13 Januari 2008

Komikus Lokal Tak Kalah Akal

*Feature

Pandangan sayu Araya tajam menyapu kumpulan demonstran yang mengamuk di depan kantor redaksi salah satu majalah mingguan untuk dewasa, siang itu. Batu yang beterbangan dan menghancurkan kaca jendela, pintu serta peralatan kantor, tidak membuat perempuan berambut panjang menjuntai hingga pinggang itu berhenti melangkah. Menembus gerombolan demonstran dan masuk ke dalam kantor redaksi.

Rupanya, kantor redaksi majalah untuk dewasa itu sedang didemo oleh kelompok masyarakat yang tidak setuju dengan isi majalah yang dianggap mengumbar nafsu semata. Sayangnya, demonstrasi itu dilakukan dengan cara anarkhi dan merusak. Karenanya, redaksi majalah itu mengundag Araya yang juga seorang Deviant, untuk menyelesaikan persoalan ini.

Di dalam kantor, dua anggota redaksi menyambut Araya dengan gembira. Mereka berharap Araya bisa segera mencari solusi. Araya tidak sendirian, koordinator demonstran diajak serta ke dalam gedung untuk berdialog. Melihat koordinator demonstran berjubah itu berdiri di samping Araya, dua anggota redaksi itu pun berang.

"Bawel! Kalian memanggilku untuk menyelesaikan persoalan ini kan? Yang perlu kalian lakukan hanya menyiapkan bayaranku, selebihnya serahkan padaku,.." kata Araya tak kalah garang. Tiba-tiba, sebuah benda mirip tentakel cumi-cumi keluar dari tangan Araya. Melilit kaki tiga laki-laki yang ada di hadapanya, mengangkat tinggi ke langit-langit kantor, memaksa ketiganya untuk berdamai. Demonstran anarkhis pun menyudahi aksinya, dan redaksi majalah dewasa itu pun mengubah isi majalahnya.

............................

Penggalan kisah tentang Araya adalah salah satu sekuel yang muncul di komik Deviant Execution karya Marico. Dalam dunia komik, nama Marico bisa jadi adalah "anak bawang". Komik pertamanya, Deviant, dicetak pada tahun 2007. Namun, ke-anakbawang-an Marico luruh seketika saat Deviant hadir. Bukan hanya cerita yang disajikan keluar dari bayangan komik kebanyakan, namun, kahadiran Deviant secara utuh benar-benar berbeda.

Dari sisi ide cerita misalnya. Deviant, adalah salah satu sebutan profesi baru yang muncul dalam imajinasi Marico. Profesi yang akan hadir pada abad 28 ini, menurut laki-laki kurus yang gemar bertopi ini diadopsi dari esensi pekerjaan graphic design yang digelutinya selama ini. "Designer graphic hadir untuk menyelesaikan problem kliennya, begitu juga Deviant, bedanya, Deviant tidak melulu soal problem graphic, tapi semua masalah klien bisa diselesaikan," katanya.

Deviant hadir di sebuah negara bernama Donisia (pelesetan Indonesia). Tentu saja, konflik-konflik yang ada pun memiliki persamaan dengan konflik kekinian di negeri ini. Seperti kisah Deviant bernama Araya, yang sangat mirip dengan kisah penyerangan kantor dedaksi majalah Playboy Indonesia oleh Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta. Meski out put-nya jauh berbeda.

Tidak hanya soal ide cerita, Marico juga cerdas mengeksplorasi penggunaan kerta untuk komik miliknya. Dalam Deviant jilid satu, Marico memilih kertas buram tebal, dengan hard cover bersampul di bagian depan. Gambar-gambarnya, sengaja dibikin hitam putih. "Saya ingin komik ini benar-benar berbeda, tidak hanya cerita, namun juga soal kertas yang digunakan," katanya.

Yang paling spektakuler, Marico nekad menciptakan label sendiri untuk komik yang dibuatnya. Bukan label independen, tapi juga bukan major label. Label itu berbentuk huruf M, dengan sedikit modifikasi di bagian atasnya. "Dengan label milik sendiri, saya bisa sepenuhnya berekspresi dengan komik-komik yang saya buat," kata Marico.

Memang, ide baru, piihan kertas dan label milik sendiri tidak berhubungan dengan "pasar" komik yang ada di Indonesia. Deviant misalnya, hanya dicetak 3000 eksemplar. Jumlah yang sangat kecil untuk ukuran Indonesia. "Karena kondisi keuangan saya hanya mampu untuk itu," katanya. Karena itulah, Marico tidak menyoal adanya pembajakan. "Semakin dibajak, semakin saya merasa terhormat, berarti komik saya laku," katanya.

Hadirnya komik lokal Indonesia memang bukan barang baru. Sejak tahun 1970-an, negeri ini sudah mengenal superhero lokal seperti Gundala Putra Petir, Si Buta Dari Goa Hantu dan Panji Tengkorak dll. Masuk ke tahun 1980-an, mulai muncul komik-komik dari Eropa, seperti Tintin dan Asterix. Komik Amerika yang didominasi oleh Marvel mulai datang tahun 1990-an. Superhero seperti Captain Amerika, Spiderman, Superman dll, menjadi "tokoh" baru di Indonesia.

Tidak berselang lama, gelombang komik Hongkong masuk. Sebut saja Tapak Sakti dan Tiger Wong yang sempat menjadi bahan pembicaraan. Begitu juga dengan komik Jepang, yang semakin kuat mencengkeram dunia komik di Indonesia dengan serial televisi dan game. "Seperti Doraemon, Dragon Ball dll, dikenal karena hampir setiap hari diputar di televisi," kata Is Yuniarto dari Wind Rider Production.

Kemana komik Indonesia ketika komik luar negeri menjamur? Sepertinya, komik Indonesia baru bangkit akhir tahun 1990-an. Dengan mengadopsi gaya Manga (sebutan komik Jepang), komik Indonesia kembali hadir. Sayangnya, yang disebut komik Indonesia bukan berarti membawa superhero Indonesia, melainkan mengkolaborasikan superhero Eropa, dengan gaya berperang Amerika, namun bergaya gambar Jepang. "Mungkin hasilnya seperti komik Wind Rider ini," kata Is Yuniarto sedikit berpromosi.

Komik kedua Is Yuniarto berjudul Knight of Opocalypse yang dicetak tahun 2007 coba membuat genre baru dalam dunia gambar. Is memilih memodifikasi Manga dengan gaya gambar Amerika. "Pertaruhannya memang pada pasar, tapi sepertinya pasar akan tetap melahap jenis gambar apapun, asalkan bagus," katanya.

Komikus gaek Beng Rahadian menjadi komikus yang sukses mengangkat tema lokal tentang kondisi kota Jogjakarta. Dalam komik berjudul Selamat Pagi Urbaz, Beng Rahadian menyuguhkan Jogjakarta dalam kacamata komikus. "Tentu saja hasilnya tetap kocak, tapi bila diselami lagi, mau tidak mau Jogjakarta memang telah berubah," kata Beng Rahadian.

Terobosan versi Julian, komikus yang juga koordinator ilustrator di Megindo mungkin bisa dikatakan paling unik. Dirinya memilih untuk menyajikan nilai lokal Indonesia, dalam kemasan komik bergambar Eropa. Hebatnya, komik itu disajikan dalam dua bahasa. "Bahasa kerennya sih, bilingual, sekalian menikmari gambar sekalian belajar berbahasa Inggris, tapi nilai-nilainya tetap Indonesia," katanya.

Benar-benar tak kalah akal ya,..

11 Januari 2008

Menjual Garuda Pancasila


Menjual Garuda Pancasila.

Comic Show Off!!


Comic Show Off!
Pencinta komik di Surabaya disuguhi acara "seksi" di Surabaya. Tepatnya di Pusat Kebudayaan Prancis -CCCL Surabaya, 8-19 Januari 2008. Dalam acara itu, CCCL bekerjasama dengan para komikus dari berbagia kota, mulai Jakarta, Bandung dan tentusaja, Surabaya. Pernak-pernik pembuatan komik, dibahas tuntas di acara ini.

06 Januari 2008

Bisnis Cemerlang Sepeda Usang


BISNIS KLETIKAN
Sepeda kuno sedang naik daun. Begitu juga bisnis kletikan (peralatan)-nya. Seperti yang dilakukan Budi, penggemar sekaligus pebisnis kletikan sepeda kuno asal Madiun, Jawa Timur. Budi dan teman-temannya hampir pasti ikut memeriahkan event rally sepeda kuno, sekaligus menjual kletikannya. Minggu (6/1) ini, Budi menggelar dagangan di samping alun-alun Ponorogo, Jawa Timur.

Bisnis Cemerlang Sepeda Usang

Alas plastik biru yang tergelar di trotoar samping kiri alun-alun Kota Ponorogo, Minggu (6/1), memang tidak istimewa. Bekas-bekas olie yang tertoreh di atasnya jelas menampakkan keusangan lembaran yang biasa digunakan untuk atap kaki lima itu. Barang yang tersaji di atasanya pun sama. Hampir seluruhnya barang bekas. Seperti garpu depan sepeda, jok, pedal, lampu depan hingga dinamo. Meski begitu, barang bekas itu dijual dengan harga fantastik hingga Rp.1,5 juta perbuah. Wow!

Seperti itulah gambaran bisnis kletikan sepeda kuno. Kata "kletikan" diambil dari kata "kletik", sebutan bahasa jawa untuk makanan kecil atau snack. Bisnis kletikan sepeda kuno berarti bisnis untuk barang-barang asesoris sepeda kuno. Mulai stang, pompa, lampu, spion, jok belakang hingga sandaran bawah. Tidak hanya itu, kletikan juga menyediakan asesoris tambahan yang membuat sosok pengendara sepeda kuno kelihatan lebih lawas. Seperti topi, tempat kacamatan sepeda, tas sepeda sampai senapan angin model lama.

Budiyono, pemilih bisnis kletikan sepeda kuno yang Minggu ini menggelar dagangannya itu mengungkapkan bisnis kletikan memang tergolong baru di Indonesia. Setidaknya, sejak 10 tahun terakhir ini bisnis itu mulai marak, seiring semakin banyak orang yang memiliki hobby memelihara sepeda kuno. Budi sendiri mengaku baru bermain di bisnis ini sejak 2 tahun belakangan. "Sebelumnya, saya hanya berdagang peralatan sepeda dan becak saja," kata Budi pada The Jakarta Post, Minggu ini. Meski demikian, dirinya mengaku mengetahui seluk beluk sepeda kuno sejak lama.

Kakek Budi, Hing Tjhun adalah "pemain lama" dalam bisnis sepeda dan becak di Madiun, Jawa Timur. Sejak tahun 1940-an, laki-laki keturunan China itu membuka toko dan service sepeda dan becak di Kota Brem itu. Bisnis yang dirintis dari hobby itu berkembang pesat. Toko sepeda Panca Jaya menjadi bisnis turun temurun. Pada tahun 1956, anak Hing Tjhun yang juga ayah Budi, Hindarto Utomo meneruskan bisnis sepeda angin ittu. "Setelah ayah merasa tua, ganti saya meneruskan bisnis itu sejak tahun 1996," kenang Budi.

Yang menarik, kenang Budi, sejak dahulu Hing Tjhun selalu meminta anak dan cucunya untuk menghargai sepeda. Dalam setiap acara keluarga Hing Tjhun mengatakan bahwa suatu saat sepeda akan kembali dicari orang dan menjadi barang mahal. Nasehat itu menjadi kenyataan ketika Budi mulai mengenal bisnis sepeda kuno. "Awalnya saya membeli sepeda kuno jenis Hima, setelah itu saya mulai mencari sepeda kuno lain dan mulai menjualnya," kata Budi. Sepeda termahal yang pernah dijual Budi adalah jenis Gazelle "perempuan" seri 11 dengan harga Rp. 17,5 juta. Bergelut dengan sepeda kuno membuka ranah bisnis baru beruba asesoris sepeda atau kletikan.

Berbeda dengan bisnis jual beli sepeda utuh, kletikan sepeda kuno lebih rumit. Pada penjual sepeda harus teliti melakukan pencarian. Bisa jadi, barang-barang lama itu tergeletak bagai barang rongsokan tidak berguna. Namun setelah diteliti, ternyata rongsokan itu adalah asesoris yang dicari kolektor. Seperti dinamo bermerk Bosch buatan Jerman. Dinamo yang dijajar bersama dengan barang kletikan lain di atas terpal biru itu didapatkan Budi dari penduduk warga Walikuku, Ngawi Jawa Timur.

"Dinamo ini banyak dicari kolektor karena unik dan kuat, harganya Rp.1 juta," katanya sambil menunjukkan dinamo berukuran 15 cm meter berbentuk botol itu. Juga lampu depan sepeda bermerk Lucas yang kini terpasang di sepeda Hima milik Budi. Lampu kuningan itu dipatok dengan harga Rp.2,5 juta. Yang tidak kalah menariknya adalah senjata kuno laras panjang yang dimiliki Budi. Senjata yang didapatkan dari pensiunan Polisi itu dijualnya dengan harga Rp.1 juta. "Senjata ini asli dan masih berfungsi," katanya sambil mendemonstrasikan senjata yang mirip pipa karatan itu.

Sejak sepeda kuno mulai naik daun, harga barang-barang sepeda kuno yang ada melonjak drastis. Bila sebelumnya, masyarakat tidak "melek" harga, namun kini sudah berani mematok harga tinggi. Sebut saja stir bermerk Simplex Sikalit. Dulu orang tidak paham keunikan stir jenis itu, yang memiliki rem menjadi satu dengan stir utama. Namun kini, harga termurah yang dibuka untuk stir jenis itu adalah Rp.350 ribu perbuah. "Kalau dulu, siapa yang tahu dan peduli," kata Budi.

Romin, anggota Prima Ontel Club (POC) Jakarta mengungkapkan bergelut dengan sepeda kuno adalah hobby yang murah-murah-mahal. Maksudnya, bisa tampak sangat mahal, namun tetap saja "hasil"nya terlihat. "Memang perlu uang jutaan untuk memberli sepeda kuno, namun bila dipakai, kan kita bisa sehat," kata Romin yang hadir di Ponorogo dalam rangka Pawai Sepeda Kuno yang digelar dalam rangkaian Grebeg Suro Ponorogo. Romin sendiri memiliki lima sepeda kuno. Sepeda termahal bermerk Union yang dibelinya dengan harga Rp.5 juta. Total biaya yang dikeluarkan Romin untuk hobinya berkisar Rp.15 jutaan.

Dunia sepeda kuno mengenal tiga jenis penghobby. Yakni pemakai, pencandu dan pengedar. Kategori "pemakai" adalah orang-orang yang mengambalikan fungsi sepeda sebagaimana mestinya. Sebagai alat transportasi. Sementara "pecandu", lebih gila dengan kekunoan. Semakin kuno sepeda dan barang-barangnya, semakin puas untuk dimiliki. Penghobby jenis ini paling banyak membelanjakan uangnya. "Sementara pengedar lebih memilih untuk memasarkan sepeda kuno dan asesorisnya, namun semuanya pasti tetap mengeluarkan uang untuk kebutuhan hobbynya," kata Fahmi, anggota Komunitas Ontel Batavia (Koba) Jakarta. Tak heran, bila bisnis sepeda usang itu begitu gemilang.


Festival Reyog Ponorogo 2008


FESTIVAL REYOG PONOROGO 2008.
Pembukaan Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional ke XIV, berlangsung di Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (5/1) malam. Sejumlah 42 grup Reyog akan berlaga dalam festival itu. "Acara ini sekaligus mempertahankan budaya asli Indonesia dan penyuksesan program Visit Indonesia Year 2008," kata Bupati Ponorogo, Muhadi Suyono.

Usai Sengketa Dengan Malaysia
Festival Reyog 2008 Digelar di Ponorogo


Setelah usai sengketa tarian Reyog yang sempat di klaim sebagai budaya Malaysia, Festival Reyog Nasional (FRN) XIV kembali digelar di Ponorogo, Jawa Timur. Sabtu (5/1) malam, pembukaan festival sebagai rangkaian upacara Grebeg Suro itu digelar di sela-sela recovery korban banjir di Ponorogo yang kini belum usai. Meski begitu, festival itu bakal berlangsung lebih meriah. Jumlah peserta even tahunan dalam rangka Grebeg Suro ini meningkat dibanding tahun lalu.

Jika tahun lalu hanya diikuti 31 peserta, FRN XIV ini diikuti oleh 42 peserta dari seluruh Jawa dan luar Jawa. Rangkaian Grebeg Suro sendiri, akan digelar 5-8 Januari 2008. tim Reyog dari Wonogiri, yang tahun lalu menyabet juga bertahan, tahun ini dilarang mengikuti perlombaan. "Meski juara bertahan Wonogiri tahun ini absen karena sudah tiga kali berturut-turut juara umum, namun peserta kabupaten lain mengaku siap dengan materi yang akan diusung lebih baik," ujar Luhur Karsanto, Sekkab Ponorogo.

Beberapa peserta di antaranya berasal dari Probolinggo, Gresik, Surabaya, Jember, Batu, Kediri, dan DKI Jakarta. Bahkan, beberapa tim dari luar Jawa juga bergabung, seperti dari Sumatera Selatan, Riau, Lampung, dan Kalimantan Timur. Dalam sambutannya dalam upacara pembukaan FRN XIV di Alun-alun Ponorogo, Sabtu malam lalu, Bupati Ponorogo Muhadi Suyono menegaskan FRN XIV digelar untuk melestarikan budaya Reyog sekaligus mendukung Visit Indonesia Year 2008 yang dicanangkan pemerintah RI. "Visit Indonesia Year sudah mempersiapkan 100 event nasional, salah satunya FRN," kata Muhadi.

Pelaksanaan FRN XIV sempat mendapatkan kritikan karena diselenggarakan di sela-sela recovery korban banjir Ponorogo yang belum tuntas dilakukan. FRN XIV dianggap menghambur-hamburkan uang. Luhur Karsanto mengaku heran dengan anggapan itu. Apalagi, jika dihubungkan dengan bencana banjir yang melanda sejumlah kawasan di Bumi Reog. "Saya kira itu terlalu dangkal jika bencana banjir dikaitkan dengan Grebeg Suro," tuturnya.

Menurutnya, pemkab melalui satkorlak bencana alam sudah melangkah untuk membantu para korban banjir. Termasuk mengevakuasi para pengungsi dan memberikan ruangan di kantor pemkab serta mendirikan tenda dapur umum. Kalau pun pasca banjir diperlukan langkah sebagai bentuk recovery akibat dampak banjir, menurut Luhur, sudah menjadi tugas daerah setelah melihat kondisi di lapangan. "Sehingga, tidak model digebyah uyah begitu. Dan, Grebeg Suro tetap harus berjalan karena ini dalam rangka melestarikan budaya kita," tegasnya.

Dalam upacara pembukaan, beberapa perwakilan Reyog dari luar Ponorogo menyerahkan bantuan untuk korban banjir. Meski besarnya tidak seberapa, namun bantuan itu diharapkan bisa meringankan beban Pemerinkah Kabupaten Ponorogo yang hingga kini masih berkonsentrasi untuk melakukan recovery. "Diakui atau tidak, memang festival ini digelar dengan keprihatinan, terima kasih atas segala bantuannya," kata Bupati Ponorogo Muhadi Suyono.***

04 Januari 2008

Bantuan Pendidikan Akan Mengalir ke Korban Banjir

Bantuan untuk korban banjir terus berdatangan. Kali ini bantuan datang dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Bantuan tahap pertama dalam bentuk obat-obatan, makanan cepat saji dan air mineral. Setelah itu bantuan tahap kedua akan difokuskan pada bidang pendidikan pada sekolah-sekolah yang terendam banjir.

Bantuan tahap pertama itu diserahkan Unair melalui Rektor Prof Fasich berupa 60 kardus mie instant dan obat-obatan serta air mineral Rabu (2/1) ini. Bantuan diserahkan langsung oleh kepada masyarakat Bojonegoro di Baurno dan Bojonegoro Kota, serta wilayah Kalitidu melalui posko RSU Dr Soetomo/Unair. Fasich mengatakan bantuan yang diberikan tersebut merupakan bantuan tahap awal karena nantinya Unair melalui Tim Crisis Centre akan melakukan identifikasi dan pemantauan bantuan apa yang diperlukan.

Unair juga akan memfokuskan bantuan tersebut kepada bidang pendidikan, terutamanya sekolahan yang terendam banjir. Dan ini merupakan bantuan jangka panjang. “Sebentar lagi akan Unas (Ujian Akhir Nasional) bagi siswa. Dengan kondisi ini tentu akan berpengaruh kepada para siswa, oleh karena itu harus dilakukan identifikasi, kira-kira bantuan apa yang diperlukan, dan Unair akan membantu, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan, karena kami mempunyai para ahli di bidang itu,” ujar Fasich.

Sebelumnya, RSU Dr Soetomo/FK Unair sudah mengirimkan relawan yang terdiri dari 25 dokter serta dari mahasiswa pecinta alam (Wanala). Tim tersebut tersebut sudah melakukan identifikasi persoalan serta kebutuhan yang diperlukan korban banjir. Hasilnya diperlukan air bersih yang cukup serta obat-obatan khususnya obat panas, gatal serta diare. Obat-obatan tersebut diperlukan untuk kebutuhan hingga seminggu ke depan. Apalagi kini para korban tersebut mulai merasakan gatal dan diare. “Kita bahkan sudah mengirimkan Ambulans serta perahu karet milik Wanala yang digunakan untuk evakuasi warga Kalitidu, Purwosari dan Baurno,” katanya.

Rombongan Unair juga sempat mengunjungi posko Unair untuk pengungsi yang terletak di Gedung Wanita Bojonegoro di Jl. Mastrip (sebelah Alun-alun). Tampak beberapa relawan dari FK Unair/RSU Dr Soetomo sedang memberikan obat kepada korban banjir. Menurut salah seorang relawan, kebanyakan pengungsi menderita diare serta gatal namun ada beberapa diantaranya menderita panas. “Mungkin dehidrasi karena kurang minum atau mungkin ada penyakit infeksi,” kata dr Maranatha salah seorang relawan.

Sementara itu dari pantauan, di Posko SMA1 Bojonegoro dan Gedung Wanita, kebanyakan korban tampak mengungsi dengan tergesa-gesa. Hal itu terlihat dari alas yang digunakan untuk tidur yang menggunakan alas seadanya. Begitu juga dengan pakaian yang dikenakan, kata mereka hanya satu-satunya dan menempel di badan.

H. Marni warga Tulungrejo Trucuk ini mengaku ketika mengungsi juga tergesa-gesa karena banjir kali ini tidak seperti biasanya dan cukup deras. Dirinya tidak tahu bila banjir kali ini merupakan banjir kiriman. “Kulo mboten ngertos (saya tidik mengerti) banjir kiriman, pokoke kulo ngungsi mawon cepet-cepet, mergi banjire benter (kencang),” katanya ketika ditemui sedang mengambil obat di posko Unair.

Karena cepat-cepat, dirinya tidak memikirkan lagi kondisi rumahnya, namun ketika ditinggal rumahnya sudah dikunci rapat-rapat. Kini dia mengaku risau karena dari informasi tetangganya yang tidak ikut mengungsi, saat ini banyak penjarahan. Hal senada juga dikatakan oleh Mbah Kusiati (60) warga Kepatihan yang mengungsi di SMA 1. Menurut dia sejak dulu selama dirinya tinggal di Kepatihan tidak pernah merasakan banjir apalagi dengan volume yang cukup besar seperti ini.

”Sekali banjir langsung setinggi rumah. Itu rumah saya hanya tampak atapnya. Ini sudah surut kemarin tidak tampak sama sekali,” katanya. Kusiati yang mengungsi sejak Sabtu kemarin mengaku juga mendengar ihwal pencurian tersebut. Namun dirinya tidak terlalu risau memikirkannya karena yang penting adalah menyelamatkan dirinya dan keluarganya. “Yang penting selamat,” ujarnya.

Kusiati mengaku saat ini dirinya merasakan gatal-gatal terutama di sekitar kaki karena air cukup sulit didapat. Sementara ditempatnya mengungsi juga sulit air, hal ini disebabkan listrik mati sehingga sumur pompa tidak bisa dinyalakan. ”Sejak mengungsi hingga sekarang listrik padam dan setiap malam kami menggunakan lampu minyak tanah. Mandi juga sulit,” katanya. Yang menyedihkan, hingga saat ini kata Kusiati, Pemkab Bojonegoro belum memberikan bantuan sama sekali. Padahal lokasi mengungsi yaitu SMA 1 dan Gedung Wanita terletak di seberang Gedung Pendopo Bupati.

Banjir yang melanda kota Bojonegoro terutama di pusat kota disebabkan papan penutup tanggul yang terletak di Ledok Kulon dan di dekat Terminal lama dijebol oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Akibatnya air langsung masuk dengan sangat cepat ke kota.***

03 Januari 2008

Ketika Muara Sungai Menelan 13 Nyawa

Canda tawa ke-13 penumpang perahu milik Umar Kacong yang melintas di muara Sungai Bondo, sesaat terhenti. Setelah beberapa kali terdengar suara tersendat, mesin kapal sepanjang 9 meter itu tiba-tiba tidak lagi meraung. Dengan cekatan, Zainul, anak Umar Kacong yang juga berada di atas perahu, beranjak dari tempat duduknya dan berusaha menghidupkan kembali mesin perahu itu.

01 Januari 2008

Catatan Akhir Tahun 2007 di Jawa Timur


Apa Ada Kabar Baik di 2008?

Sepanjang 2007 di Jawa Timur:

1. Masyarakat Porong, Sidoarjo berkubang di lumpur Lapindo.
2. Pasukan TNI AL menembak warga Alas Tlogo Pasuruan.
3. Adam Air patah di Bandara Juanda, Surabaya.
4. Pesawat TNI AU jenis OV-10 Bronco jatuh di Bunut Wetan, Pakis, Malang.
5. Pasar Turi SUrabaya terbakar. Saksi mata melihat ada yang sengaja membakar.
6....
7....

Selamat Tahun Baru 2008
Iman D. Nugroho

Keterangan Foto:
"Lukisan" kembang api di langit Surabaya saat pergantian tahun.



21 Desember 2007

Jejak-jejak di Pulau Banyak


Pulau-pulau kecil di Indonesia kembali menjadi isu belakangan ini. Diam-diam, beberapa pulau di kawasan terluar Indonesia ditawarkan kepada orang asing untuk dijual. Dengan alasan keindahan, tidak sedikit orang tertarik untuk membeli pulau-pulau kecil itu. Salah satu pulau yang banyak dilirik adalah Pulau Banyak, Nanggroe Aceh Darussalam.

Pulau Banyak adalah salah satu pulau terluar Nanggroe Aceh Darussalam. Tepatnya wilayah Kabupaten Aceh Singkil. Dengan boat kecil, Pulau Banyak bisa ditempuh sekitar dua jam perjalanan. Seperti namanya, Pulau Banyak adalah wilayah dengan jumlah pulau berjumlah banyak. Sebelum tsunami menerjang Aceh, jumlah pulau di wilayah itu mencapai 99 pulau. Namun, pasca tsunami, hanya 63 pulau yang tersisa. Yang lain, terendam lautan.

Pulau terbesar adalah Pulau Tuanku, letaknya berada di tengah wilayah Pulau Banyak. Lalu Pulau Bangkaru yang juga pulau terjauh di kawasan itu. Selebihnya pulau-pulau kecil-kecil yang tersebar. Seperti Pulau Balai, Pulau Ujung Batu, Pulau Sawangla dll. Ibukota kecamatan, yang juga memiliki jumlah penduduk terbanyak terdapat di Pulau Balai. Jumlah keseluruhan penduduk di Pulau Banyak mencapai 7000-an jiwa, yang tersebar di tujuh desa.

Pulau Banyak ibarat Indonesia “kecil”. Di sinilah, masa lalu berbaur dengan masa kini Indonesia. Mayoritas penduduknya menjadi nelayan. Menggantungkan hidupnya dari kekayaan alam yang ada di pulau itu. Ikan, karamba, buah kelapa dan terumbu karang. Semuanya diolah menjadi barang-barang yang membuat kehidupan berjalan. “Orang di Pulau Banyak memang terlahir menjadi orang laut,” kata Dahrusyid, Sekretaris Kecamatan Pulau Banyak.



Namun di sisi yang lain, parabola berjejer di mana-mana. Hampir setiap rumah di Pulau Banyak memiliki parabola untuk menangkap siaran televisi nasional dan lokal Aceh. Tanpa parabola, hampir pasti, yang tergambar di televisi hanya kumpulan bintik-bintik tanpa cerita. Jadi jangan heran, berita tentang mode pakaian terbaru dengan gosip artis di Jakarta pun diketahui oleh warga Pulau Banyak.

Termasuk isu kerusakan habitat laut yang ditandai dengan pengrusakan terumbu karang, yang justru menjadi tradisi masyarakat Pulau Banyak. Setiap hari, puluhan nelayan pencari karang memanen terumbu karang di sekitar Pulau Banyak untuk dijual sebagai bahan bangunan. “Di sini nggak ada material bangunan, yang ada hanya terumbu karang, apa lagi yang bisa kita lakukan,” kata Nasrante, mantan Geuchik Pulau Bale.


19 Desember 2007

Pawai Obor


PAWAI OBOR
Masyarakat Banda Aceh, NAD memiliki tradisi unik dalam menyambut Idul Adha. Yakni dengan menggelar pawai obor. Seperti yang terjadi Kamis(19/12) malam. Pawai obor dilakukan di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, dan berputar kota Banda Aceh.



BERITA UNGGULAN

JADI YANG BENAR DIADILI DI MANA NIH?

Pernyataan Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendapatkan respon dari Amnesty Internasional Indonesia. 

   

Postingan Populer

Banyak dikunjungi