by Jojo Raharjo
Diego Armando Maradona, nama itu begitu dipuja-puja di Argentina. Aksi fenomenalnya mengantarkan tim nasional Argentina menjadi juara Piala Dunia 1986 di Mexico tidak saja melambungkan namanya menjadi salah satu pemain termahal saat itu, saat ditransfer dari Barcelona, Spanyol, menuju Napoli, Italia. Kepahlawanannya pun menyihir namanya menjadi dewa baru di negaranya, hingga konon ada sebuah gereja yang memajang “Sang Diego” sebagai pimpinan tertinggi, lengkap dengan ritus penyembahan terhadap kostum nomer sepuluh yang biasa dikenakannya...>>lanjut
Youtube Pilihan Iddaily: Pagar Laut
03 November 2008
New York On Cam
Photo by Iman D. Nugroho
VETERAN. Seorang laki-laki yang mengaku sebagai veteran perang ini menikmati hariharinya di Central Park New York. Dia mengharapkan pejalan kaki yang melihatnya akan iba dan memberinya uang untuk melanjutkan kehidupan...>> foto-foto lain bisa dilihat di sini.
VETERAN. Seorang laki-laki yang mengaku sebagai veteran perang ini menikmati hariharinya di Central Park New York. Dia mengharapkan pejalan kaki yang melihatnya akan iba dan memberinya uang untuk melanjutkan kehidupan...>> foto-foto lain bisa dilihat di sini.
01 November 2008
Halloween di Apel Besar
NEW YORK HALLOWEEN PARADE.
Halloween diperingati dengan parade oleh penduduk kota New York AS, Jumat malam waktu setempat. Halloween kali ini didedikasikan untuk Rudie Berkhout artis beraliran holographic yang meninggal dunia pada 16 September, 2008, karena serangan jantung. Di mata seniman New York Rudie mewakili sosok yang Genius, Creator dan Humanist. Karena itulah, karya-karya dalam parade kali ini sedikit banyak "berbau" holographic. Meskipun tetap mengusung jenis hantu-hantu kebanyakan, seperti drakula, zombie, warewolf dll. (iman d. nugroho, NY)
Halloween diperingati dengan parade oleh penduduk kota New York AS, Jumat malam waktu setempat. Halloween kali ini didedikasikan untuk Rudie Berkhout artis beraliran holographic yang meninggal dunia pada 16 September, 2008, karena serangan jantung. Di mata seniman New York Rudie mewakili sosok yang Genius, Creator dan Humanist. Karena itulah, karya-karya dalam parade kali ini sedikit banyak "berbau" holographic. Meskipun tetap mengusung jenis hantu-hantu kebanyakan, seperti drakula, zombie, warewolf dll. (iman d. nugroho, NY)
Sukses Dalam Berlatih
photo by Fully Syafi
SUKSES DALAM BERLATIH. Pelatihan penanggunalangan kecelakaan pesawat di Bandara Udara International Juanda pekan ini patut diacungi jempol. Dalam pelaksanaan latihan, Pemadam Kebakaran (PMK), Tim Search and Rescue (SAR) dan paramedis kompak dalam meberikan pertolongan. Semoga saja, tidak cuma sukses dalam latihan semata.
31 Oktober 2008
Kemiskinan di Wall Street / Wall Street's Poor
Photo by Iman D. Nugroho, New York
KEMISKINAN DI AS. Pasca tsunami ekonomi, jumlah kemiskinan di AS kemungkinan akan bertambah. Salah satu potret kemiskinan itu tampak di depan American Stock Exchange di Wall Street New York.
POOR PEOPLE OF US. Economic "tsunami" which hit AS lately, will increase number of US poor people. One of them sitting near American Stock Excange building on New York Wall Street.
Pemilu 2009 di Luar Negeri, Miskin Informasi, Mengandalkan Jasa Pos / Indonesia Election 2009 Oversea, Less Information, Depends of US Post Service
Iman D. Nugroho, New York
Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2009 di luar negeri akan berhadapan dengan berbagai kendala. Mulai proses pengiriman surat suara yang masih manual dengan menggunakan jasa pos, pendataan yang sulit terupdate, hingga miskinnya sosialisasi partai peserta pemilu dan informasi tentang kandidat presiden. Tidak heran bila kemudian muncul apatisme dari warga negara Indonesia di luar negeri atas Pemilu 2009 mendatang. "Apa Indonesia akan berubah setelah Pemilu 2009, kalau mekanisme pemilunya saja masih seperti itu, saya golput (golongan putih) saja," kata Tony Herman, tenaga kerja Indonesia di AS pada The Post.
Indonesia Election 2009 overseas will facing many problems. Ballot papers send process by US post, updating of voters and less party's and president candidates information. The condition will create apathetic of Indonesia citizens who's become voters on next years election. "Are you sure that Indonesia will change after 2009 election, i have read the election regulations, from it, i knew that i have stay on my position as a "white group" (not vote group)," said Tony Herman, one of Indonesian citizen whos stay US.
Tony Herman mengaku, sikap yang diambilnya juga akan dilakukan oleh TKI lain yang ada di New York. Selain tidak yakin akan ada perubahan, laki-laki yang sudah belasan tahun ada di Amerika ini menilai peserta Pemilu 2009 juga tidak cukup menjangkau pemilih yang ada di LN. "Buktinya, tidak ada sosialisasi yang dilakukan di sini, kita sama sekali tidak tahu program partai-partai baru itu, yang kita tahu partai lama-lama, jadi nggak bersemangat," katanya. Begitu juga dengan munculnya calon presiden yang belakangan mulai muncul. "Kok orangnya itu-itu lagi," kata Tony yang tinggal di wilayah New Jersey, New York ini.
Kegelisahan Tony itu dirasakan juga oleh Sidin Putih Sembiring, Ketua Pantia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) New York. menurut Sembiring, saat ini hendaknya mulai dipikirkan untuk melakukan sosialisasi bagi pemilih di luar negeri. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak pemilih di Indonesia, namun pemilih di LN juga harus diperlakukan sama. "Partai-partai dan kandidat yang akan menjadi peserta pemilu, hendaknya berpikir untuk bersosialisasi untuk pemilih luar negeri, karena selama ini hal itu belum terasa," kata Sembiring saat ditemui di New York.
Hingga saat ini, Sembiring belum mendengar akan ada kandidat atau partai yang akan ke AS. Mungkin persoalan biaya menjadi kendala. Namun, katanya, sosialisasi tidak berarti harus datang secara fisik. Bisa juga menggunakan situs internet. "Kalau datang memang lebih baik, tapi tidak ada salahnya juga menggunakan situs internet, nah, sosialisasi tentang alamat situs interntnya itu yang perlu dilakukan juga," jelasnya. Yang pasti, isu-isu yang diusung oleh partai dan kandidat presiden mendatang hendaknya tidak cuma isu nasional. melainkan juga isu-isu global.
Sayangnya, tidak semua TKI di luar negeri, termasuk New York merupakan pengakses internet aktif. Bahkan banyak dari mereka yang jarang-bahkan tidak pernah menggnakan internet. Jenis TKI semacam inilah yang "mengkhawatirkan", lantaran tidak terdeteksi oleh PPLN. Apalagi, TKI jenis ini tidak mendaftarkan diri ke Konjen atau Kedutaan Besar Indonesia di negara tempat mereka bekerja. "Kalau memang kondisinya seperti ini ya, repot juga," kata Sembiring. Namun, katanya, PPLN tetap akan berusaha semaksimal mungkin dengan melakukan "pendataan" melalui komunitas, komunitas TKI yang tersebar banyak tersebar di seluruh US atau negara yang bersangkutan.
Diperkirakan, pada tahun 2009 nanti ada 11 juta pemilih di luar negeri, yang terdapat di 117 titik di seluruh dunia. Salah satuny di New York. Data yang dimiliki Konsulat Jenderal Indonesia di New York, ada sekitar 7500-an WNI dari 15 ribu yang kemungkinan akan menjadi peserta Pemilu 2009. Jumlah itu menyangkut jumlah WNI yang berada di 15 negara bagian sebagai daerah yang berada di bawah Konjen Indonesia di New York. Bambang Antarikso, Consular Affairs Indonesian Consulate New York mengatakan, konsulat mempercayai jumlah WNI yang tidak tercatat bisa jauh lebih banyak. "Jadi, bisa saja jumlah yang tidak tedaftar untuk memilih juga banyak," katanya pada The Post.
Untuk memastika seluruh WNI mendapatkan hak yang sama, PPLN melakukan pemutakhiran Data Pemilih Sementara Luar Negeri. warga yang ada di sekitar New York bisa yang ke Konjen Indonesia di New York untuk mengisi formulir Data Pemilih Sementara. Atau bisa mengisi secara online dengan mendowloadnya di situs www.indonesianewyork.org. "Pemutakhiran data ini penting, karena melalui data inilah, akan dikirimkan surat suara melalui pos. Bila tidak diperbaharui, surat suara akan dikirim ke alamat yang lama," kata Bambang. Resikonya, kalau ternyata WNI yang bersangkutan sudah pindah. Suara akan gugur.
Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2009 di luar negeri akan berhadapan dengan berbagai kendala. Mulai proses pengiriman surat suara yang masih manual dengan menggunakan jasa pos, pendataan yang sulit terupdate, hingga miskinnya sosialisasi partai peserta pemilu dan informasi tentang kandidat presiden. Tidak heran bila kemudian muncul apatisme dari warga negara Indonesia di luar negeri atas Pemilu 2009 mendatang. "Apa Indonesia akan berubah setelah Pemilu 2009, kalau mekanisme pemilunya saja masih seperti itu, saya golput (golongan putih) saja," kata Tony Herman, tenaga kerja Indonesia di AS pada The Post.
Indonesia Election 2009 overseas will facing many problems. Ballot papers send process by US post, updating of voters and less party's and president candidates information. The condition will create apathetic of Indonesia citizens who's become voters on next years election. "Are you sure that Indonesia will change after 2009 election, i have read the election regulations, from it, i knew that i have stay on my position as a "white group" (not vote group)," said Tony Herman, one of Indonesian citizen whos stay US.
Tony Herman mengaku, sikap yang diambilnya juga akan dilakukan oleh TKI lain yang ada di New York. Selain tidak yakin akan ada perubahan, laki-laki yang sudah belasan tahun ada di Amerika ini menilai peserta Pemilu 2009 juga tidak cukup menjangkau pemilih yang ada di LN. "Buktinya, tidak ada sosialisasi yang dilakukan di sini, kita sama sekali tidak tahu program partai-partai baru itu, yang kita tahu partai lama-lama, jadi nggak bersemangat," katanya. Begitu juga dengan munculnya calon presiden yang belakangan mulai muncul. "Kok orangnya itu-itu lagi," kata Tony yang tinggal di wilayah New Jersey, New York ini.
Kegelisahan Tony itu dirasakan juga oleh Sidin Putih Sembiring, Ketua Pantia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) New York. menurut Sembiring, saat ini hendaknya mulai dipikirkan untuk melakukan sosialisasi bagi pemilih di luar negeri. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak pemilih di Indonesia, namun pemilih di LN juga harus diperlakukan sama. "Partai-partai dan kandidat yang akan menjadi peserta pemilu, hendaknya berpikir untuk bersosialisasi untuk pemilih luar negeri, karena selama ini hal itu belum terasa," kata Sembiring saat ditemui di New York.
Hingga saat ini, Sembiring belum mendengar akan ada kandidat atau partai yang akan ke AS. Mungkin persoalan biaya menjadi kendala. Namun, katanya, sosialisasi tidak berarti harus datang secara fisik. Bisa juga menggunakan situs internet. "Kalau datang memang lebih baik, tapi tidak ada salahnya juga menggunakan situs internet, nah, sosialisasi tentang alamat situs interntnya itu yang perlu dilakukan juga," jelasnya. Yang pasti, isu-isu yang diusung oleh partai dan kandidat presiden mendatang hendaknya tidak cuma isu nasional. melainkan juga isu-isu global.
Sayangnya, tidak semua TKI di luar negeri, termasuk New York merupakan pengakses internet aktif. Bahkan banyak dari mereka yang jarang-bahkan tidak pernah menggnakan internet. Jenis TKI semacam inilah yang "mengkhawatirkan", lantaran tidak terdeteksi oleh PPLN. Apalagi, TKI jenis ini tidak mendaftarkan diri ke Konjen atau Kedutaan Besar Indonesia di negara tempat mereka bekerja. "Kalau memang kondisinya seperti ini ya, repot juga," kata Sembiring. Namun, katanya, PPLN tetap akan berusaha semaksimal mungkin dengan melakukan "pendataan" melalui komunitas, komunitas TKI yang tersebar banyak tersebar di seluruh US atau negara yang bersangkutan.
Diperkirakan, pada tahun 2009 nanti ada 11 juta pemilih di luar negeri, yang terdapat di 117 titik di seluruh dunia. Salah satuny di New York. Data yang dimiliki Konsulat Jenderal Indonesia di New York, ada sekitar 7500-an WNI dari 15 ribu yang kemungkinan akan menjadi peserta Pemilu 2009. Jumlah itu menyangkut jumlah WNI yang berada di 15 negara bagian sebagai daerah yang berada di bawah Konjen Indonesia di New York. Bambang Antarikso, Consular Affairs Indonesian Consulate New York mengatakan, konsulat mempercayai jumlah WNI yang tidak tercatat bisa jauh lebih banyak. "Jadi, bisa saja jumlah yang tidak tedaftar untuk memilih juga banyak," katanya pada The Post.
Untuk memastika seluruh WNI mendapatkan hak yang sama, PPLN melakukan pemutakhiran Data Pemilih Sementara Luar Negeri. warga yang ada di sekitar New York bisa yang ke Konjen Indonesia di New York untuk mengisi formulir Data Pemilih Sementara. Atau bisa mengisi secara online dengan mendowloadnya di situs www.indonesianewyork.org. "Pemutakhiran data ini penting, karena melalui data inilah, akan dikirimkan surat suara melalui pos. Bila tidak diperbaharui, surat suara akan dikirim ke alamat yang lama," kata Bambang. Resikonya, kalau ternyata WNI yang bersangkutan sudah pindah. Suara akan gugur.
29 Oktober 2008
Persiapan Halloween / Prepared for Halloween
Mengenalkan Ken Arok di Kota New York
story/photo by Iman D. Nugroho, New York City
Angin sepoi seperti tak mau berhenti menghembuskan dingin di New Jersey, AS, Minggu (26/10/08) pagi ini. Rerimbunan pohon Maple Leaf yang berjejer di halaman belakang kediaman Lenny-Fitri Chowdhury bergoyang pelan. Menggoda puluhan orang di sekitarnya yang sesekali menggigil saat dingin menyergap. "Kalau memang tidak tahan dingin, bisa masuk ke dalam rumah saja, tapi jangan lupa menikmati makanan khas Indonesia ini," kata Bambang Sunarto pada The Post. Minggu pagi itu, Bambang dan puluhan orang anggota Cakra, komunitas suku Jawa di New York sedang melangsungkan pertemuan bulanan. Tidak seperti pertemuan bulanan pada umumnya, pertemuan kali ini tergolong istimewa, karena diadakan pertama kali setelah Hari Raya Idul Fitri. "Biasanya memang pertemuan bulanan, tapi kali ini lebih istimewa karena Halal Bihalal setelah Idul Fitri," jelas Bambang.
Cakra adalah nama komunitas orang Indonesia (khususnya bersuku Jawa) di AS. Selain Cakra, ada juga komunitas lain yang berdiri berdasarkan suku, agama atau lokasi tempat tinggal, di wilayah tempat mereka berada. Seperti Ikatan Pemuda Indonesia (IPI) NY, Pemuda Downtown Indonesia (PDI) NY, Perkumpulan Keluarga Maesa NY, Himpunan Keluarga Masyarakat Maluku, Ikatan Masyarakat Aceh dan Ikatan Keluarga Minang Mangimbau.
Cakra yang berdiri atas desakan anak muda Jawa ini, adalah kependekan dari kata cipta, karsa dan rasa. Dalam bahasa lain, orang yang tergabung dalam cakra harus memiliki kehendak (karsa) untuk mencipta (cipta) sesuatu yang luhur karena dari hati (rasa). "Tapi Cakra bisa juga berarti senjata pamungkas yang ampuh untuk melawan kebatilan, maksudnya, melalui Cakra, anggota komunitasnya akan terbebas dari berbagai godaan kebatilan (baca: keburukan) yang mungkin menggoda mereka selama di AS," kata Mucharor Zuhri, salah satu pendiri dan mantan ketua Cakra.
Sejak Mucharor Zuhri memutuskan pindah ke Houston, Texas, Bambang Sunarto didapuk menjadi ketua Cakra generasi kedua yang terpilih setahun lalu. Bambang mengaku, hal itu membawa "beban" tersendiri. "Memang, ini cuma komunitas biasa. Namun, kita mengemban nama Jawa dan nama Indonesia, apa tidak berat tuh,.." katanya. Apalagi jumlah orang Jawa di New York (tempat Cakra bernaung), tergolong banyak. Mencapai ribuan orang.
Kondisi yang berbeda tampak saat Bambang datang ke AS untuk pertama kali pada tahun 1973. Jumlah orang Indonesia ketika itu sangat sedikit. "Hanya beberapa gelintir orang Indonesia di AS, jadi tidak ada keingian untuk menunjukkan eksistensi di sini," kenangnya. Tak heran bila di tahun-tahun itu, yang dilakukan Bambang hanya bekerja dan bekerja sebagai chef di restaurant milik P.T Pertamina Indonesia.
Sejak kecil, dua anak Bambang bersama Enny Sunarno, Wenny Kartika dan Yudha wirawan yang lahir di AS pun lebih sering bergaul dengan teman-teman dari AS, ketimbang teman-teman dari Indonesia. "Untung saja, saya dan istri tetap memperkenalkan Keindonesiaan kepada dua anak saya, sehingga mereka tidak melupakan akar-nya," kata Bambang.
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah imigran asal Indonesia semakin banyak. Data yang dimiliki Konsulat Indonesia di New York menyebutkan, jumlah orang Indonesia yang tersebar di 15 negara bagian di AS mencapai 15 ribu orang. Belum lagi orang Indonesia yang memutuskan untuk tidak mencatatkan diri atau ilegal. Bisa jadi lebih dari itu.
Bambang dan para imigran yang yang tergolong berumur, melihat hal itu sebagai alasan untuk merestui keinginan anak-anak muda jawa untuk membuat komunitas tersendiri. "Saya dan Pak Zuhri bersama teman teman lainnya, menyetujui dibentuknya Cakra," katanya. Keterlibatan Bambang di Cakra mendapat dukungan penuh oleh sang istri dan dua anaknya. Setiap ada pertemuan, Bambang dan keluarga selau hadir.
Bambang yang kini anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) untuk Pemilu 2009 itu mengatakan, seringkali orang salah persepsi dengan Cakra dan "kejawaan" yang diusungnya. Bahkan, ada yang menilai, Cakra adalah komunitas yang eksklusif dan hanya dikhususkan untuk orang Jawa saja. "Itu sama sekali tidak benar," terang Bambang. Memang, meskipun membawa nama Jawa, namun anggota Cakra sangat beragam. Tidak hanya dari suku Jawa saja, melainkan dari berbagai suku di Indonesia.
Ada pula yang berasal dari negara di luar Indonesia. "Biasanya kalau yang begitu karena mereka menikah dengan orang Jawa dan ikut bergabung dengan Cakra," kata Bambang. Namun, justru keberagaman itulah yang membuat warna Cakra lebih menarik. Interaksi yang terbungkus dengan semangat kekeluargaan menciptakan toleransi yang lebih besar bagi keberagaman. Bahkan, belakangan ada yang mengertikan "jawa" tidak berarti Jawa (pulau Jawa) melainkan "Jawa" (berangkat ke AS dari Jawa), atau "jawa" (dalam bahasa jawa) yang berarti memahami.
Munculnya Cakra mulai menggeliatkan semangat kebersamaan imigran Indonesia dari suku Jawa suku lain. Saat ini, tercatat ada 63 keluarga dengan 252 jiwa. "Memang, dibanding jumlah seluruh imigran di AS, jumlah itu tidak ada apa-apanya, namun bukankah semua kita mulai dari kecil dulu," kata Bambang. Setiap bulan pria kelahiran Wonogiri 8 September 1949 itu melakukan pertemuan dengan sesama anggota Cakra yang lain. Biasa, pertemuan dilakukan di hal tempat ibadah, atau rumah anggota komunitas Cakra.
Meskipun coba melepaskan dari kejawaannya, namun, Bambang dan pengurus Cakra terus berupaya menyelipkan budaya Indonesia (termasuk Jawa di dalamnya), dalam aktivitas Cakra. Dalam setiap pertemuan misalnya, selalu disajikan makanan-makanan Indonesia. Seperti ote-ote, sate ayam, urap-urap, bakso hingga jajanan pasar tradisional. "Makanan yang kami sajikan dalam acara tidak selalu bisa didapatkan di AS, itung-itu sebagai obat kangen lidah orang Indonesia," kata Bambang.
Yang paling unik adalah memperkenalkan ke-Indonesia-an melalui Media Cakra, sebuah media berbahasa Indonesia yang terbit sebulan sekali setiap akhir pekan. Tidak seperti media pada umumnya, Media Cakra lebih menekankan sisi ke-Indonesia-an. "Di Media Cakra kita bahas berbagai hal berbau Indonesia, seperti Ken Arok, mengenal huruf Java, Negarakertagama hingga resep dan cara membuat makanan khas Indonesia," jelas Bambang.
Meski terdengar sederhana, apa yang dilakukan Cakra membekas di benak generadi muda yang kini hidup di AS. "Saya tetap merasa sebagai orang Indonesia," kata Chita Boedidharma. Menurut gadis berumur 16 tahun itu, hadir dalam kegiatan Cakra adalah saat yang ditunggu-tunggu. "Selain sebagai tempat hang out, di acara seperti ini, mengingatkan kembali bahwa saya adalah orang Indo (baca: Indonesia).
Angin sepoi seperti tak mau berhenti menghembuskan dingin di New Jersey, AS, Minggu (26/10/08) pagi ini. Rerimbunan pohon Maple Leaf yang berjejer di halaman belakang kediaman Lenny-Fitri Chowdhury bergoyang pelan. Menggoda puluhan orang di sekitarnya yang sesekali menggigil saat dingin menyergap. "Kalau memang tidak tahan dingin, bisa masuk ke dalam rumah saja, tapi jangan lupa menikmati makanan khas Indonesia ini," kata Bambang Sunarto pada The Post. Minggu pagi itu, Bambang dan puluhan orang anggota Cakra, komunitas suku Jawa di New York sedang melangsungkan pertemuan bulanan. Tidak seperti pertemuan bulanan pada umumnya, pertemuan kali ini tergolong istimewa, karena diadakan pertama kali setelah Hari Raya Idul Fitri. "Biasanya memang pertemuan bulanan, tapi kali ini lebih istimewa karena Halal Bihalal setelah Idul Fitri," jelas Bambang.
Cakra adalah nama komunitas orang Indonesia (khususnya bersuku Jawa) di AS. Selain Cakra, ada juga komunitas lain yang berdiri berdasarkan suku, agama atau lokasi tempat tinggal, di wilayah tempat mereka berada. Seperti Ikatan Pemuda Indonesia (IPI) NY, Pemuda Downtown Indonesia (PDI) NY, Perkumpulan Keluarga Maesa NY, Himpunan Keluarga Masyarakat Maluku, Ikatan Masyarakat Aceh dan Ikatan Keluarga Minang Mangimbau.
Cakra yang berdiri atas desakan anak muda Jawa ini, adalah kependekan dari kata cipta, karsa dan rasa. Dalam bahasa lain, orang yang tergabung dalam cakra harus memiliki kehendak (karsa) untuk mencipta (cipta) sesuatu yang luhur karena dari hati (rasa). "Tapi Cakra bisa juga berarti senjata pamungkas yang ampuh untuk melawan kebatilan, maksudnya, melalui Cakra, anggota komunitasnya akan terbebas dari berbagai godaan kebatilan (baca: keburukan) yang mungkin menggoda mereka selama di AS," kata Mucharor Zuhri, salah satu pendiri dan mantan ketua Cakra.
Sejak Mucharor Zuhri memutuskan pindah ke Houston, Texas, Bambang Sunarto didapuk menjadi ketua Cakra generasi kedua yang terpilih setahun lalu. Bambang mengaku, hal itu membawa "beban" tersendiri. "Memang, ini cuma komunitas biasa. Namun, kita mengemban nama Jawa dan nama Indonesia, apa tidak berat tuh,.." katanya. Apalagi jumlah orang Jawa di New York (tempat Cakra bernaung), tergolong banyak. Mencapai ribuan orang.
Kondisi yang berbeda tampak saat Bambang datang ke AS untuk pertama kali pada tahun 1973. Jumlah orang Indonesia ketika itu sangat sedikit. "Hanya beberapa gelintir orang Indonesia di AS, jadi tidak ada keingian untuk menunjukkan eksistensi di sini," kenangnya. Tak heran bila di tahun-tahun itu, yang dilakukan Bambang hanya bekerja dan bekerja sebagai chef di restaurant milik P.T Pertamina Indonesia.
Sejak kecil, dua anak Bambang bersama Enny Sunarno, Wenny Kartika dan Yudha wirawan yang lahir di AS pun lebih sering bergaul dengan teman-teman dari AS, ketimbang teman-teman dari Indonesia. "Untung saja, saya dan istri tetap memperkenalkan Keindonesiaan kepada dua anak saya, sehingga mereka tidak melupakan akar-nya," kata Bambang.
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah imigran asal Indonesia semakin banyak. Data yang dimiliki Konsulat Indonesia di New York menyebutkan, jumlah orang Indonesia yang tersebar di 15 negara bagian di AS mencapai 15 ribu orang. Belum lagi orang Indonesia yang memutuskan untuk tidak mencatatkan diri atau ilegal. Bisa jadi lebih dari itu.
Bambang dan para imigran yang yang tergolong berumur, melihat hal itu sebagai alasan untuk merestui keinginan anak-anak muda jawa untuk membuat komunitas tersendiri. "Saya dan Pak Zuhri bersama teman teman lainnya, menyetujui dibentuknya Cakra," katanya. Keterlibatan Bambang di Cakra mendapat dukungan penuh oleh sang istri dan dua anaknya. Setiap ada pertemuan, Bambang dan keluarga selau hadir.
Bambang yang kini anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) untuk Pemilu 2009 itu mengatakan, seringkali orang salah persepsi dengan Cakra dan "kejawaan" yang diusungnya. Bahkan, ada yang menilai, Cakra adalah komunitas yang eksklusif dan hanya dikhususkan untuk orang Jawa saja. "Itu sama sekali tidak benar," terang Bambang. Memang, meskipun membawa nama Jawa, namun anggota Cakra sangat beragam. Tidak hanya dari suku Jawa saja, melainkan dari berbagai suku di Indonesia.
Ada pula yang berasal dari negara di luar Indonesia. "Biasanya kalau yang begitu karena mereka menikah dengan orang Jawa dan ikut bergabung dengan Cakra," kata Bambang. Namun, justru keberagaman itulah yang membuat warna Cakra lebih menarik. Interaksi yang terbungkus dengan semangat kekeluargaan menciptakan toleransi yang lebih besar bagi keberagaman. Bahkan, belakangan ada yang mengertikan "jawa" tidak berarti Jawa (pulau Jawa) melainkan "Jawa" (berangkat ke AS dari Jawa), atau "jawa" (dalam bahasa jawa) yang berarti memahami.
Munculnya Cakra mulai menggeliatkan semangat kebersamaan imigran Indonesia dari suku Jawa suku lain. Saat ini, tercatat ada 63 keluarga dengan 252 jiwa. "Memang, dibanding jumlah seluruh imigran di AS, jumlah itu tidak ada apa-apanya, namun bukankah semua kita mulai dari kecil dulu," kata Bambang. Setiap bulan pria kelahiran Wonogiri 8 September 1949 itu melakukan pertemuan dengan sesama anggota Cakra yang lain. Biasa, pertemuan dilakukan di hal tempat ibadah, atau rumah anggota komunitas Cakra.
Meskipun coba melepaskan dari kejawaannya, namun, Bambang dan pengurus Cakra terus berupaya menyelipkan budaya Indonesia (termasuk Jawa di dalamnya), dalam aktivitas Cakra. Dalam setiap pertemuan misalnya, selalu disajikan makanan-makanan Indonesia. Seperti ote-ote, sate ayam, urap-urap, bakso hingga jajanan pasar tradisional. "Makanan yang kami sajikan dalam acara tidak selalu bisa didapatkan di AS, itung-itu sebagai obat kangen lidah orang Indonesia," kata Bambang.
Yang paling unik adalah memperkenalkan ke-Indonesia-an melalui Media Cakra, sebuah media berbahasa Indonesia yang terbit sebulan sekali setiap akhir pekan. Tidak seperti media pada umumnya, Media Cakra lebih menekankan sisi ke-Indonesia-an. "Di Media Cakra kita bahas berbagai hal berbau Indonesia, seperti Ken Arok, mengenal huruf Java, Negarakertagama hingga resep dan cara membuat makanan khas Indonesia," jelas Bambang.
Meski terdengar sederhana, apa yang dilakukan Cakra membekas di benak generadi muda yang kini hidup di AS. "Saya tetap merasa sebagai orang Indonesia," kata Chita Boedidharma. Menurut gadis berumur 16 tahun itu, hadir dalam kegiatan Cakra adalah saat yang ditunggu-tunggu. "Selain sebagai tempat hang out, di acara seperti ini, mengingatkan kembali bahwa saya adalah orang Indo (baca: Indonesia).
25 Oktober 2008
Perselisihan SS Media-Hendro Masuki Tahap Solusi
Manajemen PT Radio Fiskaria Jaya Suara Surabaya akhirnya meralat alasan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap Hendro D. Laksono, Chief Editor Majalah Mossaik. Definisi yang semula mengarah pada pelanggaran integritas dan kesepakatan kerja sama, berubah menjadi pensiun dini. Kesepakatan ini lahir dari pertemuan bipartit yang diadakan di kantor SS, Jl Wonokitri Besar 40-C, Juma’t (24/10)...>>artikel lengkap
18 Oktober 2008
Capitol Hall Berdesain Mahal
Iman D. Nugroho
LANSING CAPITOL HALL. Lansing Capitol Hall di Lansing Michigan merupakan gedung dengan desain "mahal". Gedung yang dibangun pada 1879 dan direnovasi tahun 1989 hingga 1992 itu tempat DPR Lansing berkantor. Di gedung yang dibangun oleh S.J Creswell itu merupakan gedung berdesain eropa yang "layak" dikunjungi. Tak heran bila dia juga merupakan salah satu tempat pariwisata di Lansing. Simak keindahannya di IDDaily Special Picture...
LANSING CAPITOL HALL. Lansing Capitol Hall di Lansing Michigan merupakan gedung dengan desain "mahal". Gedung yang dibangun pada 1879 dan direnovasi tahun 1989 hingga 1992 itu tempat DPR Lansing berkantor. Di gedung yang dibangun oleh S.J Creswell itu merupakan gedung berdesain eropa yang "layak" dikunjungi. Tak heran bila dia juga merupakan salah satu tempat pariwisata di Lansing. Simak keindahannya di IDDaily Special Picture...
BERITA UNGGULAN
JADI YANG BENAR DIADILI DI MANA NIH?
Pernyataan Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendapatkan respon dari Amnesty Internasional Indonesia.
Postingan Populer
-
Kencan, bisa dilakukan kapan saja. Dalam Solusi Ibu kali ini, membahas kencan dengan pasangan, di tengah-tengah kehidupan keluarga yang mung...
-
Dilansir melalui Website, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggelar rapat koordinasi bersama Komando Resor Militer (Korem) 033 Wira Prata...
-
Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) Membuatkan Sekolah Darurat Sementara untuk Sekolah Dasar Naglaasih, di Desa Naglasari, Ke...
Banyak dikunjungi
-
Kencan, bisa dilakukan kapan saja. Dalam Solusi Ibu kali ini, membahas kencan dengan pasangan, di tengah-tengah kehidupan keluarga yang mung...
-
Dilansir melalui Website, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggelar rapat koordinasi bersama Komando Resor Militer (Korem) 033 Wira Prata...
-
Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) Membuatkan Sekolah Darurat Sementara untuk Sekolah Dasar Naglaasih, di Desa Naglasari, Ke...
-
Anggota Komisi III Fraksi PKB DPR RI, Hasbiallah Ilyas meminta Polri mengusut kasus tewasnya Darso warga Kampung Gilisari, Kelurahan Purwosa...
-
Bagaimana hubungan wartawan dengan nara-sumbernya? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul seiring kasus korupsi KTP elektronik dengan tersangka ...