indah di New York. Juga ada Indo Cafe Restaurant dan Ramayani di Los Angeles, California dan Temple Bar and Restaurant di Minneapolis, Minneapolis.
Nani menceritakan, membuka restauran di AS memang bukan hal yang mudah. Perlu ada perjuangan untuk mewujudkan impian itu. Belum lagi, berhadapan dengan persaingan yang begitu ketat serta "lidah" orang AS yang belum terbiasa dengan rasa masakan Indonesia. "Namun, hal itu tidak berarti tidak ada kesempatan. Buktinya saya bisa," kata Nani pada The Jakarta Post.
Namun berkecimpung di bisnis masakan Indonesia di New York, US sejak empat tahun lalu, pada 2004. Ketika itu, Nani yang datang ke US secara ilegal ini memutuskan untuk menjadi tukang masak di rumahnya, daerah Sunny Side, Queens Boulevard, New York. Ketika itu, dengan marketing dari mulut ke mulut, reatauran rumahan Nani bisa terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. perlahan tapi pasti, pelanggan asal Indonesia itu memperkalkan masakan Indonesia kepada orang-orang bule.
Tak disangka, mereka menyukainya. Waktu berjalan, jumlah pengunjung di rumah Nani pun tidak lagi cukup menampung tamu. "Saat itu saya memutuskan untuk membuka restauran," kenangnya. Beruntung. Ide itu disambut oleh salah satu kawannya, dan siap menjadi partner. Namun, persoalan modal menjadi kendala. "Akhirnya kami memutuskan untuk meminjam uang di bank sebanyak $100 ribu lebih. Uang itu kami gunakan untuk menyewa tempat, mengurus izin dll," katanya. Singkat kata, sebuah restauran dengan menjadikan masakan Padang sebagai menu andalan pun buka di Queens.
Perjuangan belum berakhir. Di Queens, tempat Minang Asli berada, ada beberapa restauran Indonesia. Bahkan, tidak jauh dari tempat restauran milik Nani berada, ada juga restauran Padang. "Mau tidak mau, mereka adalah kompetitor, tidak hanya itu, saya juga bersaing dengan restauran China, Tailand, India dll, itu bukan hal yang mudah," katanya. Meski demikian, Nani tetap optimis. "Nobody can'nt cook like me, saya yakin saja, bahkan ada kabar akan dibukan satu restauran lagi namanya Indonesia Cuisine, memang namanya persaingan usaha," kata Nani.
Selain Minang Asli, di pusat kota New York City ada dua restauran Indonesia yang cukup terkenal. Bali Nusa Indah dan Kuta Satay House. Berbeda dengan Minangasli yang memposisikan diri sebagai restauran "menengah", dua restauran di Manhattan New York memiliki segmentasi lebih tinggi. Perbedaan harganya beberapa dollar lebih tinggi, dengan suasana lebih lux dan nyaman. "Kita memang berada di jantung kota New York," kata Tjong, waiters coordinator di Bali Indah.
Bali Nusa Indah buka pertama kali pada 1995. Restauran yang dimiliki oleh Mellyana Alatief itu mengadopsi kekhasan Indonesia. Seluruh meja restauran misalnya, dialasi batik dari Jogjakarta. Biasan dindingnya pun beragam, mulai wayang jawa, barong Bali hingga foto-foto klasik pasukan KNIL yang berposes di markas KNIL di Betawi (kini Jakarta). Perbedaan lain yang dimiliki Bali Indah adalah keberagaman menu Indonesia. Mulai Gado-Gado Betawi, Soto Madura, Sop Buntut Blora, Udang Balado hingga martabak. Dari sisi minuman, ditawarkan Es Cendol Jakarta, Es Sarikayo hingga Es Teler. "Semua itu bisa didapatkan di sini," kata Tjong. Untuk menciptakan kesan modern, di Bali Nusa Indah disediakan bar.
Bali Nusa Indah secara khusus "mengimport" chef dari Indonesia. Salah satunya Lukman Zubair, tukang masak asal Gresik yang sudah 20 tahun tinggal di Amerika. "Di sini chef seperti saya harus bisa memasak banyak menu, karena kadang-kadang orang yang datang ke sini sudah mengetahui jenis masakan Indonesia dan minta seperti itu," kata Lukman pada The Post. Lukman adalah mantan chef di sebuah kapal pesiar di AS. Bagi laki-laki asal Gresik, Jawa Timur ini, tinggal di AS memang bukan "titik akhir". "Saya justru ingin kembali ke Indonesia, dan membuka restauran yang sama di Jakarta," kata bapak 5 anak ini.
Baik Minang Asli maupun Bali Nusa Indah, keduanya tetap harus berhadapan dengan beberapa hal yang sama. Mahalnya harga bahan makanan dan baku untuk bumbu masakan. Meskipun sebagian besar bumbu bisa didapatkan di AS, namun tetap saja harus mengikuti standart harga AS yang melambung. Dan sialnya, bumbu-bumbu itu "mutlak" adanya. Untuk membuat rendang daging misalnya, tidak mungkin tanpa santan, bawang, cabe merah, jahe, lengkuas hingga kunyit. Tidak semua bahan-bahan itu ada di pasaran AS.
"Bumbu asal Asia memang mahal, dan itu sudah resiko masakan Indonesia yang kuat di bumbu, biasanya saya mendapatkannya dari toko Thailand," kata Nani, pemilik Minang Asli. Kalau masih tidak bisa didapatkan, maka Nani akan mengimport sendiri bumbu kebutuhannya langsung dari Indonesia. "Mau tidak mau," kata Nani yang mengandalkan sate ayam dan rendang di restaurannya.
Kesulitan kedua adalah persaingan. Meskipun sudah ada kejenuhan dengan masakan China, Thailand dan Jepang, bukan berarti restauran yang menyajikan masakan Indonesia bisa dengan mudah mendapatkan pasar di AS. Ada beberapa restauran Indonesia di New York yang memutuskan untuk gulung tikar karena sepinya pembeli. Seperti Indo House dan Padang Raya. Dua restauran itu hanya bertahan 6 bulan.
"Tapi bukan berarti tidak ada kesempatan, asalkan mau berusaha, masakan Indonesia bisa jawa di Amerika," kata Nani yang bercita-cita ingin membuka satu restauran lagi di Manhattan, New York ini. Berminat menjalani usaha yang sama? Mengapa tidak!
BERITA UNGGULAN
JADI YANG BENAR DIADILI DI MANA NIH?
Pernyataan Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendapatkan respon dari Amnesty Internasional Indonesia.
Postingan Populer
-
Kencan, bisa dilakukan kapan saja. Dalam Solusi Ibu kali ini, membahas kencan dengan pasangan, di tengah-tengah kehidupan keluarga yang mung...
-
Dilansir melalui Website, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggelar rapat koordinasi bersama Komando Resor Militer (Korem) 033 Wira Prata...
-
Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) Membuatkan Sekolah Darurat Sementara untuk Sekolah Dasar Naglaasih, di Desa Naglasari, Ke...
Banyak dikunjungi
-
Kencan, bisa dilakukan kapan saja. Dalam Solusi Ibu kali ini, membahas kencan dengan pasangan, di tengah-tengah kehidupan keluarga yang mung...
-
Dilansir melalui Website, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggelar rapat koordinasi bersama Komando Resor Militer (Korem) 033 Wira Prata...
-
Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) Membuatkan Sekolah Darurat Sementara untuk Sekolah Dasar Naglaasih, di Desa Naglasari, Ke...
-
Anggota Komisi III Fraksi PKB DPR RI, Hasbiallah Ilyas meminta Polri mengusut kasus tewasnya Darso warga Kampung Gilisari, Kelurahan Purwosa...
-
Akun X @kkpgoid memposting "breaking news!!!" tentang penghentian kegiatan pemagaran laut tanpa izin. #SahabatBahari, hari ini KKP...