21 Agustus 2011

Memanfaatkan sosial media, memaksimalkan konten media

Perkembangan social media seperti Blog, Twitter, Facebook dan sebagainya ternyata mempengaruhi budaya kerja jurnalis media massa. Makin banyak berita di media massa bersumber dari informasi yang beredar di social media. Di sisi lain banyak pula wartawan independen ataupun pelaku jurnalisme warga yang mengunggah informasi penting di social media. Sehingga kini terjadi persaingan antara social media dan media massa dalam menyuguhkan informasi.



Meski sama‐sama menghadirkan informasi ke publik, social media dan mainstream media tetaplah berbeda. Pengguna social media umumnya perorangan. Sedangkan mainstream media atau media massa adalah sebuah institusi yang memiliki regulasi khusus. Jika terjadi perkara, maka payung hukumnya pun berbeda. Social media menggunakan Undang‐undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Sedangkan media massa berpedoman pada Undang‐undang Pers.

Demikian kesimpulan diskusi bertajuk “Memaksimalkan Social Media, Meningkatkan Konten Media” yang berlangsung di Jakarta, Jumat (19/8). Diskusi ini menghadirkan Nezar Patria (pengelola Vivanews.com dan Vivaforum), Hendrayana (direktur LBH Perss), Andi Prima Retha (konsultan social media Virtual), dan Aydi Jaya (kepala humas PT Bintang Toedjoe).

Di kalangan bisnis, social media kian lazim digunakan sebagai alat propaganda. Baik yang bermuatan positif semisal untuk promosi produk maupun yang bersifat negatif seperti kampanye hitam terhadap pesaing. Celakanya, informasi menyesatkan yang didisain untuk menjatuhkan produk tertentu justru seringkali dimuat sebagai berita. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bagi pihak terkait, bahkan berpotensi ke ranah hukum.

Perkara yang bermula dari penggunaan social media memang rentan terjadi. Baik yang melibatkan perorangan maupun institusi media. Apalagi secara statistik, pengguna social media di Indonesia sangat tinggi. Supaya tidak terjerat hukum dan masalah etik, wartawan harus memperhatikan rambu‐rambu. “Informasi dari social media seharusnya hanya dijadikan background. Wartawan harus menganalisa dan mencari sumber lain serta melakukan konfirmasi,” kata Nezar Patria yang juga Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.

Alhasil, perkembangan social media menghadirkan dua sisi berseberangan bagi media massa. Sisi positifnya adalah memberi peluang bagi media massa untuk mengembangkan konten berdasarkan ketertarikan (interest) tema tertentu. Sisi negatifnya, social media dapat meniadakan agenda setting yang kerap dipraktikkan media. Di sinilah dibutuhkan kebijakan pelaku media massa dalam memanfaatkan social media.

Press Release

Tidak ada komentar:

Posting Komentar