Press Release
Dalam perspektif legal dan formal, Hendro D. Laksono, Chief Editor Majalah Mossaik (Suara Surabaya Media), tidak melakukan pelanggaran seperti yang dituduhkan. Pernyataan ini meluncur dari Romi Febriansyah, Direktur Umum dan Adminsitrasi Suara Surabaya menjelang akhir bipartit tiga di SS, Senin (13/10)..>>lanjut
Youtube Pilihan Iddaily: MBG
14 Oktober 2008
13 Oktober 2008
Gedung Tua Tempat Penembak JFK Berada
Iman D. Nugroho, Texas, AS
Pembunuhan Presiden AS John Fitzgerald Kennedy atau JFK pada 22 November 1963 di Dallas, Texas masih menyisakan misteri hingga kini. Meskipun secara resmi kasus itu sudah ditutup dengan laporan The Warren Commission, namun masih belum terkuak apa yang melatar belakangi pembunuhan Presiden AS yang dikenal paling merakyat itu. Apalagi, orang yang dituduh membunuh, Lee Harvey Oswald juga tewas ditangan Jack Ruby, seorang penjaga klub malam di Texas, saat akan keluar dari Kantor Polisi di Dallas...>>lanjut
Pembunuhan Presiden AS John Fitzgerald Kennedy atau JFK pada 22 November 1963 di Dallas, Texas masih menyisakan misteri hingga kini. Meskipun secara resmi kasus itu sudah ditutup dengan laporan The Warren Commission, namun masih belum terkuak apa yang melatar belakangi pembunuhan Presiden AS yang dikenal paling merakyat itu. Apalagi, orang yang dituduh membunuh, Lee Harvey Oswald juga tewas ditangan Jack Ruby, seorang penjaga klub malam di Texas, saat akan keluar dari Kantor Polisi di Dallas...>>lanjut
11 Oktober 2008
Rodeo Fort Worth Dallas Cowboy
RODEO. Texas cowboy masih eksis sampai sekarang. Di sebuah arena rodeo di Fort Worth Dallas Texas, para cowboy itu teraksi. Menangkap hingga menunggangi sapi liar. Tak sedikit yang terluka karenanya...>>next picture
Photo by Iman D. Nugroho
Photo by Iman D. Nugroho
09 Oktober 2008
The Abraham Lincoln Memorial
THE ABRAHAM LINCOLN MEMORIAL.
The Abraham Lincoln Memorial di Washington D.C masih menjadi tempat favorit untuk dikunjungi oleh turis lokal atau luar AS. Sebagian besar dari mereka ingin merasakan semangat awal yang diusung Abraham Lincoln saat membangun AS untuk pertama kali.
photo by Iman D. Nugroho
The Abraham Lincoln Memorial di Washington D.C masih menjadi tempat favorit untuk dikunjungi oleh turis lokal atau luar AS. Sebagian besar dari mereka ingin merasakan semangat awal yang diusung Abraham Lincoln saat membangun AS untuk pertama kali.
photo by Iman D. Nugroho
07 Oktober 2008
Terinspirasi Pertanyaan Bunda, Ciptakan Linux Tuna Netra
Press Release
Keinginan agar kaum tuna netra di Indonesia dapat menggunakan komputer, dua mahasiswa D3 Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS Debi Praharadika dan Eko Wahyu Susilo mencoba menciptakan sistem operasi Linux untuk orang buta.
Berbekal niat tulus dan kesabaran, keinginan kedua mahasiswa semester VI tersebut akhirnya kesampaian. Ide untuk membuat terobosan ini bermula ketika Debi ditanya oleh ibunya yang menjadi pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunagrahita.
”Ada nggak ya komputer untuk kaum tuna netra?” tutur Debi menirukan pertanyaan yang dilontarkan ibunya saat itu. Berawal dari pertanyaan sang bunda itulah akhirnya muncul niat Debi untuk membuat program Linux bagi tuna netra.
Terdorong oleh motivasi untuk membantu sesama itulah, Debi pun menggandeng Eko untuk meuwjudkannya melalui Tugas Akhir (TA) mereka. Namun mereka tak ingin mengkomersialkan terobosan yang dibuatnya. Karena itu, kedua mahasiswa yang akan diwisuda pada 12-13 Oktober ini memilih Linux sebagai alternatifnya.
Dilindungi oleh Genuine Public License (GPL), karya mereka dapat diakses secara gratis oleh masyarakat. Debi dan Eko mempersilakan kepada siapa saja yang ingin memodifikasi, mengkopi, dan menyebarluaskan program Linux tersebut.
Diceritakan Debi, setelah mendapat ide tersebut, mereka memulai mencari referensi di internet. Dari hasil searching, Debi dan Eko mengetahui bahwa sudah ada orang yang menemukan produk ini sebelumnya. Namun, penemuan itu hanya dalam bahasa Inggris.
Berbekal informasi yang mereka peroleh, akhirnya Debi dan Eko mencari dosen pembimbing. Tak tanggung-tanggung, mereka dibimbing oleh dua dosen pembimbing sekaligus. Kedua dosen tersebut masing-masing membimbing bidang yang berbeda, yakni sistem user interface dan text to speech.
Pembagian kerja akhirnya menjadi solusi alternatif bagi pengerjaan TA mereka. Debi kebagian tugas untuk mengurusi system user interface, sedangkan Eko mengembangkan text to speech dalam bahasa Indonesia. Adapun distro Linux yang mereka pilih untuk proyek TA ini adalah Debian karena dirasa mempunyai aplikasi paling lengkap.
Pembuatan Linux tuna netra ternyata membutuhkan perjuangan keras. Selain harus dibuat dari nol, algoritmanya pun harus dibuat sendiri. Tak hanya itu, keyboard yang digunakan juga berbeda dengan keyboard umumnya. Yakni bertombol huruf braille. “Keyboard ini pun kita kembangkan sendiri,” terang Debi.
Menurut Debi, secara garis besar cara kerja Linux ini adalah mengkomunikasikan hasil ketikan keyboard ke dalam format suara. “Jadi, bila ada suatu naskah diketik dengan keyboard braille maka akan dihasilkan suara sesuai naskah yang diketikkan,” jelasnya. Penanganan yang sama juga berlaku ketika komputer hendak dimatikan.
Kendala dalam pembangunan Linux tuna netra ini, menurut Eko, saat membangun database suara yang terdiri dari Natural Language Processing (NLP) dan Digital Signal Processing (DSP). NLP merupakan kata yang dipotong-potong sesuai bahasa Indonesia. “Kita harus merekam satu persatu konsonan kemudian menggabungkannya sendiri hingga menjadi sebuah kata,” paparnya lagi.
Mereka berharap program yang telah diciptakannya ini bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat luas, terutama kaum tuna near yang sangat membutuhkan. (HUMAS-ITS, 6 Oktober 2008)
Keinginan agar kaum tuna netra di Indonesia dapat menggunakan komputer, dua mahasiswa D3 Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS Debi Praharadika dan Eko Wahyu Susilo mencoba menciptakan sistem operasi Linux untuk orang buta.
Berbekal niat tulus dan kesabaran, keinginan kedua mahasiswa semester VI tersebut akhirnya kesampaian. Ide untuk membuat terobosan ini bermula ketika Debi ditanya oleh ibunya yang menjadi pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunagrahita.
”Ada nggak ya komputer untuk kaum tuna netra?” tutur Debi menirukan pertanyaan yang dilontarkan ibunya saat itu. Berawal dari pertanyaan sang bunda itulah akhirnya muncul niat Debi untuk membuat program Linux bagi tuna netra.
Terdorong oleh motivasi untuk membantu sesama itulah, Debi pun menggandeng Eko untuk meuwjudkannya melalui Tugas Akhir (TA) mereka. Namun mereka tak ingin mengkomersialkan terobosan yang dibuatnya. Karena itu, kedua mahasiswa yang akan diwisuda pada 12-13 Oktober ini memilih Linux sebagai alternatifnya.
Dilindungi oleh Genuine Public License (GPL), karya mereka dapat diakses secara gratis oleh masyarakat. Debi dan Eko mempersilakan kepada siapa saja yang ingin memodifikasi, mengkopi, dan menyebarluaskan program Linux tersebut.
Diceritakan Debi, setelah mendapat ide tersebut, mereka memulai mencari referensi di internet. Dari hasil searching, Debi dan Eko mengetahui bahwa sudah ada orang yang menemukan produk ini sebelumnya. Namun, penemuan itu hanya dalam bahasa Inggris.
Berbekal informasi yang mereka peroleh, akhirnya Debi dan Eko mencari dosen pembimbing. Tak tanggung-tanggung, mereka dibimbing oleh dua dosen pembimbing sekaligus. Kedua dosen tersebut masing-masing membimbing bidang yang berbeda, yakni sistem user interface dan text to speech.
Pembagian kerja akhirnya menjadi solusi alternatif bagi pengerjaan TA mereka. Debi kebagian tugas untuk mengurusi system user interface, sedangkan Eko mengembangkan text to speech dalam bahasa Indonesia. Adapun distro Linux yang mereka pilih untuk proyek TA ini adalah Debian karena dirasa mempunyai aplikasi paling lengkap.
Pembuatan Linux tuna netra ternyata membutuhkan perjuangan keras. Selain harus dibuat dari nol, algoritmanya pun harus dibuat sendiri. Tak hanya itu, keyboard yang digunakan juga berbeda dengan keyboard umumnya. Yakni bertombol huruf braille. “Keyboard ini pun kita kembangkan sendiri,” terang Debi.
Menurut Debi, secara garis besar cara kerja Linux ini adalah mengkomunikasikan hasil ketikan keyboard ke dalam format suara. “Jadi, bila ada suatu naskah diketik dengan keyboard braille maka akan dihasilkan suara sesuai naskah yang diketikkan,” jelasnya. Penanganan yang sama juga berlaku ketika komputer hendak dimatikan.
Kendala dalam pembangunan Linux tuna netra ini, menurut Eko, saat membangun database suara yang terdiri dari Natural Language Processing (NLP) dan Digital Signal Processing (DSP). NLP merupakan kata yang dipotong-potong sesuai bahasa Indonesia. “Kita harus merekam satu persatu konsonan kemudian menggabungkannya sendiri hingga menjadi sebuah kata,” paparnya lagi.
Mereka berharap program yang telah diciptakannya ini bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat luas, terutama kaum tuna near yang sangat membutuhkan. (HUMAS-ITS, 6 Oktober 2008)
06 Oktober 2008
Washington D.C on Camera
Iman D. Nugroho, Washington D.C, US
28 TAHUN. Demonstrasi adalah hal yang sah dilakukan di Washington D.C. Termasuk demonstrasi di depan White House, tempat Presiden AS George W. Bush berkantor. Yang unik adalah demonstrasi yang dilakukan seorang aktivis perdamaian, Wage Love dan seorang temannya. Demonstrasi menentang segala bentuk kekerasan yang dilakukan di seberang White House itu sudah berlangsung selama 28 tahun. >> Photo Gallery
28 TAHUN. Demonstrasi adalah hal yang sah dilakukan di Washington D.C. Termasuk demonstrasi di depan White House, tempat Presiden AS George W. Bush berkantor. Yang unik adalah demonstrasi yang dilakukan seorang aktivis perdamaian, Wage Love dan seorang temannya. Demonstrasi menentang segala bentuk kekerasan yang dilakukan di seberang White House itu sudah berlangsung selama 28 tahun. >> Photo Gallery
Resiko Laki-laki Indonesia
Iman D Nugroho, Detroit, USA
"US Citizens?" pertanyaan itu meluncur dari pramugari North West Airlines, beberapa saat sebelum pesawat itu mendarat di Detroit Metro International Airport, AS. "No, I'm not," jawab saya. Dengan cekatan pramugari itu memberikan dua form yang harus di isi. Form yang dikenal dengan sebutan dengan "Form I-94" itu berisi pertanyaan dasar identitas, alasan datang ke AS, berapa uang yang dibawa hingga alamat yang akan didatangi itu harus diisi sebagai prasyarat memasuki AS...>>lanjut
"US Citizens?" pertanyaan itu meluncur dari pramugari North West Airlines, beberapa saat sebelum pesawat itu mendarat di Detroit Metro International Airport, AS. "No, I'm not," jawab saya. Dengan cekatan pramugari itu memberikan dua form yang harus di isi. Form yang dikenal dengan sebutan dengan "Form I-94" itu berisi pertanyaan dasar identitas, alasan datang ke AS, berapa uang yang dibawa hingga alamat yang akan didatangi itu harus diisi sebagai prasyarat memasuki AS...>>lanjut
05 Oktober 2008
Turn On Your Laptop, Please,..
Iman D. Nugroho, Changi, Singapura
"Turn on your laptop, please," kata seorang petugas. Wah,..akan ada pemeriksaan software original dan non original. "Bisa-bisa, akan ada pemeriksaan yang panjang, berliku dan,..pokoknya rumit," kataku dalam hati...>>lanjut.
"Turn on your laptop, please," kata seorang petugas. Wah,..akan ada pemeriksaan software original dan non original. "Bisa-bisa, akan ada pemeriksaan yang panjang, berliku dan,..pokoknya rumit," kataku dalam hati...>>lanjut.
03 Oktober 2008
"Meloncat-loncat" untuk Sang Paman
Iman D. Nugroho, Jakarta, Indonesia
Beginilah nasib orang yang tidak punya uang. Dengan berbekal nekad, Saya harus rela "meloncat-loncat" dari Surabaya sampai ke Washington D.C hanya untuk sampai ke negara yang disebut dengan sebutan Paman Sam (baca: Uncle Sam). Bisa ditebak, dalam loncatan itu, banyak hal ditemui...>>lanjut
Loncatan pertama dilakukan pada Jumat (3/10/08) pagi. Dengan menggunakan Garuda Indonesia Airways, penerbangan pukul 06.00 WIB, Saya melesat menuju ke Jakarta. Malam harinya, satu jam sebelum tengah malam, berlanjut loncatan kedua dengan menggunakan Qatar Airways menuju ke Singapura. Di tengah gelap malam itu, pesawat menembus langit Indonesia, menuju ke wilayah negara Singapura dan mendarat di Bandara Changi, Singapura.
Sampai di Singapura, perjalanan berlanjut ke Jepang melalui Bandara Narita, Jepang, dengan menggunakan pesawat dari airways yang sama. Kemudian dilanjutkan ke Detroit Amerika. Bandara Metro, Detroit menjadi pijakan awal di Paman Sam. "Loncatan" terakhir dilakukan dari Detroit menuju ke Washington D.C melalui Bandara Ronald Reagan, Washington D.C. Sebuah kota yang dikenal sebagai Ibukota AS. Hmmm,...
Ikuti laporan perjalanan selanjutnya di www.iddaily.net!
Beginilah nasib orang yang tidak punya uang. Dengan berbekal nekad, Saya harus rela "meloncat-loncat" dari Surabaya sampai ke Washington D.C hanya untuk sampai ke negara yang disebut dengan sebutan Paman Sam (baca: Uncle Sam). Bisa ditebak, dalam loncatan itu, banyak hal ditemui...>>lanjut
Loncatan pertama dilakukan pada Jumat (3/10/08) pagi. Dengan menggunakan Garuda Indonesia Airways, penerbangan pukul 06.00 WIB, Saya melesat menuju ke Jakarta. Malam harinya, satu jam sebelum tengah malam, berlanjut loncatan kedua dengan menggunakan Qatar Airways menuju ke Singapura. Di tengah gelap malam itu, pesawat menembus langit Indonesia, menuju ke wilayah negara Singapura dan mendarat di Bandara Changi, Singapura.
Sampai di Singapura, perjalanan berlanjut ke Jepang melalui Bandara Narita, Jepang, dengan menggunakan pesawat dari airways yang sama. Kemudian dilanjutkan ke Detroit Amerika. Bandara Metro, Detroit menjadi pijakan awal di Paman Sam. "Loncatan" terakhir dilakukan dari Detroit menuju ke Washington D.C melalui Bandara Ronald Reagan, Washington D.C. Sebuah kota yang dikenal sebagai Ibukota AS. Hmmm,...
Ikuti laporan perjalanan selanjutnya di www.iddaily.net!
01 Oktober 2008
Sholat Ied Korban Lumpur
SHOLAT IED KORBAN LUMPUR. Masyarakat Desa Jatirejo, Kecamatan Porong, Sidoarjo yang juga korban semburan lumpur Lapindo dari sumur Banjarpanji yang dikelola Lapindo Brantas Inc, menggelar Sholat Idul Fitri di tanggul lumpur, Rabu (1/10/08) ini. Dalam Sholat itu, hadir pula Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Syafruddin Ngulma Simeulue, Anggota DPR-RI Aryo Wijanarko dan beberapa aktivis lingkungan Jawa Timur.
Photo by Iman D. Nugroho
BERITA UNGGULAN
JADI YANG BENAR DIADILI DI MANA NIH?
Pernyataan Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendapatkan respon dari Amnesty Internasional Indonesia.
Postingan Populer
-
Kencan, bisa dilakukan kapan saja. Dalam Solusi Ibu kali ini, membahas kencan dengan pasangan, di tengah-tengah kehidupan keluarga yang mung...
-
Dilansir melalui Website, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggelar rapat koordinasi bersama Komando Resor Militer (Korem) 033 Wira Prata...
-
Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) Membuatkan Sekolah Darurat Sementara untuk Sekolah Dasar Naglaasih, di Desa Naglasari, Ke...
Banyak dikunjungi
-
Kencan, bisa dilakukan kapan saja. Dalam Solusi Ibu kali ini, membahas kencan dengan pasangan, di tengah-tengah kehidupan keluarga yang mung...
-
Dilansir melalui Website, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggelar rapat koordinasi bersama Komando Resor Militer (Korem) 033 Wira Prata...
-
Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) Membuatkan Sekolah Darurat Sementara untuk Sekolah Dasar Naglaasih, di Desa Naglasari, Ke...
-
Anggota Komisi III Fraksi PKB DPR RI, Hasbiallah Ilyas meminta Polri mengusut kasus tewasnya Darso warga Kampung Gilisari, Kelurahan Purwosa...
-
Bagaimana hubungan wartawan dengan nara-sumbernya? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul seiring kasus korupsi KTP elektronik dengan tersangka ...