Hal orgasme tetap menarik untuk dibicarakan. Apalagi sampai saat ini, masih menjadi isu adanya keegoisan pasangan, baik laki-laki atau perempuan, yang tidak mau 'menunggu' pasangannya untuk orgasme, dan memilih untuk segera sampai ke 'tujuan' dengan terburu-buru. Tapi di balik itu semua ada seruan untuk tidak terjebak keinginan belajar orgasme. Kok?
Harus dipahami, tidak ada definisi standar atau universal untuk mengindentifikasi orgasme. Apalagi hanya dengan menyederhanakan dengan mengaitkan orgasme dengan gaya yang berbeda untuk menghasilkan jenis orgasme yang berbeda pula. Lebih jauh, Anda hanya akan mendapatkan informasi tentang pengalaman orang-orang yang mengalami sendiri atau mengamati orang lain.
Satu hal yang lebih tidak 'mengenakkan', sering kali, pembicaraan soal orgasme hanya diniati untuk menjual produk yang berbau-bau orgasme, seperti pada penulis murahan yang ingin menjual sebuah buku, mainan, atau gaya hidup seksual yang diciptakan. Murni persoalan konsumtif.
Orang jenis demikian ini, sesungguhnya ingin terdengar seperti "sexpert", yang sama sekali tidak memiliki sandaran apa pun, apalagi sandara ilmu pengetahuan. Nah, daripada memikirkan orgasme seperti produk, bukankah lebih memilih untuk memikirkan orgasme seperti kepingan es batu, yang tidak disadari atau tidak akan 'meleleh' bila 'saat itu tiba. Dengan kata lain, kealamiahan.
Inti dari hal ini adalah kejujuran pasangan, kemauan untuk memberi kesempatan yang satu dan melanjutkan dengan service pada yang lain. Hmm,.. indahnya | Iman D. Nugroho via sexuality.about.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar