Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

04 Februari 2025

SIGNING BLUE, BERWISATA SAMBIL MELESTARIKAN SUMBER DAYA PESISIR

Dedikasi Pelaku Wisata bersama Signing Blue WWF untuk Ekonomi Biru Indonesia

Yayasan World Wildlife Fund-WWF Indonesia melalui inisiatif Signing Blue, mengundang para pelaku wisata bahari pada diskusi yang bertajuk “Advancing Responsible Marine Tourism Practices” di Bali Dynasty Resort. 


Pertemuan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana peran pelaku wisata, khususnya wisata bahari untuk mendukung kelestarian sumber daya pesisir dan laut, serta meningkatkan ekonomi biru di Indonesia.


Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada 2023, devisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata mencapai US$14 miliar, hal ini menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap devisa nasional.


Pariwisata yang terjadi bisa dikatakan sebagian besarnya sangat bergantung pada keindahan serta kelestarian ekosistem dan budaya Indonesia. 


Sayangnya, daya dukung wisata, khususnya untuk wisata bahari masih kurang dipraktikan oleh para pelaku usaha dan juga pemerintah. 


Upaya daya dukung ini perlu dilakukan bersama oleh seluruh pelaku pemanfaat ruang laut di wilayah tersebut.



“Signing Blue ini adalah inisiasi WWF yang telah dimulai sejak 10 tahun yang lalu, karena wisata bahari menjadi peluang ekonomi biru yang cukup signifikan bagi pengelolaan sumber daya alam. Namun disisi lain, aktivitas wisata punya ecological footprint/dampak ke lingkungan," ujar Imam Musthofa, Direktur Program Kelautan & Perikanan, WWF-Indonesia.


Sehingga, tambah Iman, Signing Blue hadir sebagai wadah untuk mendampingi pelaku wisata untuk satu langkah lebih depan memulai praktik wisata bahari yang bertanggung jawab. 


Dalam 10 tahun, Signing Blue telah bermitra dengan lebih dari 100 perusahaan yang bekerja di sektor wisata bahari dari mulai akomodasi, dive operator, hingga kapal rekreasi dari berbagai lokasi di Indonesia. 


Selain itu, melalui kampanye #BringTourismToTheNextLevel telah merangkul lebih dari 300 individu wisatawan sebagai Blue Traveler yang telah menjadi bagian dari perubahan praktik wisatawan, untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan khususnya di destinasi wisata bahari.


Melalui sistem pendampingan dari Signing Blue, para anggota telah berhasil meningkatkan 24% praktik wisata bahari bertanggung jawab, dari berbagai aspek penting. 


Yaitu lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, dan efektivitas manajemen. 


Salah satu program utama yang mendukung hal ini adalah Marine Tourism Improvement Program (MTIP), dimana WWF-Indonesia mendampingi proses pendekatan teknis untuk membantu anggota dalam meningkatkan kualitas wisata bahari mereka.


Dengan penekanan pada keberlanjutan dan pengelolaan yang efektif.



GLOBAL SUSTAINABLE TOURISM COUNCIL


Salah satu standar yang menjadi acuan Signing Blue adalah Global Sustainable Tourism Council (GSTC), yang merupakan organisasi yang menetapkan dan mengelola standar global untuk pariwisata berkelanjutan. 


“Saat ini hanya ada 2 Hotel di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi GSTC. Di Indonesia sebetulnya yang menerapkan praktik keberlanjutannya cukup banyak, namun tidak ada bukti-bukti kegiatan yang telah dilakukan menjadi tantangan sehingga pada akhirnya proses sertifikasi menjadi terlihat sulit," jelas Herdi Andrariladchi, Assurance Strategy Manager, Lead Assessor, Global Sustainable Tourism Council (GSTC), dalam pemaparannya terkait ‘How to Claim Sustainable Tourism?’.

 

Padahal, tambah Herdi, bila membaca kriteria dan indikator serta turunan ceklisnya dengan seksama sebenarnya, mudah. 


"Jadi, saya ingin sampaikan mari kita pelajari bersama, agar sektor pariwisata di Indonesia banyak yang tersertifikasi dan terpercaya dalam implementasi praktik sustainability-nya,” ujar 


Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia sejak 2016 telah mengadopsi standar GSTC untuk dijadikan pedoman praktik pariwisata berkelanjutan yang kemudian inisiasi tersebut dikenal sebagai Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC). 


Ir. Agung Suryawan Wiranatha yang merupakan Guru Besar Universitas Udayana dan juga perwakilan ISTC, menambahkan bahwasanya ISTC akan berorientasi pada transformasi pengukuran pariwisata yang holistik. 


Harapan kedepannya ISTC dapat menilai sejauh mana pariwisata berkelanjutan di Indonesia telah diimplementasikan.


Sofia, perwakilan dari salah satu member Blue Allies Signing Blue di Labuan Bajo, Dive Komodo, menyampaikan manfaat yang mereka dapatkan dengan menerapkan praktik wisata yang bertanggung jawab. 


“Tamu kami datang untuk melihat terumbu karang yang sehat, melihat hiu, bukan melihat sampah atau karang yang rusak. Dengan menerapkan praktik wisata bahari yang bertanggung jawab, kami tidak hanya membantu lingkungan, tetapi juga membuat Dive Komodo lebih diakui, menjadi lebih baik, dan memastikan bisnis pariwisata yang kami jalankan pun akan berkelanjutan.”


Dalam waktu dekat Signing Blue akan menjangkau lebih banyak pelaku wisata bahari di Indonesia. 


Secara kolektif, bersama Signing Blue mari wujudkan tata kelola dan praktik terbaik wisata bahari yang mendukung kelestarian ekosistem di pesisir dan laut Indonesia serta mendukung peningkatan ekonomi biru.


*Rilis Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar