Iman D. Nugroho
Korban lumpur Lapindo dari tiga desa, Desa Besuki, Desa Kedung Cangkring dan Desa Pajarakan menuntut Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat Peraturan Presiden (Perpres) yang berisi percepatan pembayaran ganti rugi lahan berdampak lumpur. Tuntutan itu terlontar dalam demonstrasi di depan gedung DPRD Sidoarjo, Rabu (2/04) ini di Sidoarjo.
Demonstrasi yang digelar sejak pagi itu sekaligus mengawal perjalanan Panitia Khusus (Pansus) Lumpur DPRD Sidoarjo, yang hari ini membacakan laporan pertanggungjawaban di depan Rapat Paripurna DPRD Sidoarjo. Dengan menggunakan truk, mobil dan ratusan sepeda motor, massa melakukan konvoi dari lokasi pengungsiaan di Desa Besuki, Porong menuju Sidoarjo yang berjarak 20-an KM.
Massa aksi yang kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak ini langsung merangsek ke depan gerbang DPRD Sidoarjo. Polisi yang berjaga di dalam dan di luar gedung mengawasi massa yang berorasi dan mencaci maki anggota DPRD Sidoarjo. Demonstran mengangap DPRD Sidoarjo tidak memiliki "gigi" untuk mendesak Lapindo untuk segera menepati janji. "Tolong lihat kami korban lumpur ini, jangan hanya duduk di dalam gedung saja," orasi salah satu warga.
Kekecewaan demonstran korban lumpur kembali mencuat ketika perwakilan 15 desa yang diundang dalam Rapat Paripurna DPRD Sidoarjo keluar ruangan dan mengabarkan tidak adanya hal baru dalam Laporan Pertanggungjawaban Pansus Lumpur. Massa yang awalnya hanya duduk-duduk, langsung merangsek ke pintu gerbang DPRD Sidoarjo. Beberapa berusaha mendobrak gerbang, namun dihalangi polisi.
Koordinator Lapangan aksi, Abdul Rokhim mengatakan seharusnya Pansus Lumpur DPRD Sidoarjo bisa lebih mendukung korban lumpur Lapindo dengan membuat keputusan yang lebih "tajam". Seperti merekomendasikan Presiden SBY untuk segere membuat Perpres percepatan pembayaran. "Tapi hal itu tidak terjadi, sama sekali tidak ada yang baru dalam laporan Pansus Lumpur," kata Abdul Rokhim.
Minimal, Pansus Lumpur bisa selangkah lebih maju dengan mendesak Badan Penanganan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk berani mengumumkan daerah-daerah mana saja yang masuk dalam zona berbahaya atau Dangerous Zone. Dengan begitu, penduduk yang saat ini masih bertahan di kawasan tersebut akan bisa bersiap-siap bila ada hal buruk, atau malah mengungsi. "Tapi semuanya tidak terjadi, usulan Pansus Lumpur, basi," katanya.
Youtube Pilihan Iddaily: MBG
02 April 2008
01 April 2008
BRAngerous, Unjuk Gigi Komunitas Ber-BRA
Unjuk rasa komunitas ber-bra berlangsung di Surabaya. Berbeda dengan unjuk rasa yang sudah ada sebelumnya, unjuk rasa yang berlangsung di Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) di Surabaya ini berupa unjuk kemampuan komunitas yang menamakan diri dengan BRAngerous. Seperti namanya, BRAngerous menjadikan bra sebagai ikon unjuk rasanya.
BRAngerous bisa dibilang sebagai "barang baru" di dunia seni Surabaya. Berawal dari sebuah komunitas seni di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, BRAngerous lahir tanpa sengaja. "Kelahiran BRAngerous memang tanpa disengaja pada Maret 2007, awalnya kami hanya ingin menjawab pertanyaan: Kenapa tidak ada seniwati muda dari Surabaya? Ternyata, jawaban itu berupa eksistensi kegiatan seni," kata Maria Gareti Erit Mandiri, pimpinan BRAngerous pada The Jakarta Post.
Nama BRAngerous berasal dari dua kata bra atau BH dan dangerous (berbahaya). Megapa bra? "Bra adalah simbol dari peralatan yang paling privat dan terdalam milik wanita, maksudnya, karya yang kita hasilkan adalah karya dari kemampuan privat dan mendalam milik kita," ungkap Maria. Sementara dangerous berarti "membahayakan". Bila digabungkan, BRAngerous berarti sebuah seruan "awas!", atas sebuah karya dari seniwati perempuan yang pantas diperhitungkan. "Watch out atas karya kami!" kata perempuan berumur 23 tahun ini.
Dari semangat itu, perlahan-lahan, anggota BRAngerous mengumpulkan seniman-seniman muda dari Kota Pahlawan untuk diajak bergabung dalam satu wadah. Entah mengapa, getok tular itu direspon oleh seniwati yang kebanyakan adalah anak-anak muda. Hingga saat ini ada 40-an anggota BRAngerous yang tergabung dalam komunitas itu. Dari semuanya, terkumpul ratusan karya.Mulai karya fotografi, lukisan hingga seni jahit menjahit.
Pameran di CCCL Surabaya 1-5 April 2008 ini adalah debut pertama BRAngerous. Maria mengungkapkan, melalui pameran ini BRAngerous akan "mengukur" sejauh mana animo masyarakat pada karya seni yang dibuat oleh seniwati perempuan muda. Termasuk, sejauh mana publik Surabaya menilai karya seni alternatif yang ditawarkan BRAngerous. Kealternatifan BRAngerous tampak dari karya desain bra yang dipajang di CCCL Surabaya.
Tidak hanya itu, penonton yang mendatangi pembukaan workshop BRAngerous akan diajak untuk menciptakan seni dengan bahan baku bra. "Dari situ akan tampak, bagaimana kemampuan seni masyarakat kita, dengan menghias sesuatu yang selama ini dianggap tabu untuk disentuh dan diinovasi menjadi sesuatu yang lebih bernilai seni," ungkap Maria.
Sayangnya, baik Maria maupun anggota BRAngerous tidak memiliki filosofi lebih menyangkut apa yang mereka kerjakan. Buktinya, meskipun mengusung nilai keperempuanan namun, Maria mengaku seluruh anggota BRAngerous tidak mengerti dengan isu-isu keperempuanan. "Kita sama-sekali buta dengan hal itu, maklum hampir semuanya anak muda, mungkin dengan pameran ini, kami akan mendapatkan masukan," katanya.
BRAngerous bisa dibilang sebagai "barang baru" di dunia seni Surabaya. Berawal dari sebuah komunitas seni di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, BRAngerous lahir tanpa sengaja. "Kelahiran BRAngerous memang tanpa disengaja pada Maret 2007, awalnya kami hanya ingin menjawab pertanyaan: Kenapa tidak ada seniwati muda dari Surabaya? Ternyata, jawaban itu berupa eksistensi kegiatan seni," kata Maria Gareti Erit Mandiri, pimpinan BRAngerous pada The Jakarta Post.
Nama BRAngerous berasal dari dua kata bra atau BH dan dangerous (berbahaya). Megapa bra? "Bra adalah simbol dari peralatan yang paling privat dan terdalam milik wanita, maksudnya, karya yang kita hasilkan adalah karya dari kemampuan privat dan mendalam milik kita," ungkap Maria. Sementara dangerous berarti "membahayakan". Bila digabungkan, BRAngerous berarti sebuah seruan "awas!", atas sebuah karya dari seniwati perempuan yang pantas diperhitungkan. "Watch out atas karya kami!" kata perempuan berumur 23 tahun ini.
Dari semangat itu, perlahan-lahan, anggota BRAngerous mengumpulkan seniman-seniman muda dari Kota Pahlawan untuk diajak bergabung dalam satu wadah. Entah mengapa, getok tular itu direspon oleh seniwati yang kebanyakan adalah anak-anak muda. Hingga saat ini ada 40-an anggota BRAngerous yang tergabung dalam komunitas itu. Dari semuanya, terkumpul ratusan karya.Mulai karya fotografi, lukisan hingga seni jahit menjahit.
Pameran di CCCL Surabaya 1-5 April 2008 ini adalah debut pertama BRAngerous. Maria mengungkapkan, melalui pameran ini BRAngerous akan "mengukur" sejauh mana animo masyarakat pada karya seni yang dibuat oleh seniwati perempuan muda. Termasuk, sejauh mana publik Surabaya menilai karya seni alternatif yang ditawarkan BRAngerous. Kealternatifan BRAngerous tampak dari karya desain bra yang dipajang di CCCL Surabaya.
Tidak hanya itu, penonton yang mendatangi pembukaan workshop BRAngerous akan diajak untuk menciptakan seni dengan bahan baku bra. "Dari situ akan tampak, bagaimana kemampuan seni masyarakat kita, dengan menghias sesuatu yang selama ini dianggap tabu untuk disentuh dan diinovasi menjadi sesuatu yang lebih bernilai seni," ungkap Maria.
Sayangnya, baik Maria maupun anggota BRAngerous tidak memiliki filosofi lebih menyangkut apa yang mereka kerjakan. Buktinya, meskipun mengusung nilai keperempuanan namun, Maria mengaku seluruh anggota BRAngerous tidak mengerti dengan isu-isu keperempuanan. "Kita sama-sekali buta dengan hal itu, maklum hampir semuanya anak muda, mungkin dengan pameran ini, kami akan mendapatkan masukan," katanya.
TNI AL Tangkap Kapal Thailand
Penangkapan kapal asing kembali dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Minggu (30/03/08) kemarin, kapal patroli KRI Abdul Halim Perdana Kusuma menangkap sebuah kapal berbendera Thailand M.V. Eksrwichai-19 yang sedang melakukan penangkapan ikan di laut Aru.
Ketika ditangkap oleh KRI yang dikomandari oleh Letkol Laut (P) Robert Tapangan itu, M.V. Eksrwichai-19 baru saja melakukan proses illegal fishing. Hal itu terbukti dengan masih sedikitnya ikan yang ada di kapan itu. "Jumlahnya sekitar 40 ton, itu jumlah yang masih sedikit untuk kapal dengan ukuran 107 GT," kata Dinas Penerangan Armatim Tony Syaiful pada The Jakarta Post, Senin (01/04).
Berdasarkan pemeriksaan sementara, M.V. Eksrwichai-19 terbukti menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI). Seharusnya besar jaring hanya sepanjang 2,5 Km, tapi kapan yang dinakhodai oleh Lun Naprakhon itu menggunakan jaring sepanjang 7,5 Km. Karena jaring itulah, jenis ikan yang ditangkap oleh M.V. Eksrwichai-19 sangat beragam dan memiliki kualitas bagus.
Pada penangkapan itu, sebanyak 26 anak buah kapal (ABK) ditangkap. Tiga orang diantaranya berkebangsaan Indonesia, sementara sisanya berkebangsaan Thailand. Kapal MV Eksrwichai-19 dibawa menuju pangkalan TNI AL Lanal Aru untuk proses hukum lebih lanjut. "Kasus itu akan diteruskan ke meja hukum," kata Tony.
Bulan April adalah bulan di mana kondisi cuaca sangat mendukung untuk proses pelayaran. Bulan-bulan ini jugalah, nelayan dari Samudra Atlantik masuk ke perairan Indonesia terdekat, yakni laut Aru. "Karena itulah, patroli akan terus dikonsentrasikan terutama untuk illegal fishing, kami yakinkan, penegakan hukum akan terus dilakukan," kata Tony.
Ketika ditangkap oleh KRI yang dikomandari oleh Letkol Laut (P) Robert Tapangan itu, M.V. Eksrwichai-19 baru saja melakukan proses illegal fishing. Hal itu terbukti dengan masih sedikitnya ikan yang ada di kapan itu. "Jumlahnya sekitar 40 ton, itu jumlah yang masih sedikit untuk kapal dengan ukuran 107 GT," kata Dinas Penerangan Armatim Tony Syaiful pada The Jakarta Post, Senin (01/04).
Berdasarkan pemeriksaan sementara, M.V. Eksrwichai-19 terbukti menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI). Seharusnya besar jaring hanya sepanjang 2,5 Km, tapi kapan yang dinakhodai oleh Lun Naprakhon itu menggunakan jaring sepanjang 7,5 Km. Karena jaring itulah, jenis ikan yang ditangkap oleh M.V. Eksrwichai-19 sangat beragam dan memiliki kualitas bagus.
Pada penangkapan itu, sebanyak 26 anak buah kapal (ABK) ditangkap. Tiga orang diantaranya berkebangsaan Indonesia, sementara sisanya berkebangsaan Thailand. Kapal MV Eksrwichai-19 dibawa menuju pangkalan TNI AL Lanal Aru untuk proses hukum lebih lanjut. "Kasus itu akan diteruskan ke meja hukum," kata Tony.
Bulan April adalah bulan di mana kondisi cuaca sangat mendukung untuk proses pelayaran. Bulan-bulan ini jugalah, nelayan dari Samudra Atlantik masuk ke perairan Indonesia terdekat, yakni laut Aru. "Karena itulah, patroli akan terus dikonsentrasikan terutama untuk illegal fishing, kami yakinkan, penegakan hukum akan terus dilakukan," kata Tony.
31 Maret 2008
Karena Kincir Air Mengalir
Otot-otot di lengan tangan kanan Painem (70) mulai menegang, saat perempuan itu mengangkat jirigen yang penuh dengan air. Begitu juga saat tangan kirinya merangkul, dan melilitkan selendang biru tua ke jirigen, dan pundaknya. "Meskipun berat, ini jauh lebih baik, sebelum ada kincir angin ini, saya harus mengambil air dari jurang sana, dan membawanya ke rumah," kata Painem dalam bahasa jawa.
----------
Seperti sore-sore yang lain, sore di Minggu (27/03/08) ini adalah waktu bagi penduduk Desa Joho, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk untuk mengambil air bagi kebutuhan keluarga. Dari rumah yang tersebar hingga 1 Km, mereka berjalan menuju ke sumber air terdekat untuk mengangsu (mengambil air dalam bahasa jawa-RED).
Bedanya, sejak dua bulan lalu penduduk Desa Joho tidak perlu mengangsu ke sumber air di dasar jurang Padas Ombo. Melainkan, cukup datang ke ujung desa, tempat kincir angin berada. Dua hidran umum di bawah kincir angin itu sudah terisi air untuk "diangsu" secara gratis. Tinggal memasukkan selang ke dalam wadah, memutar kran dan,..curr, air pun mengalir deras.
Pembangunan kincir angin di Desa Joho adalah program Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memenuhi kebutuhan air di lokasi-lokasi yang sulit air. Desa Joho, adalah salah satu kawasan yang terpilih karena air tergolong langka di desa ini.
"Memang di Desa Joho membutuhkan air bersih, penduduknya yang miskin membuat air semakin sulit didapatkan, apalagi penduduk tidak punya uang untuk memberli pompa dan menyedot air dari sumbernya," kata Nugroho, Kepala Seksi Penyediaan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kabupaten Nganjuk.
Karenanya, penduduk menyambut baik pembangunan kincir angin bermerk Yellowtail buatan Australia ini. Sebuah lahan berukuran 25 M2 pun diberikan secara gratis oleh warga untuk membangunan kincir angin berpakasitas 21 ribu liter perhari itu. "Kita membayangkan mudahnya mengambil air," kata Mairin, penduduk Joho.
Harapan itu menjadi kenyataan, ketika kincir angin itu tegak berdiri. Air yang berada 80 meter di bawah permukaan tanah itu terpompa ke atas dan mengalir ke hidran sebagai tempat penampungan sementara. Penduduk yang membutuhkan air, bisa mengambilnya di kran air yang terletak di bagian bawah hidran.
Penggunaan kincir angin khas Australia ini memang pas dibangun di Nganjuk. Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Angin itu memiliki "bahan baku" angin untuk memutar kipas kincir angin. "Tidaknya itu, kincir jenis ini tetap berputar hanya dengan kecapatan angin 3.5 m/s," kata Geoffrey J. Moore, Managing Director W.D. Moore & co, perusahaan asal Australia Barat, tempat pembuatan kincir angin ini.
Geoffrey datang secara khusus ke Nganjuk dan Tulungagung untuk mengawasi pemasangan kincir angin. Geoffrey menjelaskan, di Australia, kincir angin adalah teknologi yang sudah digunakan bertahun-tahun. "Kurang lebih 146 tahun penduduk Australia menggunakan kincir angin," katanya.
Kondisi geografis di Indonesia, menurut Geoffrey hampir sama dengan di Australia. Karenanya, sama seperti di Australian, kincir angin pun bisa digunakan di Indonesia. "Kedalaman sumber air yang bisa diangkat oleh kincir angin jenis ini hingga 100 meter di dalam tanah," jelasnya.
Meski memiliki berbagai keunggulan, kincir angin jenis ini memiliki harga yang tergolong tinggi untuk ukuran Indonesia. Satu set kincir angin yang kini bahan-bahannya diproduksi oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia (SPINDO) berharga Rp.130 juta. Sepadankan harga itu dengan pemenuhan air di sebuah daerah miskin?
Entahlah. Yang pasti, kincir angin yang ada di Desa Joho mampu membuat Painem dan penduduk Desa Joho yang lain tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengambil air dari dasar jurang. Karena karena kincir air bisa mengalir,..
----------
Seperti sore-sore yang lain, sore di Minggu (27/03/08) ini adalah waktu bagi penduduk Desa Joho, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk untuk mengambil air bagi kebutuhan keluarga. Dari rumah yang tersebar hingga 1 Km, mereka berjalan menuju ke sumber air terdekat untuk mengangsu (mengambil air dalam bahasa jawa-RED).
Bedanya, sejak dua bulan lalu penduduk Desa Joho tidak perlu mengangsu ke sumber air di dasar jurang Padas Ombo. Melainkan, cukup datang ke ujung desa, tempat kincir angin berada. Dua hidran umum di bawah kincir angin itu sudah terisi air untuk "diangsu" secara gratis. Tinggal memasukkan selang ke dalam wadah, memutar kran dan,..curr, air pun mengalir deras.
Pembangunan kincir angin di Desa Joho adalah program Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memenuhi kebutuhan air di lokasi-lokasi yang sulit air. Desa Joho, adalah salah satu kawasan yang terpilih karena air tergolong langka di desa ini.
"Memang di Desa Joho membutuhkan air bersih, penduduknya yang miskin membuat air semakin sulit didapatkan, apalagi penduduk tidak punya uang untuk memberli pompa dan menyedot air dari sumbernya," kata Nugroho, Kepala Seksi Penyediaan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kabupaten Nganjuk.
Karenanya, penduduk menyambut baik pembangunan kincir angin bermerk Yellowtail buatan Australia ini. Sebuah lahan berukuran 25 M2 pun diberikan secara gratis oleh warga untuk membangunan kincir angin berpakasitas 21 ribu liter perhari itu. "Kita membayangkan mudahnya mengambil air," kata Mairin, penduduk Joho.
Harapan itu menjadi kenyataan, ketika kincir angin itu tegak berdiri. Air yang berada 80 meter di bawah permukaan tanah itu terpompa ke atas dan mengalir ke hidran sebagai tempat penampungan sementara. Penduduk yang membutuhkan air, bisa mengambilnya di kran air yang terletak di bagian bawah hidran.
Penggunaan kincir angin khas Australia ini memang pas dibangun di Nganjuk. Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Angin itu memiliki "bahan baku" angin untuk memutar kipas kincir angin. "Tidaknya itu, kincir jenis ini tetap berputar hanya dengan kecapatan angin 3.5 m/s," kata Geoffrey J. Moore, Managing Director W.D. Moore & co, perusahaan asal Australia Barat, tempat pembuatan kincir angin ini.
Geoffrey datang secara khusus ke Nganjuk dan Tulungagung untuk mengawasi pemasangan kincir angin. Geoffrey menjelaskan, di Australia, kincir angin adalah teknologi yang sudah digunakan bertahun-tahun. "Kurang lebih 146 tahun penduduk Australia menggunakan kincir angin," katanya.
Kondisi geografis di Indonesia, menurut Geoffrey hampir sama dengan di Australia. Karenanya, sama seperti di Australian, kincir angin pun bisa digunakan di Indonesia. "Kedalaman sumber air yang bisa diangkat oleh kincir angin jenis ini hingga 100 meter di dalam tanah," jelasnya.
Meski memiliki berbagai keunggulan, kincir angin jenis ini memiliki harga yang tergolong tinggi untuk ukuran Indonesia. Satu set kincir angin yang kini bahan-bahannya diproduksi oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia (SPINDO) berharga Rp.130 juta. Sepadankan harga itu dengan pemenuhan air di sebuah daerah miskin?
Entahlah. Yang pasti, kincir angin yang ada di Desa Joho mampu membuat Painem dan penduduk Desa Joho yang lain tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengambil air dari dasar jurang. Karena karena kincir air bisa mengalir,..
Komplit Melihat Wayang Kulit
Iman D. Nugroho
Pagelaran wayang kulit selalu menarik. Ketradisionalan tersaji utuh dalam keunikan budaya Jawa yang tidak pernah lepas dari unsur keindahan dan nilai luhur. Sejak persiapan, pagelaran wayang kulit sudah menghitung posisi, hari pelaksanaan, musik yang akan dimainkan, hingga lakon yang akan dipersembahkan semalam suntuk.
Hal itu juga yang tampak di Ponorogo, Jawa Timur, ketika Wayang Kulit akan dimainkan di alun-alun kota setiap Minggu terakhir setiap bulan. Minggu (27/03/08) lalu, wayang kulit di alun-alun Ponorogo menampilkan Poncolowo Krido yang dibawakan oleh dalang Setyo Laksono Putro dari Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Ponorogo.
Sejak awal, peralatan karawitan dari kelompok karawitan Setyo Laras ditata sedemikian rupa. Gong, kendang, bonang dan peralatan lain menempati posisinya masing-masing. Panggung dengan wayang berjejer dan keber (layar) pun disiapkan. Termasuk lampur penerang di atas kelapa dalang dan sound system yang membuat pagelaran wayang kulit itu bisa maksimal.
Hujan yang mengguyur Ponorogo sepanjang siang hingga dini hari tidak menyurutkan antusias warga ponorogo untuk datang ke alun-alun malam itu. Begitu juga dengan pedagang kaki lima yang sejak sore sudah menyiapkan dagangannya di lokasi pertunjukan. Benar-benar sebuah pesta rakyat. Ketika dalang Setyo Laksono Putro naik dan mulai memainkan wayangnya, penonton pun mengikuti hingga usai.
Pagelaran wayang kulit selalu menarik. Ketradisionalan tersaji utuh dalam keunikan budaya Jawa yang tidak pernah lepas dari unsur keindahan dan nilai luhur. Sejak persiapan, pagelaran wayang kulit sudah menghitung posisi, hari pelaksanaan, musik yang akan dimainkan, hingga lakon yang akan dipersembahkan semalam suntuk.
Hal itu juga yang tampak di Ponorogo, Jawa Timur, ketika Wayang Kulit akan dimainkan di alun-alun kota setiap Minggu terakhir setiap bulan. Minggu (27/03/08) lalu, wayang kulit di alun-alun Ponorogo menampilkan Poncolowo Krido yang dibawakan oleh dalang Setyo Laksono Putro dari Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Ponorogo.
Sejak awal, peralatan karawitan dari kelompok karawitan Setyo Laras ditata sedemikian rupa. Gong, kendang, bonang dan peralatan lain menempati posisinya masing-masing. Panggung dengan wayang berjejer dan keber (layar) pun disiapkan. Termasuk lampur penerang di atas kelapa dalang dan sound system yang membuat pagelaran wayang kulit itu bisa maksimal.
Hujan yang mengguyur Ponorogo sepanjang siang hingga dini hari tidak menyurutkan antusias warga ponorogo untuk datang ke alun-alun malam itu. Begitu juga dengan pedagang kaki lima yang sejak sore sudah menyiapkan dagangannya di lokasi pertunjukan. Benar-benar sebuah pesta rakyat. Ketika dalang Setyo Laksono Putro naik dan mulai memainkan wayangnya, penonton pun mengikuti hingga usai.
29 Maret 2008
Jalur Money Politics Begitu Rapi dan Cerdas
Wawancara Dengan Operator Lapangan
Sama seperti Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) langsung, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung pun membawa dampak yang luar biasa di masyarakat. Yakni anggapan bahwa saat itulah uang dibagi-bagi secara merata (akrab disebut money politics-RED). Ironisnya, justru masyarakat menunggu-nunggu kedatangan money politics itu.
Bagi masyarakat bawah, money politics itu adalah satu-satunya dampak riil yang dirasakan bila Pemilu, Pilpres, Pilkada atau pil-pil lainnya datang. Karena saat itulah, mesin politik tiap-tiap calon mendatangi masyarakat dengan "gaya" yang beragam, namun pesannya tetap sama. "Pilih calon saya ya!" kata sumber IDDaily yang tidak lain adalah salah satu operator lapangan di daerah Karesidenan Kediri, Jawa Timur dan sekitarnya. Dan masyarakat, baik yang sudah melek politik atau tidak, selalu merespon sama, mengangguk tanda mengiyakan.
Anggukan itu tentu saja ada harganya. Dalam Pemilu 2004 dan Pilpres, anggukan itu berharga Rp.10 ribu/suara. Atau, seharga satu paket sembako yang bila dirupiahkan kurang lebih memiliki nilai yang sama. "Masyarakat tinggal menunggu saja, pasti ada salah satu operator yang mendatangi mereka, dan ketika saat itu tiba, pasti semua permintaan diiyakan," kata sumber ini.
Siapa operator lapangan yang dimaksud? Sumber ID Daily menjelaskan, organ-organ partai, organisasi masyarakat (ormas) pendukung hingga perseorangan bisa tergabung menjadi operator lapangan. Masing-masing kelompok operator lapangan memiliki cara yang berbeda-beda. Yang paling efektif, adalah memanfaatkan jalur distribusi barang-barang dari toko ke toko. "Salesman, adalah jalur operator lapangan favorit, dengan menggunakan para sales, maka kantong-kantong keramaian bisa dengan mudah dibentuk," kata sumber ini.
Bahkan, jalur salesman terbukti lebih efektif dibandingkan dengan sosialisasi dengan baliho atau poster berukuran besar yang terpampang di sudut-sudut jalan. Masyarakat, kata sumber ini, malah muak dengan tokoh-tokoh yang terpajang fotonya di pinggir-pinggir jalan. Selain diabaikan, tokoh yang memajang gambarnya membuktikan bahwa tokoh yang dimaksud tidak "pede" bila rakyat sudah mengenalnya. "Dengan cara menggunakan salesman, maka ibu-ibu, anak muda yang berinteraksi di toko atau tempat keramaian, akan mendapat gambaran pasti tentang seorang calon yang maju dalam pilkada," katanya.
Bagaimana cara membangun salesman menjadi operator lapangan? Salah satu caranya dengan menggunakan bos-bos grosir yang memiliki salesman. Deal antara bos grosir dengan salah satu tim sukses, akan membuahkan "perintah" langsung kepada salesmannya, untuk sekaligus "menawarkan" kandidat yang bersangkutan. Saat ini, lokasi petemuan strategis untuk pada tim sukses adalah di lokasi-lokasi yang juga tempat berkumpul pada bos grosir.
Cara selanjutnya, dengan "kontra intelijen". Memang namanya tidak segarang itu, hanya saja, cara kerjanya memang mirip dengan pekerjaan "kontra intelijen". Menjadi operator lapangan dari dua kandidat. Cara ini paling rapi, efektif, rumit dan mahal. Kandidat yang ingin menggunakan cara "kontra intelijen" harus berani memasang "harga" lebih mahal dari harga kandidat lain (yang terlebih dulu sudah deal).
"Gapangnya begini, saya adalah operator lapangan untuk kandidat A, tugas saya membagikan sembako ke masyarakat, nah,..saat membagikan itu, saya katakan, ini sembako dari kandidat A, tapi nanti kalau coblosnya, kandidat B ya,...sembari menunjukkan foto kandidat B kepada orang yang bersangkutan," jelas sumber ID Daily. Biasanya, masyarakat akan menuruti untuk mencoblos kandidat B, tanpa menolak pemberian dari kandidat A. Keuntungannya jelas ada pada operator lapangan. Kerja sekali, untuk dua kandidat.
Satu hal patut dicermati adalah kerjasama dengan bandar toto gelap (togel). Kok? Karena memang seperti itu yang terjadi di lapangan. Seperti diketahui, togel adalah salah satu cara masyarakat untuk mendapatkan uang cash, meski secara ilegal. Nah, ketika pemilu, pilpres dan pilkada tiba, para bos togel akan berhenti beroperasi. Tujuannya, memberi kesempatan operator lapangan untuk dengan leluasa "memainkan" kebutuhan keuangan masyarakat lewat money politics. Lagi pula, masyarakat yang lagi banyak uang, bisa dipastikan akan acuh tak acuh pada togel. Ketika moment coblosan berlalu, saat itulah togel kembali beroperasi.
Jadi, masih menganggap pemilu, pilpres atau pilkada sebagai proses yang jujur, adil dan transparan?
Sama seperti Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) langsung, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung pun membawa dampak yang luar biasa di masyarakat. Yakni anggapan bahwa saat itulah uang dibagi-bagi secara merata (akrab disebut money politics-RED). Ironisnya, justru masyarakat menunggu-nunggu kedatangan money politics itu.
Bagi masyarakat bawah, money politics itu adalah satu-satunya dampak riil yang dirasakan bila Pemilu, Pilpres, Pilkada atau pil-pil lainnya datang. Karena saat itulah, mesin politik tiap-tiap calon mendatangi masyarakat dengan "gaya" yang beragam, namun pesannya tetap sama. "Pilih calon saya ya!" kata sumber IDDaily yang tidak lain adalah salah satu operator lapangan di daerah Karesidenan Kediri, Jawa Timur dan sekitarnya. Dan masyarakat, baik yang sudah melek politik atau tidak, selalu merespon sama, mengangguk tanda mengiyakan.
Anggukan itu tentu saja ada harganya. Dalam Pemilu 2004 dan Pilpres, anggukan itu berharga Rp.10 ribu/suara. Atau, seharga satu paket sembako yang bila dirupiahkan kurang lebih memiliki nilai yang sama. "Masyarakat tinggal menunggu saja, pasti ada salah satu operator yang mendatangi mereka, dan ketika saat itu tiba, pasti semua permintaan diiyakan," kata sumber ini.
Siapa operator lapangan yang dimaksud? Sumber ID Daily menjelaskan, organ-organ partai, organisasi masyarakat (ormas) pendukung hingga perseorangan bisa tergabung menjadi operator lapangan. Masing-masing kelompok operator lapangan memiliki cara yang berbeda-beda. Yang paling efektif, adalah memanfaatkan jalur distribusi barang-barang dari toko ke toko. "Salesman, adalah jalur operator lapangan favorit, dengan menggunakan para sales, maka kantong-kantong keramaian bisa dengan mudah dibentuk," kata sumber ini.
Bahkan, jalur salesman terbukti lebih efektif dibandingkan dengan sosialisasi dengan baliho atau poster berukuran besar yang terpampang di sudut-sudut jalan. Masyarakat, kata sumber ini, malah muak dengan tokoh-tokoh yang terpajang fotonya di pinggir-pinggir jalan. Selain diabaikan, tokoh yang memajang gambarnya membuktikan bahwa tokoh yang dimaksud tidak "pede" bila rakyat sudah mengenalnya. "Dengan cara menggunakan salesman, maka ibu-ibu, anak muda yang berinteraksi di toko atau tempat keramaian, akan mendapat gambaran pasti tentang seorang calon yang maju dalam pilkada," katanya.
Bagaimana cara membangun salesman menjadi operator lapangan? Salah satu caranya dengan menggunakan bos-bos grosir yang memiliki salesman. Deal antara bos grosir dengan salah satu tim sukses, akan membuahkan "perintah" langsung kepada salesmannya, untuk sekaligus "menawarkan" kandidat yang bersangkutan. Saat ini, lokasi petemuan strategis untuk pada tim sukses adalah di lokasi-lokasi yang juga tempat berkumpul pada bos grosir.
Cara selanjutnya, dengan "kontra intelijen". Memang namanya tidak segarang itu, hanya saja, cara kerjanya memang mirip dengan pekerjaan "kontra intelijen". Menjadi operator lapangan dari dua kandidat. Cara ini paling rapi, efektif, rumit dan mahal. Kandidat yang ingin menggunakan cara "kontra intelijen" harus berani memasang "harga" lebih mahal dari harga kandidat lain (yang terlebih dulu sudah deal).
"Gapangnya begini, saya adalah operator lapangan untuk kandidat A, tugas saya membagikan sembako ke masyarakat, nah,..saat membagikan itu, saya katakan, ini sembako dari kandidat A, tapi nanti kalau coblosnya, kandidat B ya,...sembari menunjukkan foto kandidat B kepada orang yang bersangkutan," jelas sumber ID Daily. Biasanya, masyarakat akan menuruti untuk mencoblos kandidat B, tanpa menolak pemberian dari kandidat A. Keuntungannya jelas ada pada operator lapangan. Kerja sekali, untuk dua kandidat.
Satu hal patut dicermati adalah kerjasama dengan bandar toto gelap (togel). Kok? Karena memang seperti itu yang terjadi di lapangan. Seperti diketahui, togel adalah salah satu cara masyarakat untuk mendapatkan uang cash, meski secara ilegal. Nah, ketika pemilu, pilpres dan pilkada tiba, para bos togel akan berhenti beroperasi. Tujuannya, memberi kesempatan operator lapangan untuk dengan leluasa "memainkan" kebutuhan keuangan masyarakat lewat money politics. Lagi pula, masyarakat yang lagi banyak uang, bisa dipastikan akan acuh tak acuh pada togel. Ketika moment coblosan berlalu, saat itulah togel kembali beroperasi.
Jadi, masih menganggap pemilu, pilpres atau pilkada sebagai proses yang jujur, adil dan transparan?
28 Maret 2008
Bus "Harapan" Maut
Bus Harapan Jaya dengan nomor polisi AG 7227 ** (gak terbaca) ini benar-benar bus maut. Bukan kondisi bus yang jelek, melainkan cara sopir mengendarianya-lah yang menjadi sumber "kemautan" bus ini. Jumat (28/03/08) misalnya, bus yang bertrayek Trenggalek-Surabaya ini..
sering kali menyusuri badan jalan sebelah kiri. Ketika menyalip kendaraan lain pun, mengabaikan kendaraan lain yang ada di depannya. Hmm,..mungkin, bila suatu saat terjadi "sesuatu" (semoga saja tidak), setidaknya tulisan kecil ini sudah pernah menjadi "warning".
sering kali menyusuri badan jalan sebelah kiri. Ketika menyalip kendaraan lain pun, mengabaikan kendaraan lain yang ada di depannya. Hmm,..mungkin, bila suatu saat terjadi "sesuatu" (semoga saja tidak), setidaknya tulisan kecil ini sudah pernah menjadi "warning".
Walhi Jatim Melawan Penambangan Emas Banyuwangi
PP No 02 Tahun 2008 yang mengatur Tentang Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Kepentingan Pembangunan Di Luar Kegiatan Kehutanan Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan sejatinya telah memberi keleluasaan kepada pemilik modal untuk membabat hutan lindung dan hutan produksi menjadi kawasan tambang dan usaha lain, hanya dengan membayar sewa Rp 300 setiap meternya.
PP ini menghapus fungsi lindung kawasan hutan menjadi fungsi ekonomi sesaat. Padahal dari catatan Walhi, laju kerusakan hutan sepanjang 2005 - 2006 saja mencapai 2,76 juta ha. Belum lagi ratusan bencana banjir dan longsor sepanjang 2000 – 2006.
PP yang dikelurkan pada 22 Februari 2008 ini pada mulanya dimaksudkan untuk mengatur ijin 13 perusahaan tambang yang beroperasi di kawasan hutan sebagaimana dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudyono. Namun hanya seminggu setelahnya, Purnomo Yusgiantoro - menteri ESDM, di depan ratusan pengusaha mengungkapkan segera menerbitkan sebuah Keppres, yang memungkinkan perusahaan tambang lain bergabung, membabat hutan lindung diubah kawasan tambang skala besar.
Karenanya Walhi menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk mendonasikan minimal Rp. 1000 sebagai bentuk perlawanan terhadap peraturan yang mementingkan segelintir pihak. Donasi ini sebagai kompensasi terhadap 3,3 meter persegi hutan lindung dan akan diserahkan kepada Menteri Keuangan. Tujuannya adalah agar pemerintah tidak kekurangan dana untuk melakukan penjagaan hutan sehingga tidak menyerahkan kepada perusahaan tambang.
Tambang Emas
Melalui mekanisme PP tadi, PT. IMN (Indo Multi Niaga) kini telah menuju pada tahap eksploitasi untuk melakukan pengerukan emas di areal Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu (HLGTP) Banyuwangi seluas 11, 621, 45 ha. Ini dapat dilihat dari Berita Acara Pemeriksaan Lapangan (BAPL) terhadap Kawasan Hutan yang dimohon PT IMN, tertanggal 18 April 2007, yang ditandatangani bersama oleh Ka. Biro Hukamas Perum Perhutani Unit II Jatim, Kasubdin PHKA Dishut Prop. Jatim, Kaur Kawasan Biro Perencanaan SDH Perum Perhutani Unit II Jatim, Wakil KSPH V Jember Perum Perhutani Unit II Jatim, dan Adm. Perhutani/KKPH Banyuwangi Selatan. Lokasi kawasan hutan yang dimohon oleh PT IMN berada dalam KPH Banyuwangi Selatan. Tepatnya berada pada Petak 75, 76, 77 dan 78, dimana kesemua Petak tersebut masuk kawasan RPH Kesilir Baru dan BKPH Sukamade.
Fakta ini merupakan cerita lanjutan dari Hatman Group (HG), PT Hakman Platino Metallindo (HPM) dan Banyuwangi Mineral (BM) yang berencana membuka jalur emas Jember-Banyuwangi pada 1995. Baik BM, PT. Indo Multi Cipta (IMC) dan PT. Indo Multi Niaga (IMN) sejatinya merupakan perusahaan emas yang bernaung di bawah bendera salah satu pemegang 20 % saham PT. NMR (Newmont Minahasa Raya) Yusuf Merukh.
Karena itu prilaku NMR di beberapa pertambangan di Indonesia yang mengakibatkan beberapa fakta hitam kerusakan, kemiskinan, dan pelanggaran HAM dimungkinkan terjadi di areal pertambangan emas Block Tumpang Pitu (BTP). Pertama, PEMBUANGAN LIMBAH. Pernyataan Yusuf Merukh dalam presentasi PT JM tertanggal 29 Agustus 2000 di Jember dan presentasi PT BM pada 31 Agustus 2000 di Banyuwangi yang menegaskan akan menerapkan sistem STD ((Submarine Tailing Disposal-STD) dalam pengolahan limbahnya. Rencana STD juga dapat dilihat pada Andal yang telah dibuat PT. IMN dimana block tailing direncanakan dibangun ditengah laut yang berdekatan dengan pulau merah yang kini menjadi salah satu andalan pariwisata Banyuwangi. Pembuangan limbah model ini dipastikan akan menghancurkan beberapa jenis vegetasi laut di perairan itu sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 1. Vegetasi Pantai
No. Nama Lokal Nama Latin Keterangan
1 Pandan laut Pandanus tinctorius Tidak dilindungi undang-undang
2 Waru laut Hibiscus tiliaceus Tidak dilindungi undang-undang
3 Ketapang Terminalia catappa Tidak dilindungi undang-undang
4 Nyamplung Kalophyllum inuphyllum Tidak dilindungi undang-undang
5 Bungur Lagerstromia spesiosa Tidak dilindungi undang-undang
6 Kelapa Cocos nucifera Tidak dilindungi undang-undang
7 Kelapa gading Cocos Tidak dilindungi undang-undang
8 Ambaweh --- Tidak dilindungi undang-undang
9 Bakau Bruguiera sp Tidak dilindungi undang-undang
10 Berbagai jenis terna Formasi phascaprae Tidak dilindungi undang-undang
Kalaupun limbah emas itu dibuang di darat, model under ground mining sebagaimana yang kerap ditegaskan oleh Bapedalda Banyuwangi tidak ada garansi untuk tidak mengalir kelaut apalagi dimusim hujan mengingat blok Tumpang Pitu tersebut berdempetan dengan laut. Bahkan Pulau Merah dan Pulau Mahkota yang masuk dalam kawasan blok tersebut justru merupakan pulau kecil yang berada di tengah laut. Pembuangan limbah ke darat bahkan akan mengancam pemukiman dan pertanian penduduk mengingat kawasan limbah tersebut direncanakan berada di kawasan daratan seluas 250 hektar.
Akibat dari rencana penambangan emas, beberapa jenis hewan yang ada di Blok Tumpang Pitu juga akan musnah seperti; Babi Hutan (Sus vittatus), monyet (Macaca fascicularis), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus unicolor), Bajing, Landak, dan Musang. Burung Gereja (Passer montanus), Kuntul Cina (Egretta eulophotus), Perkutut (Geopelia striata), Pipit (Lonchura sp), Prenjak (Prinia flaviventris), Sikatan (Cyornis concreta), dan Tekukur (Streptophylia chinensis), Ayam Hutan (Gallus bankiva), dan Camar Laut. Raptor (burung pemangsa) yang sempat terlihat di ujung barat Teluk Pancer pada tahun 1999 oleh Kelompok Kerja Elang Jawa Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (KKEJ-FK3I) Jatim yang melakukan survey sebagai kelanjutan dari Ekspedisi Elang Jawa 1997. hasil dari survey Raptor menyebutkan bahwa di kawasan desa Sarongan dan Rajegwesi acapkali dijumpai Elang Ular (Spilornis cheela). Sementara di ujung barat Teluk Pancer pernah dijumpai Elang Laut Perut Putih (Haliaetus leucogaster). Beberapa jenis reptil seperti Kadal, Biawak, Ular Tanah, Ular Hijau, Ular Air, Kobra, Katak dipastikan akan mengalami kepunahan.
Kedua, DAYA RUSAK EKOLOGI. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur menyebutkan bahwa HLGTP merupakan kawasan potensi air bawah tanah kategori sangat tinggi atau setara dengan 30 liter perdetik. Sementara Desa Pesanggaran, desa Sumber Agung yang juga masuk kapling rencana tambang emas Blok Tumpang Pitu, adalah kawasan potensi air bawah tanah kategori sedang atau 15-20 liter perdetik. Begitu pula Cagar Alam Watangan Puger, Cagar Alam Curah Manis Sempolan, dan Hutan Lindung Baban Silosanen yang terancam bahaya yang sama dari renteten penambangan emas di Blok Tumpang Pitu.
Dalam jangka panjang separoh dari kawasan Banyuwangi diprediksi akan terancam krisis air yang sekaligus berdampak pada hancurnya kedaulatan pangan sektor pertanian seperti; padi, jagung, jeruk, dan palawija. Padahal daerah ini merupakan salah satu lumbung padi Jawa Timur yang menyumbangkan 10 % dari total produksi. Setidaknya ini dapat dilihat dari banyaknya petani yang tinggal disekitar sungai Gangga kini sudah mengeluh (kekurangan air) akibat air yang mengalir disungai itu dimanfaatkan untuk kepentingan eksplorasi PT. IMN. Beberapa jenis ikan sungai seperti; Lele, Sepat, Gabus, Belut, Mujaer, Gurame, Ikan Mas, Nila terancam akan punah. Bahkan jenis tanaman hutan yang berada diareal tambang dipastikan akan hancur:
Tabel: 2 Vegetasi Tingkat Pohon
No. Nama Lokal Nama Latin K KR(%) F FR(%) D DR(%) INP H
1 Jambu Hutan Eugenia sp. 0,008 16,55 0,010 14,49 0,016 22,06 53,10 0,32
2 Akasia Acacia auriculiformis 0,007 14,48 0,10 14,49 0,010 13,48 42,45 0,28
3 Ketangi/Bungur Lagerstromia spesiosa 0,006 12,41 0,011 15,94 0,010 13,24 41,29 0,27
4 Asem Tamarindus indicus 0,005 10,34 0,006 8,70 0,010 13,24 32,28 0,27
5 Nangka Artocarpus integra 0,005 10,34 0,004 5,80 0,009 12,13 28,27 0,24
6 Johar Cassia siamea 0,005 10,34 0,006 8,70 0,007 8,82 27,86 0,21
7 Buni Antidesma bunius 0,003 6,90 0,007 10,14 0,003 4,04 21,09 0,14
8 Beringin Ficus benjamina 0,002 4,14 0,005 7,25 0,003 4,04 15,43 0,05
9 Petai hutan Parkia sp 0,004 8,28 0,004 5,80 0,003 4,04 18,12 0,11
10 Mangga hutan Mangivera odorata 0,001 2,07 0,003 4,35 0,002 2,70 9,11 0,17
11 Bayur Pterospermum 0,002 4,14 0,003 4,35 0,002 2,21 10,69 0,13
Jumlah 0,048 100,000 0,069 100,00 0,074 100,000 300,000 2,19
Tabel 3 Kondisi Vegetasi Tingkat Tiang
No. Nama Lokal Nama Latin K KR(%) F FR(%) D DR(%) INP H
1 Bambu Bambusa sp 0,025 33,19 0,032 26,89 0,027 21,77 81,85 0,36
2 Jambu hutan Eugenia sp 0,007 9,29 0,011 9,24 0,021 16,94 35,47 0,26
3 Ketangi/Bungur Lagerstromia spesiosa 0,012 15,93 0,015 12,61 0,018 14,52 43,05 0,30
4 Akasia Acacia auriculiformis 0,015 19,91 0,028 23,53 0,019 15,32 58,76 0,33
5 Johar Cassia siamea 0,008 10,62 0,013 10,92 0,012 9,68 31,22 0,21
6 Mangga hutan Mangivera odorata 0,005 6,64 0,011 9,24 0,015 12,10 27,98 0,15
7 Jati Tectona grandis 0,003 4,42 0,009 7,56 0,012 9,68 21,67 0,14
Jumlah 0,08 100,00 0,119 100,00 0,12 100,00 300,00 1,75
Tabel 4. Kondisi Vegetasi Tingkat Herba
No. Nama Lokal Nama Latin K KR(%) F FR(%) INP H
1 Kemlandingan Leucaina glauca 0,086 28,96 0,074 26,62 55,57 0,36
2 Kerinyu Euphatorium palescens 0,075 25,25 0,072 25,90 51,15 0,36
3 Bambu Bambusa sp 0,062 20,88 0,056 20,14 41,02 0,23
4 Tembelekan Lantana camara 0,034 11,45 0,042 15,11 26,56 0,19
5 Sirih hutan Piper aduncum 0,024 8,08 0,018 6,47 14,56 0,24
6 Suweg Amorphopalus companulatus 0,016 5,39 0,016 5,76 11,14 0,18
Jumlah 0,30 100,00 0,28 100,00 200,00 1,60
Ketiga, KONFLIK SOSIAL. Pertambangan emas di BTP Kabupaten Banyuwangi mengarah pada dimungkinkannya terjadi konflik sosial pertambangan. Ini dapat dilihat dari munculnya penolakan nelayan pancer terkait keberadaan perusahaan emas di dusun Pancer Sumber Agung Pesanggaran Banyuwangi. Disisi lain PT. IMN telah mendirikan pos-pos penjagaan (militer) yang cukup ketat di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu. Mulai dari pintu gerbang gunung tersebut, para pengunjung diharuskan mengisi daftar buku identitas. Pos-pos penjagaan militer juga bertebaran dibanyak sudut, khususnya puncak gunung yang kini sudah rata dan banyak berdiri bangunan dan infra struktur untuk keperluan menuju tahapan eksploitasi. Bahkan lapangan helikopter juga sudah dibangun di puncak gunung.
Pendirian Markas Zoni Tempur di daerah Kedayunan kecamatan Kabat Banyuwangi dan rencana pendirian Batalyon baru untuk menunjang pengaman PT. IMN di BTP akan dapat memicu terjadinya konflik. Penolakan keberadaan PT. IMN yang dilakukan mahasiswa, nelayan pancer, dan warga desa Sumberagung kecamatan Pesanggaran kerap terjadi.
Pengamatan awal yang dilakukan Walhi menunjukkan bahwa perairan Pancer dihuni oleh beberapa suku seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Makasar. Para menalayan yang sudah terbiasa menakklukkan ombak pada akhirnya membentuk karakter keras pada dirinya. Pengakuan banyak nelayan pancer yang kami temui menegaskan, bahwa apapun yang terjadi mereka tidak akan meninggalkan daerahnya, dan akan terus melakukan perlawanan terhadap PT. IMN ”kami para nelayan cuman takut lapar pak, tapi kami tidak pernah takut mati”.
Pelanggaran Ham, intimidasi, kekerasan dan pembunuhan yang kerap terjadi di banyak pertambangan di Indonesia dikhawatirkan akan terjadi di Banyuwangi. Di Papua misalnya, lebih dari 160 warga dibunuh sejak tahun 1975 hingga 1997 di sekitar tambang Freeport/ Rio Tinto. Banyak lainnya mengalami penyiksaan dan dinyatakan hilang. Sejak tahun 2002 hingga 2004, perusahaan membayar tentara sedikitnya 165,5 milyar untuk mengamankan tambangnya. Beberapa fakta kekerasan yang melibatkan unsur TNI-Polri di lokasi pertambangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Catatan Keterlibatan TNI/Polri dengan Perusahaan Tambang
Nama Perusahaan Institusi Keamanan Rentang
Waktu Pola Lokasi
PT UNOCAL Brimob 2000 Penembakan, kekerasan Kaltim
PT Kideco Jaya Agung Polisi 2000 intimidasi, kekerasan, penangkapan Kaltim
PT Kaltim Prima Coal TNI/Polisi 1998 -
2003 Blokade, beking dalam perampasan tanah Katim
PT Tanito Harum Polres Kutai 2002 Penangkapan Kaltim
PT. Expans Tomori Sulawesi TNI /Polri 2002 Penangkapan dan pengusiran penduduk Sulteng
PT Total Fina elf E&P Indonesia Polres Bontang 2002 Penyediaan fasilitas bis perusahaan bagi polisi untuk menangkap masyarakat Kalimantan Timur
Exxon mobil TNI 2002 Penyediaan 30 pos militer
Aceh
PT Bahari Cakrawala Sebuku TNI, Brimob 2004 Intimidasi, penangkapan, pengepungan Kalsel
Sumber: Breafing Paper Migas Walhi—Jatam 2005
Catatan :
1. Perusahaan tambang bervariasi dari Perusahaan tambang emas, batubara, termasuk migas
2. Data korban tidak menunjukkan seluruh persitiwa karena panjangnya jangka waktu
Keempat, KEMISKINAN. Pembuangan tailing dengan model STD ( ke laut) tidak saja akan mengancam ratusan nelayan pancer, akan tetapi ribuan nelayan mulai dari Pancer, Rajegwesi, Grajakan, Muncar, Puger, bahkan Sendang Biru dipastiakan akan terancam limbah Tailing. Sebab arus dari pancer akan mengarah ke tempat-tempat itu. Puluhan perusahaan pengalengan ikan yang ada di Muncar juga terancam oleh ontaminasi limbah tailing.
Karenanya menjadi benar bila keberadaan perusahaan tambang jenis apapun (apalagi emas) justru akan mendatangkan kemiskinan masif. Pernyataan direksi PT. IMN Andreas Reza, dan Pemda Banyuwangi yang menegaskan bahwa keberadaan PT. IMN akan memberi sumbangsih pada masyarakat dan pendapatan daerah merupakan kebohongan publik yang nyata. Sebab hingga kini sumbangan APBN dari sektor pertambangan terbukti sangat kecil. Ini dapat dilihat dari Nota Keuangan RAPBN 2003 yang menegaskan bahwa Sumbangan Pendapatan Negara Bukan Pajak dari pendapatan pertambangan umum hanya 2,8% dari total APBN yang diperoleh dari seluruh sumberdaya tambang, ini belum memperhitungkan nilai kerusakan dan pencemaran lingkungan yang diakibatkannya. Sedangkan sumbangan pendapatan dari kehutanan sebesar 2,4% dan nilai ini hanya merupakan 5% dari total manfaat hutan. Sehingga dari hutan masih terdapat peranan ekonomi (total economic value) sebesar 95% lagi yang belum diperhitungkan.
Karena itu, Walhi Jatim mengutuk keberadaan dan rencana tambang emas di hutam. Termasuk rencana penambangan emas di Tumpang Pitu. Bila hal itu terus dilakukan, maka Walhi Jatim melakukan pengawalan dan perlawanan.
PP ini menghapus fungsi lindung kawasan hutan menjadi fungsi ekonomi sesaat. Padahal dari catatan Walhi, laju kerusakan hutan sepanjang 2005 - 2006 saja mencapai 2,76 juta ha. Belum lagi ratusan bencana banjir dan longsor sepanjang 2000 – 2006.
PP yang dikelurkan pada 22 Februari 2008 ini pada mulanya dimaksudkan untuk mengatur ijin 13 perusahaan tambang yang beroperasi di kawasan hutan sebagaimana dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudyono. Namun hanya seminggu setelahnya, Purnomo Yusgiantoro - menteri ESDM, di depan ratusan pengusaha mengungkapkan segera menerbitkan sebuah Keppres, yang memungkinkan perusahaan tambang lain bergabung, membabat hutan lindung diubah kawasan tambang skala besar.
Karenanya Walhi menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk mendonasikan minimal Rp. 1000 sebagai bentuk perlawanan terhadap peraturan yang mementingkan segelintir pihak. Donasi ini sebagai kompensasi terhadap 3,3 meter persegi hutan lindung dan akan diserahkan kepada Menteri Keuangan. Tujuannya adalah agar pemerintah tidak kekurangan dana untuk melakukan penjagaan hutan sehingga tidak menyerahkan kepada perusahaan tambang.
Tambang Emas
Melalui mekanisme PP tadi, PT. IMN (Indo Multi Niaga) kini telah menuju pada tahap eksploitasi untuk melakukan pengerukan emas di areal Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu (HLGTP) Banyuwangi seluas 11, 621, 45 ha. Ini dapat dilihat dari Berita Acara Pemeriksaan Lapangan (BAPL) terhadap Kawasan Hutan yang dimohon PT IMN, tertanggal 18 April 2007, yang ditandatangani bersama oleh Ka. Biro Hukamas Perum Perhutani Unit II Jatim, Kasubdin PHKA Dishut Prop. Jatim, Kaur Kawasan Biro Perencanaan SDH Perum Perhutani Unit II Jatim, Wakil KSPH V Jember Perum Perhutani Unit II Jatim, dan Adm. Perhutani/KKPH Banyuwangi Selatan. Lokasi kawasan hutan yang dimohon oleh PT IMN berada dalam KPH Banyuwangi Selatan. Tepatnya berada pada Petak 75, 76, 77 dan 78, dimana kesemua Petak tersebut masuk kawasan RPH Kesilir Baru dan BKPH Sukamade.
Fakta ini merupakan cerita lanjutan dari Hatman Group (HG), PT Hakman Platino Metallindo (HPM) dan Banyuwangi Mineral (BM) yang berencana membuka jalur emas Jember-Banyuwangi pada 1995. Baik BM, PT. Indo Multi Cipta (IMC) dan PT. Indo Multi Niaga (IMN) sejatinya merupakan perusahaan emas yang bernaung di bawah bendera salah satu pemegang 20 % saham PT. NMR (Newmont Minahasa Raya) Yusuf Merukh.
Karena itu prilaku NMR di beberapa pertambangan di Indonesia yang mengakibatkan beberapa fakta hitam kerusakan, kemiskinan, dan pelanggaran HAM dimungkinkan terjadi di areal pertambangan emas Block Tumpang Pitu (BTP). Pertama, PEMBUANGAN LIMBAH. Pernyataan Yusuf Merukh dalam presentasi PT JM tertanggal 29 Agustus 2000 di Jember dan presentasi PT BM pada 31 Agustus 2000 di Banyuwangi yang menegaskan akan menerapkan sistem STD ((Submarine Tailing Disposal-STD) dalam pengolahan limbahnya. Rencana STD juga dapat dilihat pada Andal yang telah dibuat PT. IMN dimana block tailing direncanakan dibangun ditengah laut yang berdekatan dengan pulau merah yang kini menjadi salah satu andalan pariwisata Banyuwangi. Pembuangan limbah model ini dipastikan akan menghancurkan beberapa jenis vegetasi laut di perairan itu sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 1. Vegetasi Pantai
No. Nama Lokal Nama Latin Keterangan
1 Pandan laut Pandanus tinctorius Tidak dilindungi undang-undang
2 Waru laut Hibiscus tiliaceus Tidak dilindungi undang-undang
3 Ketapang Terminalia catappa Tidak dilindungi undang-undang
4 Nyamplung Kalophyllum inuphyllum Tidak dilindungi undang-undang
5 Bungur Lagerstromia spesiosa Tidak dilindungi undang-undang
6 Kelapa Cocos nucifera Tidak dilindungi undang-undang
7 Kelapa gading Cocos Tidak dilindungi undang-undang
8 Ambaweh --- Tidak dilindungi undang-undang
9 Bakau Bruguiera sp Tidak dilindungi undang-undang
10 Berbagai jenis terna Formasi phascaprae Tidak dilindungi undang-undang
Kalaupun limbah emas itu dibuang di darat, model under ground mining sebagaimana yang kerap ditegaskan oleh Bapedalda Banyuwangi tidak ada garansi untuk tidak mengalir kelaut apalagi dimusim hujan mengingat blok Tumpang Pitu tersebut berdempetan dengan laut. Bahkan Pulau Merah dan Pulau Mahkota yang masuk dalam kawasan blok tersebut justru merupakan pulau kecil yang berada di tengah laut. Pembuangan limbah ke darat bahkan akan mengancam pemukiman dan pertanian penduduk mengingat kawasan limbah tersebut direncanakan berada di kawasan daratan seluas 250 hektar.
Akibat dari rencana penambangan emas, beberapa jenis hewan yang ada di Blok Tumpang Pitu juga akan musnah seperti; Babi Hutan (Sus vittatus), monyet (Macaca fascicularis), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus unicolor), Bajing, Landak, dan Musang. Burung Gereja (Passer montanus), Kuntul Cina (Egretta eulophotus), Perkutut (Geopelia striata), Pipit (Lonchura sp), Prenjak (Prinia flaviventris), Sikatan (Cyornis concreta), dan Tekukur (Streptophylia chinensis), Ayam Hutan (Gallus bankiva), dan Camar Laut. Raptor (burung pemangsa) yang sempat terlihat di ujung barat Teluk Pancer pada tahun 1999 oleh Kelompok Kerja Elang Jawa Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (KKEJ-FK3I) Jatim yang melakukan survey sebagai kelanjutan dari Ekspedisi Elang Jawa 1997. hasil dari survey Raptor menyebutkan bahwa di kawasan desa Sarongan dan Rajegwesi acapkali dijumpai Elang Ular (Spilornis cheela). Sementara di ujung barat Teluk Pancer pernah dijumpai Elang Laut Perut Putih (Haliaetus leucogaster). Beberapa jenis reptil seperti Kadal, Biawak, Ular Tanah, Ular Hijau, Ular Air, Kobra, Katak dipastikan akan mengalami kepunahan.
Kedua, DAYA RUSAK EKOLOGI. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur menyebutkan bahwa HLGTP merupakan kawasan potensi air bawah tanah kategori sangat tinggi atau setara dengan 30 liter perdetik. Sementara Desa Pesanggaran, desa Sumber Agung yang juga masuk kapling rencana tambang emas Blok Tumpang Pitu, adalah kawasan potensi air bawah tanah kategori sedang atau 15-20 liter perdetik. Begitu pula Cagar Alam Watangan Puger, Cagar Alam Curah Manis Sempolan, dan Hutan Lindung Baban Silosanen yang terancam bahaya yang sama dari renteten penambangan emas di Blok Tumpang Pitu.
Dalam jangka panjang separoh dari kawasan Banyuwangi diprediksi akan terancam krisis air yang sekaligus berdampak pada hancurnya kedaulatan pangan sektor pertanian seperti; padi, jagung, jeruk, dan palawija. Padahal daerah ini merupakan salah satu lumbung padi Jawa Timur yang menyumbangkan 10 % dari total produksi. Setidaknya ini dapat dilihat dari banyaknya petani yang tinggal disekitar sungai Gangga kini sudah mengeluh (kekurangan air) akibat air yang mengalir disungai itu dimanfaatkan untuk kepentingan eksplorasi PT. IMN. Beberapa jenis ikan sungai seperti; Lele, Sepat, Gabus, Belut, Mujaer, Gurame, Ikan Mas, Nila terancam akan punah. Bahkan jenis tanaman hutan yang berada diareal tambang dipastikan akan hancur:
Tabel: 2 Vegetasi Tingkat Pohon
No. Nama Lokal Nama Latin K KR(%) F FR(%) D DR(%) INP H
1 Jambu Hutan Eugenia sp. 0,008 16,55 0,010 14,49 0,016 22,06 53,10 0,32
2 Akasia Acacia auriculiformis 0,007 14,48 0,10 14,49 0,010 13,48 42,45 0,28
3 Ketangi/Bungur Lagerstromia spesiosa 0,006 12,41 0,011 15,94 0,010 13,24 41,29 0,27
4 Asem Tamarindus indicus 0,005 10,34 0,006 8,70 0,010 13,24 32,28 0,27
5 Nangka Artocarpus integra 0,005 10,34 0,004 5,80 0,009 12,13 28,27 0,24
6 Johar Cassia siamea 0,005 10,34 0,006 8,70 0,007 8,82 27,86 0,21
7 Buni Antidesma bunius 0,003 6,90 0,007 10,14 0,003 4,04 21,09 0,14
8 Beringin Ficus benjamina 0,002 4,14 0,005 7,25 0,003 4,04 15,43 0,05
9 Petai hutan Parkia sp 0,004 8,28 0,004 5,80 0,003 4,04 18,12 0,11
10 Mangga hutan Mangivera odorata 0,001 2,07 0,003 4,35 0,002 2,70 9,11 0,17
11 Bayur Pterospermum 0,002 4,14 0,003 4,35 0,002 2,21 10,69 0,13
Jumlah 0,048 100,000 0,069 100,00 0,074 100,000 300,000 2,19
Tabel 3 Kondisi Vegetasi Tingkat Tiang
No. Nama Lokal Nama Latin K KR(%) F FR(%) D DR(%) INP H
1 Bambu Bambusa sp 0,025 33,19 0,032 26,89 0,027 21,77 81,85 0,36
2 Jambu hutan Eugenia sp 0,007 9,29 0,011 9,24 0,021 16,94 35,47 0,26
3 Ketangi/Bungur Lagerstromia spesiosa 0,012 15,93 0,015 12,61 0,018 14,52 43,05 0,30
4 Akasia Acacia auriculiformis 0,015 19,91 0,028 23,53 0,019 15,32 58,76 0,33
5 Johar Cassia siamea 0,008 10,62 0,013 10,92 0,012 9,68 31,22 0,21
6 Mangga hutan Mangivera odorata 0,005 6,64 0,011 9,24 0,015 12,10 27,98 0,15
7 Jati Tectona grandis 0,003 4,42 0,009 7,56 0,012 9,68 21,67 0,14
Jumlah 0,08 100,00 0,119 100,00 0,12 100,00 300,00 1,75
Tabel 4. Kondisi Vegetasi Tingkat Herba
No. Nama Lokal Nama Latin K KR(%) F FR(%) INP H
1 Kemlandingan Leucaina glauca 0,086 28,96 0,074 26,62 55,57 0,36
2 Kerinyu Euphatorium palescens 0,075 25,25 0,072 25,90 51,15 0,36
3 Bambu Bambusa sp 0,062 20,88 0,056 20,14 41,02 0,23
4 Tembelekan Lantana camara 0,034 11,45 0,042 15,11 26,56 0,19
5 Sirih hutan Piper aduncum 0,024 8,08 0,018 6,47 14,56 0,24
6 Suweg Amorphopalus companulatus 0,016 5,39 0,016 5,76 11,14 0,18
Jumlah 0,30 100,00 0,28 100,00 200,00 1,60
Ketiga, KONFLIK SOSIAL. Pertambangan emas di BTP Kabupaten Banyuwangi mengarah pada dimungkinkannya terjadi konflik sosial pertambangan. Ini dapat dilihat dari munculnya penolakan nelayan pancer terkait keberadaan perusahaan emas di dusun Pancer Sumber Agung Pesanggaran Banyuwangi. Disisi lain PT. IMN telah mendirikan pos-pos penjagaan (militer) yang cukup ketat di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu. Mulai dari pintu gerbang gunung tersebut, para pengunjung diharuskan mengisi daftar buku identitas. Pos-pos penjagaan militer juga bertebaran dibanyak sudut, khususnya puncak gunung yang kini sudah rata dan banyak berdiri bangunan dan infra struktur untuk keperluan menuju tahapan eksploitasi. Bahkan lapangan helikopter juga sudah dibangun di puncak gunung.
Pendirian Markas Zoni Tempur di daerah Kedayunan kecamatan Kabat Banyuwangi dan rencana pendirian Batalyon baru untuk menunjang pengaman PT. IMN di BTP akan dapat memicu terjadinya konflik. Penolakan keberadaan PT. IMN yang dilakukan mahasiswa, nelayan pancer, dan warga desa Sumberagung kecamatan Pesanggaran kerap terjadi.
Pengamatan awal yang dilakukan Walhi menunjukkan bahwa perairan Pancer dihuni oleh beberapa suku seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Makasar. Para menalayan yang sudah terbiasa menakklukkan ombak pada akhirnya membentuk karakter keras pada dirinya. Pengakuan banyak nelayan pancer yang kami temui menegaskan, bahwa apapun yang terjadi mereka tidak akan meninggalkan daerahnya, dan akan terus melakukan perlawanan terhadap PT. IMN ”kami para nelayan cuman takut lapar pak, tapi kami tidak pernah takut mati”.
Pelanggaran Ham, intimidasi, kekerasan dan pembunuhan yang kerap terjadi di banyak pertambangan di Indonesia dikhawatirkan akan terjadi di Banyuwangi. Di Papua misalnya, lebih dari 160 warga dibunuh sejak tahun 1975 hingga 1997 di sekitar tambang Freeport/ Rio Tinto. Banyak lainnya mengalami penyiksaan dan dinyatakan hilang. Sejak tahun 2002 hingga 2004, perusahaan membayar tentara sedikitnya 165,5 milyar untuk mengamankan tambangnya. Beberapa fakta kekerasan yang melibatkan unsur TNI-Polri di lokasi pertambangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Catatan Keterlibatan TNI/Polri dengan Perusahaan Tambang
Nama Perusahaan Institusi Keamanan Rentang
Waktu Pola Lokasi
PT UNOCAL Brimob 2000 Penembakan, kekerasan Kaltim
PT Kideco Jaya Agung Polisi 2000 intimidasi, kekerasan, penangkapan Kaltim
PT Kaltim Prima Coal TNI/Polisi 1998 -
2003 Blokade, beking dalam perampasan tanah Katim
PT Tanito Harum Polres Kutai 2002 Penangkapan Kaltim
PT. Expans Tomori Sulawesi TNI /Polri 2002 Penangkapan dan pengusiran penduduk Sulteng
PT Total Fina elf E&P Indonesia Polres Bontang 2002 Penyediaan fasilitas bis perusahaan bagi polisi untuk menangkap masyarakat Kalimantan Timur
Exxon mobil TNI 2002 Penyediaan 30 pos militer
Aceh
PT Bahari Cakrawala Sebuku TNI, Brimob 2004 Intimidasi, penangkapan, pengepungan Kalsel
Sumber: Breafing Paper Migas Walhi—Jatam 2005
Catatan :
1. Perusahaan tambang bervariasi dari Perusahaan tambang emas, batubara, termasuk migas
2. Data korban tidak menunjukkan seluruh persitiwa karena panjangnya jangka waktu
Keempat, KEMISKINAN. Pembuangan tailing dengan model STD ( ke laut) tidak saja akan mengancam ratusan nelayan pancer, akan tetapi ribuan nelayan mulai dari Pancer, Rajegwesi, Grajakan, Muncar, Puger, bahkan Sendang Biru dipastiakan akan terancam limbah Tailing. Sebab arus dari pancer akan mengarah ke tempat-tempat itu. Puluhan perusahaan pengalengan ikan yang ada di Muncar juga terancam oleh ontaminasi limbah tailing.
Karenanya menjadi benar bila keberadaan perusahaan tambang jenis apapun (apalagi emas) justru akan mendatangkan kemiskinan masif. Pernyataan direksi PT. IMN Andreas Reza, dan Pemda Banyuwangi yang menegaskan bahwa keberadaan PT. IMN akan memberi sumbangsih pada masyarakat dan pendapatan daerah merupakan kebohongan publik yang nyata. Sebab hingga kini sumbangan APBN dari sektor pertambangan terbukti sangat kecil. Ini dapat dilihat dari Nota Keuangan RAPBN 2003 yang menegaskan bahwa Sumbangan Pendapatan Negara Bukan Pajak dari pendapatan pertambangan umum hanya 2,8% dari total APBN yang diperoleh dari seluruh sumberdaya tambang, ini belum memperhitungkan nilai kerusakan dan pencemaran lingkungan yang diakibatkannya. Sedangkan sumbangan pendapatan dari kehutanan sebesar 2,4% dan nilai ini hanya merupakan 5% dari total manfaat hutan. Sehingga dari hutan masih terdapat peranan ekonomi (total economic value) sebesar 95% lagi yang belum diperhitungkan.
Karena itu, Walhi Jatim mengutuk keberadaan dan rencana tambang emas di hutam. Termasuk rencana penambangan emas di Tumpang Pitu. Bila hal itu terus dilakukan, maka Walhi Jatim melakukan pengawalan dan perlawanan.
Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan
Press Release
Pemenang “Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan” untuk jurnalis dari tiga kategori media, yakni cetak/online, radio, dan televisiHari ini diumumkan Rabu (26/03/08) ini di Jakarta Media Center, Jakarta.
Dewan juri lomba yang dilaksanakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)- American Center for International Labor Solidarity (ACILS)- The Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) itu, dan terdiri dari praktisi media cetak, radio dan televisi serta perwakilan dari ACILS, FES dan ILO (International Labor Organization), memutuskan Ridwan Max Sijabat (The Jakarta Post), Fransisca Susanti (www.pantau.or.id) dan Dian Kuswandini (The Jakarta Post) sebagai pemenang pertama, kedua dan ketiga untuk kategori media cetak/online.
Peraih penghargaan untuk kategori radio adalah Monique Rijkers (KBR 68H), Sulistiono (Radio Idola, Semarang) dan Andy Lala (Trijaya FM, Jakarta). Masing-masing sebagai pemenang pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori televisi, pemenang pertama adalah Bhayu Sugarda (Astro Awani), kedua Widyaningsih (SCTV), dan ketiga Nima Grafina Sirait (DAAI TV).
Selain menerima sertifikat penghargaan dari ACILS, FES dan AJI, para pemenang juga menerima hadiah sebesar Rp 6.500.000 untuk setiap pemenang pertama, Rp 4.500.000 untuk pemenang kedua, dan Rp 3.500.000 untuk pemenang ketiga.
Bersamaan dengan pengumuman pemenang ini, juga diluncurkan buku berjudul “Buruh dalam Reportase Media”. Buku yang diterbitkan dwibahasa ini berisi kumpulan hasil karya tiga pemenang masing-masing kategori. Buku ini diserahkan secara simbolik oleh Country Program Director ACILS James A. Davis, Resident Director FES Indonesia & Timor Leste Erwin Schweisshelm, dan Ketua Umum AJI Heru Hendratmoko kepada perwakilan media yang datang dalam acara ini.
Country Program Director ACILS James A. Davis mengatakan, pemberian penghargaan ini merupakan salah satu cara mendorong jurnalis untuk memberi perhatian lebih besar dalam isu perburuhan. “Dengan adanya perhatian khusus kepada jurnalis dan media dalam upaya edukasi media massa, diharapkan kampanye tentang hak-hak dasar pekerja dan isu-isu ketenagakerjaan lain menjadi lebih semarak,” kata James.
Harapannya, kata James, agar masyarakat luas, dan terutama pengusaha, pemerintah, legislatif serta penegak hukum ketenagakerjaan, jadi lebih memahami persoalannya. “Pada gilirannya, ini akan menghasilkan opini dan kebijakan pro-pekerja atau setidaknya membuka peluang dan ruang bagi pekerja dan serikat pekerja untuk lebih didengar oleh semua pihak,” kata James.
Resident Director FES Indonesia & Timor Leste Erwin Schweisshelm mengatakan, “Dengan diadakannya kompetisi semacam ini, dunia kerja dan kehidupan orang biasa akan memiliki tempat dan relevansi yang lebih banyak dalam media, sejalan dengan kenyataan pentingnya kemakmuran di Indonesia. Selain itu, kata Erwin, kompetisi semacam ini merupakan sarana informasi dan edukasi tidak hanya bagi buruh/pekerja dan serikat-serikat pekerja, tetapi juga bagi para pemerhati masalah buruh serta pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumnya.
ILO menyambut baik diselenggarakannya penghargaan ini. Lotte Kejser, Chief Technical Advisor Migrant Workers Project dari ILO Jakarta, mengatakan, “Acara semacam ini sangat penting untuk memberikan apresiasi kepada wartawan serta media untuk kontribusi mereka dalam mempromosikan kondisi tenaga kerja lebih baik serta mengedukasi pekerja, para pemberi kerja, pemerintah dan publik secara umum.”
Panitia Lomba menerima kiriman 101 karya jurnalistik yang mengangkat isu tentang buruh. Karya-karya tersebut berasal dari berbagai media di tanah air. Mayoritas karya yang diterima panitia banyak bertutur tentang pahit dan getirnya nasib buruh Indonesia.
Ketua Umum AJI Heru Hendratmoko mengatakan, angle tentang masih buramnya nasib buruh memang merupakan tema yang sangat menarik perhatian. Pemilihan angle semacam ini, kata Heru, biasanya untuk mengingatkan para pengambil keputusan, baik dari kalangan pemerintah, parlemen maupun swasta, untuk lebih hirau terhadap nasib kaum buruh. “Namun publik juga perlu sesekali disuguhi cerita keberhasilan yang mampu menjadi inspirasi banyak orang,” kata Heru.
Imam Wahyudi, ketua Dewan Juri, mengatakan, isu perburuhan sesungguhnya sangat luas dan multi aspek. Dengan diadakannya kompetisi ini, kami juga berharap karya-karya yang akhirnya dimuat dalam buku ini bisa merangsang minat jurnalis lain untuk lebih intens dan kreatif selama menggarap isu perburuhan,” kata Imam, yang juga Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia.
Pemenang “Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan” untuk jurnalis dari tiga kategori media, yakni cetak/online, radio, dan televisiHari ini diumumkan Rabu (26/03/08) ini di Jakarta Media Center, Jakarta.
Dewan juri lomba yang dilaksanakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)- American Center for International Labor Solidarity (ACILS)- The Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) itu, dan terdiri dari praktisi media cetak, radio dan televisi serta perwakilan dari ACILS, FES dan ILO (International Labor Organization), memutuskan Ridwan Max Sijabat (The Jakarta Post), Fransisca Susanti (www.pantau.or.id) dan Dian Kuswandini (The Jakarta Post) sebagai pemenang pertama, kedua dan ketiga untuk kategori media cetak/online.
Peraih penghargaan untuk kategori radio adalah Monique Rijkers (KBR 68H), Sulistiono (Radio Idola, Semarang) dan Andy Lala (Trijaya FM, Jakarta). Masing-masing sebagai pemenang pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori televisi, pemenang pertama adalah Bhayu Sugarda (Astro Awani), kedua Widyaningsih (SCTV), dan ketiga Nima Grafina Sirait (DAAI TV).
Selain menerima sertifikat penghargaan dari ACILS, FES dan AJI, para pemenang juga menerima hadiah sebesar Rp 6.500.000 untuk setiap pemenang pertama, Rp 4.500.000 untuk pemenang kedua, dan Rp 3.500.000 untuk pemenang ketiga.
Bersamaan dengan pengumuman pemenang ini, juga diluncurkan buku berjudul “Buruh dalam Reportase Media”. Buku yang diterbitkan dwibahasa ini berisi kumpulan hasil karya tiga pemenang masing-masing kategori. Buku ini diserahkan secara simbolik oleh Country Program Director ACILS James A. Davis, Resident Director FES Indonesia & Timor Leste Erwin Schweisshelm, dan Ketua Umum AJI Heru Hendratmoko kepada perwakilan media yang datang dalam acara ini.
Country Program Director ACILS James A. Davis mengatakan, pemberian penghargaan ini merupakan salah satu cara mendorong jurnalis untuk memberi perhatian lebih besar dalam isu perburuhan. “Dengan adanya perhatian khusus kepada jurnalis dan media dalam upaya edukasi media massa, diharapkan kampanye tentang hak-hak dasar pekerja dan isu-isu ketenagakerjaan lain menjadi lebih semarak,” kata James.
Harapannya, kata James, agar masyarakat luas, dan terutama pengusaha, pemerintah, legislatif serta penegak hukum ketenagakerjaan, jadi lebih memahami persoalannya. “Pada gilirannya, ini akan menghasilkan opini dan kebijakan pro-pekerja atau setidaknya membuka peluang dan ruang bagi pekerja dan serikat pekerja untuk lebih didengar oleh semua pihak,” kata James.
Resident Director FES Indonesia & Timor Leste Erwin Schweisshelm mengatakan, “Dengan diadakannya kompetisi semacam ini, dunia kerja dan kehidupan orang biasa akan memiliki tempat dan relevansi yang lebih banyak dalam media, sejalan dengan kenyataan pentingnya kemakmuran di Indonesia. Selain itu, kata Erwin, kompetisi semacam ini merupakan sarana informasi dan edukasi tidak hanya bagi buruh/pekerja dan serikat-serikat pekerja, tetapi juga bagi para pemerhati masalah buruh serta pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumnya.
ILO menyambut baik diselenggarakannya penghargaan ini. Lotte Kejser, Chief Technical Advisor Migrant Workers Project dari ILO Jakarta, mengatakan, “Acara semacam ini sangat penting untuk memberikan apresiasi kepada wartawan serta media untuk kontribusi mereka dalam mempromosikan kondisi tenaga kerja lebih baik serta mengedukasi pekerja, para pemberi kerja, pemerintah dan publik secara umum.”
Panitia Lomba menerima kiriman 101 karya jurnalistik yang mengangkat isu tentang buruh. Karya-karya tersebut berasal dari berbagai media di tanah air. Mayoritas karya yang diterima panitia banyak bertutur tentang pahit dan getirnya nasib buruh Indonesia.
Ketua Umum AJI Heru Hendratmoko mengatakan, angle tentang masih buramnya nasib buruh memang merupakan tema yang sangat menarik perhatian. Pemilihan angle semacam ini, kata Heru, biasanya untuk mengingatkan para pengambil keputusan, baik dari kalangan pemerintah, parlemen maupun swasta, untuk lebih hirau terhadap nasib kaum buruh. “Namun publik juga perlu sesekali disuguhi cerita keberhasilan yang mampu menjadi inspirasi banyak orang,” kata Heru.
Imam Wahyudi, ketua Dewan Juri, mengatakan, isu perburuhan sesungguhnya sangat luas dan multi aspek. Dengan diadakannya kompetisi ini, kami juga berharap karya-karya yang akhirnya dimuat dalam buku ini bisa merangsang minat jurnalis lain untuk lebih intens dan kreatif selama menggarap isu perburuhan,” kata Imam, yang juga Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia.
25 Maret 2008
FK di Indonesia Pilihan Pertama Malaysia
Keinginan kuliah di luar negeri yang begitu besar bagi mahasiswa Malaysia mendorong Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato’ Zainal Abidin Zain dan Menteri Penasihat (Pendidikan) Kedubes malaysia di Jakarta, Dr. Junaidi Ebu Bakar, BA., MA., HRM., Ph.D., Selasa (25/3) ini berkunjung ke Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
”Kami datang kemari untuk mencari peluang belajar bagi pelajar kami untuk study di luar negeri, karena di Malaysia tak cukup tempat untuk menampung. Jadi kita datang untuk membantu mereka mencari peluang, dan Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang ditetapkan pemerintah Malaysia untuk belajar bagi mahasiswa kami. Tetapi kita memebri khusus kesempatan kepada kedokteran, pergigian, dan farmasi,” kata Dato’ Zainal Abidin Zain.
Dihadapan Wakil Rektor I (Bidang Akademik) Unair, Prof. Dr. Mohamad Zainuddin, MS., Apt., dan beberapa dekan Unair, Dato’ Zainal Abidin Zain mengatakan dari 20-an Perguruan tinggi negeri di Negeri Jiran itu, hanya empat universitas yang membuka FK.Sedangkan PTS banyak. Karena Targetnya sampai tahun 2010 Malaysia sudah harus punya 29.000, tetapi yang ada diperkirakan baru 27.000 dokter.
”Sama seperti di Indonesia, kami juga mengejar jumlah dokter yang ada,” kata Dato’ Zainal AZ. Ia berharap kuota yang tertampung di Indonesia lebih banyak, sebab hingga sekarang ini mahasiswa asal Malaysia yang belajar di Indonesia terdapat 4.500 orang. Mereka belajar di 13 universitas, diantaranya UI, UGM, Unair, Unibraw, Unpad, USU, dan hanya dua PTS yang diamsuki diantaranya Univ. Trisakti.
Dari 4.500 mahasiswa Malaysia itu 75% belajar di FK, FKG dan Fak farmasi,sedang 25% di Fak. Ekonomi, Hukum, veteriner, dsb. Khusus yang belajar di Unair, menurut Prof. M Zainuddin, mahasiswa asal Malaysia disini tercatat sebanyak 120 orang. Rinciannya, 80 belajar di FK, 15 mahasiswa di FKG, dan 25 orang di Fak. Farmasi. Di Unair bahkan ada yang mengurusi secara khusus bagi mahasiswa asal Malaysia, yaitu Prof. Dr. Achmad Sjachrani.
Posisi mahasiswa asal Malaysia ini, tambah Prof. Zainuddin, akan menunjang dibukanya kelas internasional di FK Unair dan di beberapa fakultas di Unair. Kelas internasional itu sesuai dalam academic milestone Unair untuk mengeja internasionalisasi Unair tahun 2009. Pada kelas itulah akan menampung mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Malaysia, Usbekistan, Iran, dan Nigeria.
”Kami datang kemari untuk mencari peluang belajar bagi pelajar kami untuk study di luar negeri, karena di Malaysia tak cukup tempat untuk menampung. Jadi kita datang untuk membantu mereka mencari peluang, dan Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang ditetapkan pemerintah Malaysia untuk belajar bagi mahasiswa kami. Tetapi kita memebri khusus kesempatan kepada kedokteran, pergigian, dan farmasi,” kata Dato’ Zainal Abidin Zain.
Dihadapan Wakil Rektor I (Bidang Akademik) Unair, Prof. Dr. Mohamad Zainuddin, MS., Apt., dan beberapa dekan Unair, Dato’ Zainal Abidin Zain mengatakan dari 20-an Perguruan tinggi negeri di Negeri Jiran itu, hanya empat universitas yang membuka FK.Sedangkan PTS banyak. Karena Targetnya sampai tahun 2010 Malaysia sudah harus punya 29.000, tetapi yang ada diperkirakan baru 27.000 dokter.
”Sama seperti di Indonesia, kami juga mengejar jumlah dokter yang ada,” kata Dato’ Zainal AZ. Ia berharap kuota yang tertampung di Indonesia lebih banyak, sebab hingga sekarang ini mahasiswa asal Malaysia yang belajar di Indonesia terdapat 4.500 orang. Mereka belajar di 13 universitas, diantaranya UI, UGM, Unair, Unibraw, Unpad, USU, dan hanya dua PTS yang diamsuki diantaranya Univ. Trisakti.
Dari 4.500 mahasiswa Malaysia itu 75% belajar di FK, FKG dan Fak farmasi,sedang 25% di Fak. Ekonomi, Hukum, veteriner, dsb. Khusus yang belajar di Unair, menurut Prof. M Zainuddin, mahasiswa asal Malaysia disini tercatat sebanyak 120 orang. Rinciannya, 80 belajar di FK, 15 mahasiswa di FKG, dan 25 orang di Fak. Farmasi. Di Unair bahkan ada yang mengurusi secara khusus bagi mahasiswa asal Malaysia, yaitu Prof. Dr. Achmad Sjachrani.
Posisi mahasiswa asal Malaysia ini, tambah Prof. Zainuddin, akan menunjang dibukanya kelas internasional di FK Unair dan di beberapa fakultas di Unair. Kelas internasional itu sesuai dalam academic milestone Unair untuk mengeja internasionalisasi Unair tahun 2009. Pada kelas itulah akan menampung mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Malaysia, Usbekistan, Iran, dan Nigeria.
BERITA UNGGULAN
JADI YANG BENAR DIADILI DI MANA NIH?
Pernyataan Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendapatkan respon dari Amnesty Internasional Indonesia.
Postingan Populer
-
Anggota Komisi III Fraksi PKB DPR RI, Hasbiallah Ilyas meminta Polri mengusut kasus tewasnya Darso warga Kampung Gilisari, Kelurahan Purwosa...
-
Dilansir melalui Website, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggelar rapat koordinasi bersama Komando Resor Militer (Korem) 033 Wira Prata...
-
Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) Membuatkan Sekolah Darurat Sementara untuk Sekolah Dasar Naglaasih, di Desa Naglasari, Ke...
Banyak dikunjungi
-
Anggota Komisi III Fraksi PKB DPR RI, Hasbiallah Ilyas meminta Polri mengusut kasus tewasnya Darso warga Kampung Gilisari, Kelurahan Purwosa...
-
Dilansir melalui Website, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) menggelar rapat koordinasi bersama Komando Resor Militer (Korem) 033 Wira Prata...
-
Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) Membuatkan Sekolah Darurat Sementara untuk Sekolah Dasar Naglaasih, di Desa Naglasari, Ke...
-
Akun X @kkpgoid memposting "breaking news!!!" tentang penghentian kegiatan pemagaran laut tanpa izin. #SahabatBahari, hari ini KKP...
-
Kencan, bisa dilakukan kapan saja. Dalam Solusi Ibu kali ini, membahas kencan dengan pasangan, di tengah-tengah kehidupan keluarga yang mung...