27 November 2024

Semoga penembak mati pelajar Semarang memahami tulisan pendek ini

Saya marah dan sedih melihat poster ini di X ini. Poster yang dishare oleh akun Rakjat Tidoer @Araymu ini, membuat saya membayangkan bagaimana perasaan orang tua korban penembakan Gamma Rizkynata Oktafandy, pelajar berusia 16 tahun, oleh polisi di Semarang, Jawa Tengah.

Kalau anda punya anak, coba posisikan anda sebagai orang tua almarhum Gamma. Buah hati yang anda cintai, sayangi, terbujur kaku setelah timah panah menembus tubuhnya.

Perasaan yang sama, mungkin dirasakan Ibu Sumarsih. Ibunda Bernardinus Realino Norma Irmawan atau Wawan, adalah salah satu mahasiswa korban meninggal dunia akibat tembakan peluru tajam, pasca gerakan Reformasi 1998.

Kalau Anda tidak kenal Ibu Sumarsih, dia adalah ibu-ibu berambut putih, berperawakan kecil, yang selalu hadir dalam Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka Jakarta. Kebetulan, saya sempat membuat laporan tentang perjalanan ibu Sumarsih di CNN Indonesia Plus Minus.




Saya tidak tahu, apakah pelaku penembakan Gamma sudah menikah, atau punya anak. Sehingga ketika ia membaca tulisan ini, bisa ikut membayangkan, bagaimana rasanya kehilangan orang yang disayangi.

Jangankan meninggal dunia, melihat orang yang kita sayangi sakit saja, rasanya sudah nggak karu-karuan. Saya merasakan ini ketika zaman pandemi Covid19. Seluruh keluarga kecil saya kena Covid19, (besar kemungkinan) tertular dari saya.

Anw, saya masih menyimpan harapan, kasus ini akan selesai dengan adil. Pelakunya benar disanksi. Dan yang paling penting: tidak terjadi lagi peristiwa serupa.

Tapi biasanya, harapan saya jarang terkabul.


No comments:

Post a Comment