10 April 2008

Melawan Konversi Minyak Tanah Dengan Kompor Solar dan Serbuk Gergaji

Iman D. Nugroho

Ketika masyakat pengguna minyak tanah mengantri untuk mendapatkan minyak tanah yang semakin langka dan melambung harganya, H. Ali Soleh memilih untuk mengutak-atik kompor dagangannya. Satu pertanyaan yang ada dibenaknya, bagaimana kompor minyak tanah bisa terus menyala, dalam kondisi serba sulit seperti sekarang. "Setelah Saya coba, akhirnya Saya menemukan bahwa minyak solar lebih mudah dan murah untuk menggantikan minyak tanah," katanya pada The Jakarta Post. Perlawanan konversi minyak tanah pun dimulai..


H. Ali Soleh bisa jadi adalah salah satu dari jutaan orang di Indonesia yang terimbas naik dan langkanya minya tanah yang belakangan terjadi. Bedanya Haji Ali, tidak hanya pusing karena harga yang melambung, melainkan juga karena semakin sedikit konsumen yang membeli kompor produksinya. "Saya adalah pembuat kompor, sejak minyak tanah gonjang-ganjing, maka omset kompor buatan saya menurun hingga 80 persen," kata Haji Ali. Tidak hanya itu, laki-laki asli Sidoarjo, Jawa Timur ini juga harus memberhentikan 100 orang karyawan pabrik kompor miliknya.

Padahal sebelum gonjang-ganjing minyak tanah ini terjadi, kompor buatan Haji Ali yang dijual Rp.25-35 ribu itu bisa laku hingga 1000 biji/harinya. Sekarang, hanya laku, 250 biji/hari. Kondisi itu membuat bapak tujuh anak ini berpikir keras untuk tetap bertahan. Kuncinya, menurut Haji Ali, adalah mencari sumber bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah.

Program pemerintah untuk mengkonversi minyak tanah dengan gas elpiji, menurut Haji Ali masih belum bisa diterima oleh masyarakat. "Masih banyak orang yang takut menggunakan gas," katanya. Pilihan bakar bakar alternatif itu jatuh pada solar. Bahan bakar minyak yang biasa digunakan untuk menjalankan mesin diesel itu, menurut Haji Ali memiliki karekter yang hampir sama dengan minyak tanah.

Apalagi, dari segi harga, solar relatif lebih murah, meskipun saat ini, harga solar masih lebih tinggi dari minyak gas. "Harga minyak gas sekitar Rp.3500/liter, sementara solar Rp.4300,-, tapi bila subsidi minyak tanah sudah dicabut, maka harga minyak tanah bisa melambung menjadi Rp.8000,-an, sementara harga solar tidak berubah,"katanya. Karena itu, dalam jangka panjang, harga solar masih bisa dijangkau. Haji Ali pun melakukan beberapa percobaan sederhana untuk mengukur kemampuan solar bila digunakan menjadi untuk kompor minyak.

Dalam percobaan itu, Haji Ali menemukan bukti bahwa kompor minyak tanah pun bisa dengan langsung diganti dengan solar. Tidak perlu dimodifikasi ulang. Dalam kondisi normal, solar yang diisikan di kompor minyak bisa menghasilkan api yang hampir sama dengan minyak tanah. "Coba lihat, apinya biru, seperti minyak tanah," kata Haji Ali ketika mencoba kompor solar dihadapan The Post. Panas yang dihasilkan pun relatif sama.

Untuk mendidihkan 5,5 air, kompor solar memerlukan waktu sekitar 30 menit. Waktu yang sama dengan kompor minyak. “Kalau melihat hasilnya, sepertinya panas yang dihasilkan pun tidak berbeda, mengapa tidak menggunakan solar untuk mengganti minyak tanah yang semakin mahal dan langka,” kata Haji Ali. Hanya saja, Haji Ali mengingatkan, tidak mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan solar. Bisa-bisa bisa dituduh menimbun solar. “Katanya kalau beli solar dalam ukuran banyak, akan dituduh menimbun ya, haha,..” celotehnya.

Inovasi Haji Ali tidak benhenti. Suksesnya eksperimen dengan solar, membuat pembuat kompor sejak 1982 itu kembali bereksperimen. Kali ini, serbuk berbaji kayu akan menjadi salah satu obyek percobaan. Ide serbuk gergaji kayu ini memang bukan ide orisinal. “Saya mendengar, sudah banyak orang di daerah Probolinggo, Jawa Timur yang menggunakan sebuk gergaji kayu untuk bahan bakar,” katanya.

Hanya saja, penggunaan serbuk gergaji secara tradisional tidak efektif dan cenderung boros. Secara sederhana, serbuk gergaji itu hanya dibakar saja. Namun, Haji Ali coba memadatkan dan mencetaknya menjadi balok-balok kecil. Dengan kepadatan yang tinggi, maka serbuk gergaji akan menjadi bahan bakar yang berkualitas. “Saya masih pesan serbuk bergaji untuk saya padatkan, bila sudah Saya nilai layak, mungkin akan Saya jual,” katanya.

Menyangkut ide serbuk gergaji ini, Haji Ali menekankan perlunya dilihat jenis kayu yang digunakan. Ada beberapa kayu yang menghasilkan minyak, bila serbuk gergajinya dipadatkan. “Karena itu, serbuk bergaji padat, belum sepenuhnya bisa digunakan, masih saya uji lagi,” jelasnya.

Satu hal yang pantas dipuji adalah, keikhlasan Haji Ali dalam menciptakan ide-ide kratif untuk keluar dari keterpurukan. “Semua masyarakat bisa menggunakan ide Saya ini dengan bebas, bahkan bila akan memproduksi secara massal, silahkan saja, asal bisa memudahkan hidup yang serba susah ini,” katanya. Hebat!


07 April 2008

Usai Gembok Gerbang DPRD Sidoarjo, Tuntutan Korban Lumpur Baru Diperhatikan

Iman D. Nugroho

Aksi tiga desa korban lumpur Lapindo, Desa Besuki, Desa Pejarakan, dan Desa Kedung Cangkring, Porong Sidoarjo terus berlanjut. Kali ini, demonstrasi dilakukan dengan menggembok pintu gerbang gedung DPRD Sidoarjo, Senin (7/04). Hebatnya, setelah itu, justru tuntutan demonstran untuk percepatan pembayaran dan penetapan daerah yang masuk dalam zona berbahaya lumpur, menemukan harapan.


Aksi itu berlangsung Senin pagi, sekitar pukul 06.30 WIB. Perwakilan tiga desa yang datang sebelum blokade polisi disiapkan itu segera menuju ke teras gedung DPRD Sidoarjo. Beberapa di antara mereka menggembok gerbang gedung Wakil Rakyat itu, dan menyimpan kuncinya. Aksi mereka sempat membuat beberapa polisi kelimpungan, dan melakukan negosiasi.

Warga menolak dan menuntut adanya dialog dengan anggota DPRD Sidoarjo. Bila hal itu tidak dipenuhi, maka warga akan nekad bertahan di dalam gedung. Staff DPRD Sidoarjo yang datang setelah gedung digembok, harus rela menunggu di luar gedung dewan. Polisi yang "kecolongan" pun bernegosiasi dengan demonstran. Di tengan negosiasi itu, pasukan Dalmas Polri bersenjata lengkap datang dan segera membentuk barikade.

Sekitar pukul 09.00 Wib, negosiasi itu membawa hasil, Warga bersedia membuka gembok dan mengizinkan staff DPRD Sidoarjo untuk masuk ke dalam gedung, asalkan ada dialog antara warga dengan wakil rakyat. Tuntutan itu dipenuhi. Wakil Ketua DPRD Sidoarjo, Djalalludin Alham bersedia menemui perwakilan warga.

Dalam dialog itu, warga kembali mengutarakan tuntutan kepada pemerintah untuk percepatan pembayaran dan penetapan daerah yang masuk dalam zona berbahaya Lumpur Lapindo. Wakil Ketua DPRD Sidoarjo, Djalalludin Alham mengatakan bahwa pihaknya tidak dalam kapasitas untuk memenuhi tuntutan warga. Meski begitu, Alham bersedia memfasilitasi kepergian warga ke Jakarta untuk berbicara langsung dengan Pemerintah Pusat.

"Kita akhirnya setuju untuk berangkat ke Jakarta untuk bedialog dengan Panitia Angaran DPR-RI, Menteri Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Menteri Pekerjaan Umum," kata Koordinator Lapangan aksi, Abdul Rokhim. Keberangkatan akan dilakukan Senin sore. Demonstran pun membubarkan diri. "Kalau begini dari kemarin kan nggak perlu susah-susah," kata seorang demonstran sambil berlalu.


05 April 2008

Mempertajam Fokus Dampak Sosial Dalam AAS 2008

Press Release

Kondisi bangsa sebenarnya dapat terekam dalam berbagai karya jurnalistik yang dihasilkan oleh insan pers di Indonesia. Hal ini terutama terlihat dalam karya-karya jurnalistik investigatif maupun humaniora yang tidak lekang jaman dan selalu menjadi pengingat bagi kita semua mengenai apa yang telah terjadi di tahun-tahun terdahulu.


Melalui payung program Sampoerna untuk Media, ajang kompetisi karya jurnalistik Anugerah Adiwarta Sampoerna (AAS) kembali dibuka dan mengajak para jurnalis Indonesia untuk berpartisipasi dalam ajang tahunan ini. Program ini diharapkan dapat turut memotivasi mereka untuk terus menghasilkan karya-karya yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.

“Kami ingin ajang AAS ini dapat memotivasi para jurnalis untuk terus menghasilkan karya-karya jurnalistik yang memiliki dampak sosial bagi masyarakat Indonesia,” kata Niken Rachmad, Direktur Komunikasi PT HM Sampoerna Tbk. “Kami harap media dapat menyuarakan realita sosial yang ada, sehingga para pembaca juga dapat mengetahui apa yang terjadi dan kemudian tergerak serta bertindak untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih positif.”

Untuk itulah, tahun ini ajang kompetisi jurnalistik bergengsi AAS 2008 mempertajam fokusnya untuk memberikan penghargaan bagi karya-karya jurnalistik terbaik yang berdampak sosial. “Tahun ini, kategori hardnews dan feature yang digunakan dalam ajang AAS sebelumnya, kami pertajam menjadi kategori reportase investigatif dan humaniora,” demikian dikatakan Yosep Adi Prasetyo, salah satu Pendiri Institut Studi Arus Informasi (ISAI) yang juga merupakan anggota dewan juri AAS 2008.

“Kami harap karya-karya yang masuk nantinya dapat merekam kondisi bangsa secara nyata, sehingga memiliki dampak sosial bagi masyarakat. Ini merupakan tantangan bagi para jurnalis untuk menghasilkan karya yang bisa menjadi patron di tahun penyelenggaraan AAS.”

Dengan perubahan ini, maka dalam AAS 2008, wartawan cetak/online dapat mengirimkan karya mereka dalam kategori reportase investigatif, humaniora, dan foto jurnalistik, di enam bidang: seni dan budaya, olah raga, ekonomi/bisnis, sosial, politik, dan hukum.

Tahun ini, karena banyaknya permintaan, AAS 2008 juga membuka satu kategori baru bagi insan pertelevisian Indonesia, yakni kategori jurnalistik televisi. “Tayangan jurnalistik televisi di sini bisa berupa berita, investigasi, talkshow, feature, atau dokumenter, dan durasinya tidak dibatasi. Bagi kami, yang terpenting adalah tayangan tersebut memiliki kemasan yang menarik, serta memiliki nilai berita dan nilai sosial yang tinggi,” kata Arswendo Atmowiloto, sutradara, produser, dan budayawan yang menjadi anggota dewan juri AAS 2008 untuk kategori televisi.

Dengan masuknya kategori televisi ini, maka terdapat total 19 kategori dalam AAS 2008—18 kategori untuk print/online serta 1 kategori untuk televisi. Ajang AAS yang dimulai pada tahun 2006 ini memang telah merangkak naik menjadi salah satu
ajang kompetisi jurnalistik bergengsi di Indonesia.

Untuk memudahkan komunikasi dan sosialisasi AAS 2008 ini, Panitia juga telah memanfaatkan fasilitas blog khusus yakni: http://anugerahadiwarta.org/. Lewat blog ini, Panitia akan terus memberikan informasi sehubungan dengan AAS 2008, dimana peserta dapat mengajukan pertanyaan atau melihat persyaratan serta ketentuan yang berlaku untuk mengikuti ajang AAS tahun ini. ***


04 April 2008

Mahasiswa: Turunkan Harga Sekarang Juga!

Iman D. Nugroho

Aktivis mahasiswa Surabaya yang tergabung dalam Gerakan Nasional Turunkan Harga menuntut pemerintah untuk segera menurunkan harga barang-barang kebutuhan pokok, dalam demonstrasi Jumat (4/04/08) ini di Surabaya. Demonstran yang merupakan kumpulan Badan Eksekutif Mahasiswa (DEM) universitas di Surabaya itu menganggap pemerintah tidak serius bekerja.


Demonstrasi yang diawali dengan long march itu berlangsung sekitar pukul 13.00 WIB. Sekitar 20-an mahasiswa mengarak spanduk dan aksi teatrikal di sepanjang Jl. Pemuda menuju ke Jl. Gubernur Suryo. Meski hanya dilakukan puluhan mahasiswa, demonstrasi itusempat memacetkan jalan protokol utama Kota Pahlawan, lantaran memakan separuh badan jalan.

"Maafkan bila demonstrasi ini sedikit mengganggu, tapi ini demo rakyat yang semakin sengsara," kata orator mahasiswa di sela-sela demonstrasinya. Beberapa pengguna jalan terlihat menyambut demonstrasi itu dengan lambaian tangan. Ada juga yang menghidupkan klakson dan lampu kota tanda dukungan pada mahasiswa.

Dalam selebaran yang dibagikan, demonstran menyoroti kelangkaan minyak dan naiknya harga kebutuhan pokok. Fenomena itu, menurut mahasiswa adalah bukti tidak adanya perhatian yang serius pemerintah. Bila kondisi ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin akan terjadi chaos di berbagai tempat, karena masyarakat tidak lagi bisa menahan tekanan yang begitu rupa.

Karena itu, mahasiswa mengajak seluruh elemen masyakat untuk tidak lagi diam, dan ikut bergerak menuntut pemerintah segera memperbaiki kondisi ini. "Kita harus segera bergerak untuk bisa keluar dari kondisi ini," tulis mahasiswa melalui selebaran yang ditandatangani Koordinator Lapangan demonstrasi, Heru Abdullah.

02 April 2008

Kamis Ini, Gugatan Praperadilan Kapolres Sumenep Digelar

Sidang pertama gugatan pra peradilan antara M. Ikhsan(35) warga Dusun Gili-gili, RT/RW : 01/10, Desa Pajenangger, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep akan berlangsung Kamis(3/4) besok. Dalam persidangan itu, M. Ikhsan dengan didampingi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya mempradilankan Kapolres Sumenep dan Kapolsek Arjasa, dalam perkara penangkapan dan penahanan yang tidak sah (sewenang-wenang).


Dalam press releasenya LBH Surabaya menjelaskan, kasus ini berawal dari penangkapan sewenang-wenang yang dilakukan oleh delapan anggota Polsek Arjasa kepada M. Ikhsan. Dalam penangkapan tersebut, petugas tidak membawa surat perintah apapun yang dapat menunjukkan bahwa tindakan tersebut berada dalam urusan dinas resmi. Bagi LBH Surabaya, penangkapan sewenang-wenang tersebut tidak lain merupakan penculikan yang dilakukan oleh polisi.

M. Ikhsan yang merasa tidak bersalah, berusaha untuk menyelamatkan diri dengan naik ke atas plafon. Namun apa daya, polisi justru menembak kaki kanan M. Ikhsan. Selanjutnya, polisi justru memaksa istri korban untuk membiayai pengobatan M. Ikhsan, sebesar Rp. 5 juta. Saat ini, M. Ikhsan masih berada dalam Klinik Polres Sumenep dan diletakkan dalam ruang khusus berterali besi dan dijaga selama 24 jam.

Sampai gugatan di daftarkan pada Kamis, 27 Maret 2008, M. Ikhsan, keluarga maupun LBH Surabaya selaku kuasanya, tidak mengetahui tindak pidana apa yang dituduhkan kepada M. Ikhsan, karena Polisi tidak pernah menyerahkan dokumen apapun. Gugatan ini penting sebagai shock therapy bagi Kepolisian secara umum, dan Kepolisian Resort Sumenep pada khususnya. "Agar polisi tidak lagi sewenang-wenang dalam menjalankan tugasnya, terlebih dengan menggunakan kekerasan," tulis Athoillah, SH, Kepala Bidang Operasional LBH Surabaya dalam press releasenya.

Korban Lumpur Lapindo Tuntut Presiden Segera Bikin Perpres

Iman D. Nugroho

Korban lumpur Lapindo dari tiga desa, Desa Besuki, Desa Kedung Cangkring dan Desa Pajarakan menuntut Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat Peraturan Presiden (Perpres) yang berisi percepatan pembayaran ganti rugi lahan berdampak lumpur. Tuntutan itu terlontar dalam demonstrasi di depan gedung DPRD Sidoarjo, Rabu (2/04) ini di Sidoarjo.


Demonstrasi yang digelar sejak pagi itu sekaligus mengawal perjalanan Panitia Khusus (Pansus) Lumpur DPRD Sidoarjo, yang hari ini membacakan laporan pertanggungjawaban di depan Rapat Paripurna DPRD Sidoarjo. Dengan menggunakan truk, mobil dan ratusan sepeda motor, massa melakukan konvoi dari lokasi pengungsiaan di Desa Besuki, Porong menuju Sidoarjo yang berjarak 20-an KM.

Massa aksi yang kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak ini langsung merangsek ke depan gerbang DPRD Sidoarjo. Polisi yang berjaga di dalam dan di luar gedung mengawasi massa yang berorasi dan mencaci maki anggota DPRD Sidoarjo. Demonstran mengangap DPRD Sidoarjo tidak memiliki "gigi" untuk mendesak Lapindo untuk segera menepati janji. "Tolong lihat kami korban lumpur ini, jangan hanya duduk di dalam gedung saja," orasi salah satu warga.

Kekecewaan demonstran korban lumpur kembali mencuat ketika perwakilan 15 desa yang diundang dalam Rapat Paripurna DPRD Sidoarjo keluar ruangan dan mengabarkan tidak adanya hal baru dalam Laporan Pertanggungjawaban Pansus Lumpur. Massa yang awalnya hanya duduk-duduk, langsung merangsek ke pintu gerbang DPRD Sidoarjo. Beberapa berusaha mendobrak gerbang, namun dihalangi polisi.

Koordinator Lapangan aksi, Abdul Rokhim mengatakan seharusnya Pansus Lumpur DPRD Sidoarjo bisa lebih mendukung korban lumpur Lapindo dengan membuat keputusan yang lebih "tajam". Seperti merekomendasikan Presiden SBY untuk segere membuat Perpres percepatan pembayaran. "Tapi hal itu tidak terjadi, sama sekali tidak ada yang baru dalam laporan Pansus Lumpur," kata Abdul Rokhim.

Minimal, Pansus Lumpur bisa selangkah lebih maju dengan mendesak Badan Penanganan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk berani mengumumkan daerah-daerah mana saja yang masuk dalam zona berbahaya atau Dangerous Zone. Dengan begitu, penduduk yang saat ini masih bertahan di kawasan tersebut akan bisa bersiap-siap bila ada hal buruk, atau malah mengungsi. "Tapi semuanya tidak terjadi, usulan Pansus Lumpur, basi," katanya.

01 April 2008

BRAngerous, Unjuk Gigi Komunitas Ber-BRA

Unjuk rasa komunitas ber-bra berlangsung di Surabaya. Berbeda dengan unjuk rasa yang sudah ada sebelumnya, unjuk rasa yang berlangsung di Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) di Surabaya ini berupa unjuk kemampuan komunitas yang menamakan diri dengan BRAngerous. Seperti namanya, BRAngerous menjadikan bra sebagai ikon unjuk rasanya.


BRAngerous bisa dibilang sebagai "barang baru" di dunia seni Surabaya. Berawal dari sebuah komunitas seni di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, BRAngerous lahir tanpa sengaja. "Kelahiran BRAngerous memang tanpa disengaja pada Maret 2007, awalnya kami hanya ingin menjawab pertanyaan: Kenapa tidak ada seniwati muda dari Surabaya? Ternyata, jawaban itu berupa eksistensi kegiatan seni," kata Maria Gareti Erit Mandiri, pimpinan BRAngerous pada The Jakarta Post.

Nama BRAngerous berasal dari dua kata bra atau BH dan dangerous (berbahaya). Megapa bra? "Bra adalah simbol dari peralatan yang paling privat dan terdalam milik wanita, maksudnya, karya yang kita hasilkan adalah karya dari kemampuan privat dan mendalam milik kita," ungkap Maria. Sementara dangerous berarti "membahayakan". Bila digabungkan, BRAngerous berarti sebuah seruan "awas!", atas sebuah karya dari seniwati perempuan yang pantas diperhitungkan. "Watch out atas karya kami!" kata perempuan berumur 23 tahun ini.

Dari semangat itu, perlahan-lahan, anggota BRAngerous mengumpulkan seniman-seniman muda dari Kota Pahlawan untuk diajak bergabung dalam satu wadah. Entah mengapa, getok tular itu direspon oleh seniwati yang kebanyakan adalah anak-anak muda. Hingga saat ini ada 40-an anggota BRAngerous yang tergabung dalam komunitas itu. Dari semuanya, terkumpul ratusan karya.Mulai karya fotografi, lukisan hingga seni jahit menjahit.

Pameran di CCCL Surabaya 1-5 April 2008 ini adalah debut pertama BRAngerous. Maria mengungkapkan, melalui pameran ini BRAngerous akan "mengukur" sejauh mana animo masyarakat pada karya seni yang dibuat oleh seniwati perempuan muda. Termasuk, sejauh mana publik Surabaya menilai karya seni alternatif yang ditawarkan BRAngerous. Kealternatifan BRAngerous tampak dari karya desain bra yang dipajang di CCCL Surabaya.

Tidak hanya itu, penonton yang mendatangi pembukaan workshop BRAngerous akan diajak untuk menciptakan seni dengan bahan baku bra. "Dari situ akan tampak, bagaimana kemampuan seni masyarakat kita, dengan menghias sesuatu yang selama ini dianggap tabu untuk disentuh dan diinovasi menjadi sesuatu yang lebih bernilai seni," ungkap Maria.

Sayangnya, baik Maria maupun anggota BRAngerous tidak memiliki filosofi lebih menyangkut apa yang mereka kerjakan. Buktinya, meskipun mengusung nilai keperempuanan namun, Maria mengaku seluruh anggota BRAngerous tidak mengerti dengan isu-isu keperempuanan. "Kita sama-sekali buta dengan hal itu, maklum hampir semuanya anak muda, mungkin dengan pameran ini, kami akan mendapatkan masukan," katanya.


TNI AL Tangkap Kapal Thailand

Penangkapan kapal asing kembali dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Minggu (30/03/08) kemarin, kapal patroli KRI Abdul Halim Perdana Kusuma menangkap sebuah kapal berbendera Thailand M.V. Eksrwichai-19 yang sedang melakukan penangkapan ikan di laut Aru.


Ketika ditangkap oleh KRI yang dikomandari oleh Letkol Laut (P) Robert Tapangan itu, M.V. Eksrwichai-19 baru saja melakukan proses illegal fishing. Hal itu terbukti dengan masih sedikitnya ikan yang ada di kapan itu. "Jumlahnya sekitar 40 ton, itu jumlah yang masih sedikit untuk kapal dengan ukuran 107 GT," kata Dinas Penerangan Armatim Tony Syaiful pada The Jakarta Post, Senin (01/04).

Berdasarkan pemeriksaan sementara, M.V. Eksrwichai-19 terbukti menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI). Seharusnya besar jaring hanya sepanjang 2,5 Km, tapi kapan yang dinakhodai oleh Lun Naprakhon itu menggunakan jaring sepanjang 7,5 Km. Karena jaring itulah, jenis ikan yang ditangkap oleh M.V. Eksrwichai-19 sangat beragam dan memiliki kualitas bagus.

Pada penangkapan itu, sebanyak 26 anak buah kapal (ABK) ditangkap. Tiga orang diantaranya berkebangsaan Indonesia, sementara sisanya berkebangsaan Thailand. Kapal MV Eksrwichai-19 dibawa menuju pangkalan TNI AL Lanal Aru untuk proses hukum lebih lanjut. "Kasus itu akan diteruskan ke meja hukum," kata Tony.

Bulan April adalah bulan di mana kondisi cuaca sangat mendukung untuk proses pelayaran. Bulan-bulan ini jugalah, nelayan dari Samudra Atlantik masuk ke perairan Indonesia terdekat, yakni laut Aru. "Karena itulah, patroli akan terus dikonsentrasikan terutama untuk illegal fishing, kami yakinkan, penegakan hukum akan terus dilakukan," kata Tony.


31 Maret 2008

Karena Kincir Air Mengalir

Otot-otot di lengan tangan kanan Painem (70) mulai menegang, saat perempuan itu mengangkat jirigen yang penuh dengan air. Begitu juga saat tangan kirinya merangkul, dan melilitkan selendang biru tua ke jirigen, dan pundaknya. "Meskipun berat, ini jauh lebih baik, sebelum ada kincir angin ini, saya harus mengambil air dari jurang sana, dan membawanya ke rumah," kata Painem dalam bahasa jawa.

----------

Seperti sore-sore yang lain, sore di Minggu (27/03/08) ini adalah waktu bagi penduduk Desa Joho, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk untuk mengambil air bagi kebutuhan keluarga. Dari rumah yang tersebar hingga 1 Km, mereka berjalan menuju ke sumber air terdekat untuk mengangsu (mengambil air dalam bahasa jawa-RED).

Bedanya, sejak dua bulan lalu penduduk Desa Joho tidak perlu mengangsu ke sumber air di dasar jurang Padas Ombo. Melainkan, cukup datang ke ujung desa, tempat kincir angin berada. Dua hidran umum di bawah kincir angin itu sudah terisi air untuk "diangsu" secara gratis. Tinggal memasukkan selang ke dalam wadah, memutar kran dan,..curr, air pun mengalir deras.

Pembangunan kincir angin di Desa Joho adalah program Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memenuhi kebutuhan air di lokasi-lokasi yang sulit air. Desa Joho, adalah salah satu kawasan yang terpilih karena air tergolong langka di desa ini.

"Memang di Desa Joho membutuhkan air bersih, penduduknya yang miskin membuat air semakin sulit didapatkan, apalagi penduduk tidak punya uang untuk memberli pompa dan menyedot air dari sumbernya," kata Nugroho, Kepala Seksi Penyediaan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kabupaten Nganjuk.

Karenanya, penduduk menyambut baik pembangunan kincir angin bermerk Yellowtail buatan Australia ini. Sebuah lahan berukuran 25 M2 pun diberikan secara gratis oleh warga untuk membangunan kincir angin berpakasitas 21 ribu liter perhari itu. "Kita membayangkan mudahnya mengambil air," kata Mairin, penduduk Joho.

Harapan itu menjadi kenyataan, ketika kincir angin itu tegak berdiri. Air yang berada 80 meter di bawah permukaan tanah itu terpompa ke atas dan mengalir ke hidran sebagai tempat penampungan sementara. Penduduk yang membutuhkan air, bisa mengambilnya di kran air yang terletak di bagian bawah hidran.

Penggunaan kincir angin khas Australia ini memang pas dibangun di Nganjuk. Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Angin itu memiliki "bahan baku" angin untuk memutar kipas kincir angin. "Tidaknya itu, kincir jenis ini tetap berputar hanya dengan kecapatan angin 3.5 m/s," kata Geoffrey J. Moore, Managing Director W.D. Moore & co, perusahaan asal Australia Barat, tempat pembuatan kincir angin ini.

Geoffrey datang secara khusus ke Nganjuk dan Tulungagung untuk mengawasi pemasangan kincir angin. Geoffrey menjelaskan, di Australia, kincir angin adalah teknologi yang sudah digunakan bertahun-tahun. "Kurang lebih 146 tahun penduduk Australia menggunakan kincir angin," katanya.

Kondisi geografis di Indonesia, menurut Geoffrey hampir sama dengan di Australia. Karenanya, sama seperti di Australian, kincir angin pun bisa digunakan di Indonesia. "Kedalaman sumber air yang bisa diangkat oleh kincir angin jenis ini hingga 100 meter di dalam tanah," jelasnya.

Meski memiliki berbagai keunggulan, kincir angin jenis ini memiliki harga yang tergolong tinggi untuk ukuran Indonesia. Satu set kincir angin yang kini bahan-bahannya diproduksi oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia (SPINDO) berharga Rp.130 juta. Sepadankan harga itu dengan pemenuhan air di sebuah daerah miskin?

Entahlah. Yang pasti, kincir angin yang ada di Desa Joho mampu membuat Painem dan penduduk Desa Joho yang lain tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengambil air dari dasar jurang. Karena karena kincir air bisa mengalir,..


Komplit Melihat Wayang Kulit

Iman D. Nugroho

Pagelaran wayang kulit selalu menarik. Ketradisionalan tersaji utuh dalam keunikan budaya Jawa yang tidak pernah lepas dari unsur keindahan dan nilai luhur. Sejak persiapan, pagelaran wayang kulit sudah menghitung posisi, hari pelaksanaan, musik yang akan dimainkan, hingga lakon yang akan dipersembahkan semalam suntuk.


Hal itu juga yang tampak di Ponorogo, Jawa Timur, ketika Wayang Kulit akan dimainkan di alun-alun kota setiap Minggu terakhir setiap bulan. Minggu (27/03/08) lalu, wayang kulit di alun-alun Ponorogo menampilkan Poncolowo Krido yang dibawakan oleh dalang Setyo Laksono Putro dari Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Ponorogo.

Sejak awal, peralatan karawitan dari kelompok karawitan Setyo Laras ditata sedemikian rupa. Gong, kendang, bonang dan peralatan lain menempati posisinya masing-masing. Panggung dengan wayang berjejer dan keber (layar) pun disiapkan. Termasuk lampur penerang di atas kelapa dalang dan sound system yang membuat pagelaran wayang kulit itu bisa maksimal.

Hujan yang mengguyur Ponorogo sepanjang siang hingga dini hari tidak menyurutkan antusias warga ponorogo untuk datang ke alun-alun malam itu. Begitu juga dengan pedagang kaki lima yang sejak sore sudah menyiapkan dagangannya di lokasi pertunjukan. Benar-benar sebuah pesta rakyat. Ketika dalang Setyo Laksono Putro naik dan mulai memainkan wayangnya, penonton pun mengikuti hingga usai.


BERITA UNGGULAN

JADI YANG BENAR DIADILI DI MANA NIH?

Pernyataan Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendapatkan respon dari Amnesty Internasional Indonesia. 

   

Postingan Populer

Banyak dikunjungi