Hubungan keluarga, kerabat, dan pertemanan yang ada, akan teruji dengan waktu.
Yang pasti, tidak ada jalan yang selalu mulus, namun juga tidak ada yang hancur sepenuhnya.
Dari semuanya, waktu juga yang akan menjelaskan, siapa akan berperan sebagai apa.
Dibanding kawan-kawan lain, saya termasuk yang sedikit jumlah pertemanan di media sosial.
Mungkin karena saya bukan juga sosok terkenal, tokoh muda, atau individu yang berprestasi.
Hanya jurnalis biasa, cari uang di Jakarta, dan ketika ada kawan yang mau membantu menambal uang muka rumah, akhirnya punya sarang kecil di tempat saya menulis artikel ini sekarang.
Kabar baiknya, KPR saya masih lama.
Teman saya di media sosial, kebanyakan juga teman-teman saya di dunia nyata. Jadi, mbulet aja.Tapi justru itu enaknya.
Obrolan tema apapun, nyambung di dunia pararel (nyata dan online) ini. Kepada merekalah, saya banyak belajar.
Semesta menunjukkan, kawan-kawan saya adalah orang hebat. Kawan SD misalnya.
Konco cilik seger waras menjadi cermin, bagaimana sosok ketika masih belum khitan, atau belum pakai BH, sampai sekarang sudah dewasa (baca: manula awal).
Sukses dan tidak, itu cuma masalah sudut pandang. Sedih juga karena kawan masa kecil itu ada yang berpulang mendahului.
Kawan SMP dan SMA, tetap terkoneksi. Meskipun tidak semuanya. Kawan ngeband, paling dekat.
Tentu, puncak kenakalan pemuda ada di fase ini.
Tapi lagi-lagi, kami semua menjalaninya dengan asyik. Ngopi dan rokok lebih utama ketimbang bir dan semacamnya. Haha.
Dan kawan kuliah menjadi penentu. Beberapa menjadi kawan di dunia kerja.
Tidak terhitung, berapa banyak pelajaran yang diberikan kawan-kawan kuliah, dan masih terpakai di dunia jurnalistik saat ini.
"Suwun yo rek."
SEMESTA
Semesta bekerja dengan caranya.
Manusia, memang manusia, yang kadang berubah-ubah hati dan polah tingkahnya.
Saya juga begitu. Belum lama saya menulis status WA: Ucapan terima kasih pada diri saya sendiri, karena telah menjadi sosok yang "lumayan".
Tidak sempurna, tentu, tapi alhamdulillah, tidak terlalu busuk untuk ukuran saya sendiri.
Karena itu, saya pun memahami tingkah polah kawan-kawan saya.
Tentu, hampir semua orang baik, bahkan terlalu baik.
Seringkali menjadi terang dalam gulita hidup yang tidak memiliki batasan ini.
Kalau satu-dua ada yang tidak mengenakkan, tidak terlalu busuk banget.
Mirip seperti saya.
Tidak ada masalah.
Semesta sering menampar melalui drama dan karma.
Niat baik, tidak selalu menghasilkan sesuatu yang baik.
Hubungan baik antar kawan, juga bisa berujung penghianatan.
Haha, bukan hal baru memang.
Lihat saja Yesyua' yang dikhianati Yehudah Ishkeriyyoth.
Tak heran bila ada sahabat yang kemudian saling menghujat.
Dan dari sudut yang berbeda, masing-masing membawa kebenaran versinya.
Mungkin, ini juga yang diinginkan semesta. Ying dan Yang.
Tentu semuanya hanya senda gurau semata.
Masih lebih buruk serangan Israel ke Palestina, tempat asal Yesyua'. (*)
*foto reshare: https://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-3359548/Is-real-face-JESUS-Experts-use-forensics-reveal-Christ-looked-like.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar