Ahmad Taufiq (Ahmad Taufik) meninggal dunia 23 Maret 2017. Kepergian sosok yang kerap dipanggil AT atau Ate itu menciptakan duka di kalangan aktivis di Indonesia, karena AT adalah aktivis senior yang gigih melawan Orde Baru. Terutama ketika rezim di bawah Soeharto itu memberangus kebebasan pers di Indonesia. Karena perlawanannya itu, AT sempat dipenjara, bersama Eko Mariyadi dan Danang Kukuh karena menerbitkan media bawa tanah, Independen.
Berikut ini adalah catatan perjalanan AT, jurnalis dan advokat pembela keadilan:
Ahmad Taufik, SH, yang populer disebut Ate lahir di Jakarta, 12 Juli 1965, sedari kecil tinggal di Jln. Kebon Pala I/79 B, Tanah Abang Jakarta Pusat. Memulai belajar di SD Tionghoa di Tanah Abang.
Karena sekolah tergusur, lalu meneruskan ke SD Negeri Spoor Lama pagi I (Sekarang SDN Kebon Kacang), Pasar Lontar, Jakarta Pusat. Sekolah Menengah Pertama Negeri 35 Gambir, kemudian menempuh pendidikan di SMAN 24, Senayan, Jakarta Pusat.
Hijrah ke Bandung melanjutkan studi Hukum di Universitas Islam Bandung dan Jurusan Bhs Arab FPBS, IKIP Bandung. Pendidikan Advokat KAI, di UI 2010. Di tengah kesibukannya saat ini Ate sedang menyelesaikan tesis program Pasca Sarjana Hub Internasional di FISIP, Univ Padjajaran.
Selama mahasiswa, empati sosialnya terasah dengan aktif memperjuangkan hak-hak tanah rakyat di Badega- Garut, Kacapiring-Bandung, Ligung-Jatiwangi-Majalengka, Cimacan- Cianjur Jawa Barat dan advokasi serta pembelaan terhadap hak-hak sosial, ekonomi, politik dan hak asasi warga tertindas. Juga aktif dalam pers mahasiswa.
Ate menuangkan gagasannya dengan menulis di berbagai surat kabar, tabloid dan majalah sejak 1985. Memulai karir jurnalistik di Majalah Bulanan Generasi Muda Islam, Estafet, Jakarta, Majalah Berita Islam Dua Mingguan KIBLAT , dan tabloid Mingguan Eksponen,(1986-1989).
Kemudian bekerja untuk Majalah Berita Mingguan TEMPO (1989 -1994). Sempat membantu CBS TV-based Tokyo at APEC Jakarta (1994), Media Indonesia tahun 1995, Majalah Berita Mingguan D&R, dan kembali ke MBM TEMPO sejak 1998 . Membantu menulis untuk Suara Ummah-Bulanan Digest Islam, Majalah Bulanan Bening, Majalah Mingguan Berita Hankroyeh21, Korea Selatan, U-Mag (Majalah Life Style), On Stage, Let’s Dance, Tempo Interaktif, Supervisor di AdaTerus.com, BeritaProtes.com, dan Dosen di STIKOM Bandung.
Mendirikan sejumlah organisasi kemahasiswaan, kepemudaan, jurnalistik, kebangsaan, anti korupsi, kajian tata ruang, kajian keislaman dan kajian internasional.
Pendiri Forum Wartawan Independen (FOWI), Bandung, Ketua Presidium Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ketua Institute Advokasi Pers Indonesia (IAPI), Anggota International Federation of Journalists (IFJ), Lembaga Bantuan Hukum Bela Keadilan, Garda Kemerdekaan dan Anggota Kehormatan International PEN English Centre.
Beberapa organisasi yang menaruh respek pada perjuangan untuk Kebebasan Pers memberi saya penghargaan antara lain ; Tasrief Award - Indonesia Press Freedom award (Jakarta) at June 1995, CPJ (berbasis di New York), International Press Freedom Award 1995, Digul Award - Indonesian NGO’s human rights award at 10th December 1996. Hellmann/ Hammet Award from American Writer, New York 1998.
Memenangkan beberapa lomba dan anugerah jurnalistik pada tahun 2008, 2009, 2010 dan penghargaan Mochtar Lubis Award bidang penulisan Pelayanan Publik, 2011
Beberapa karya buku yang dia tulis; Seks dan Gerakan Mahasiswa, tahun 1994 ; Asia Against West, Asia-network, Korea, 2003 (Bahasa Korea), Jalan Terjal Menegakkan Kebenaran, Menolak Kompromi Jadi Korban Politik (Pledoi Rahardi Ramelan), I am a Journalist, Pledoi, Tempo, 2004. Memoar Orang Biasa, Ceritanet.Com, London , 2004.
Juga Almanak Reformasi Sektor Keamanan Indonesia 2007, Lesperssi DCAF, Jakarta 2007, The News, Beyond The Headline, penerbit Asia Network, Korea (Bahasa Korea), 2008, Detik-detik Terakhir Saddam, bersama Rommy Fibri, PDAT, Jakarta 2008, Penjara, the Untold Stories, UfukPress, 2010, Bisnis Seks di Balik Jeruji, UfukPress, 2011, 70 Tahun Indonesia Merdeka : Sebuah Agenda Penyelamatan, Manaqib Habib Abubakar Al-Jufri, Buku Saku Jurnalistik : Teknik Wawancara dan 7 Isu Internasional Kontemporer 2016.
Mengajar Jurnalistik di Kursus Jurnalistik Muhammadiyah, Bandung. Mengajar kursus-kursus jurnalistik untuk mahasiswa, pelajar dan lembaga-lembaga lain, antara lain di UPN Veteran, Jakarta, IKIP/UNJakarta, STTN Jakarta, UPancas, SMP Lab School Jakarta, Universitas Indonesia, IAPI Jakarta, Unisba-Bandung, UnPas-Bandung, Unpad Bandung.
Termasuk dosen di Unikom Bandung, IAIN Surabaya, Radio Jakarta News FM, Undip Semarang dan sebagainya, ex-Announcer Radio Safari Jakarta dan Radio Jakarta News FM Jakarta. Mempunyai pengalaman 40 hari meliput di perbatasan Pakistan-Afghanistan (Tribal Area), saat Amerika Serikat menyerang Pemerintahan Taliban di Afghanistan, 2001. Meliput pemilihan umum di Irak, 24 Januari –1 Maret 2005.
Selama menjadi advokat, Ate aktif membela orang-orang yang disingkirkan karena diskriminasi agama, rakyat miskin, dan orang-orang dizalimi. Seperti, Hendra Saputra Office Boy yang ditumbalkan oleh anak menteri dalam kasus korupsi di Kementerian KUKM, tuduhan pelaku tawuran di Tanah Abang, Pedagang yang termiskinkan karena impor barang jadi, kejahatan lingkungan di Bandung dan Sumedang. Dalam dunia advokasi dan pembelaan kemanusiaan Ahmad Taufik juga bergabung dalam koalisi Advokat international untuk pembelaan hak-hak bangsa Palestina.
"Kebijakan Jakarta selama ini berpihak kepada konglomerat hitam. Maka dari itu kami mengharapkan dukungan warga. Kita harus melawan mastermind yang ada di belakang sistem itu. Insya Allah kita yang paling bersih" [Ate-Mujtahid]
ID NUGROHO
*dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar