Bu Kristiani Herrawati atau Bu Ani, kita beberapa kali sempat "berdekatan", ketika kebetulan saya ada di lokasi saat sampeyan ada di samping Pak SBY, atau sendirian melakukan kunjungan. Yang terakhir, waktu di Stadion Maguwoharjo, saat sampeyan mengunjungi pengungsi Gunung Merapi.
Jauh ke belakang, ketika suami sampeyan akan kampanye Partai Demokrat pertama kali di Banyuwangi, Jawa Timur, saya juga ada di sana. Juga ketika sampeyan mengunjungi rumah Ibu Tiri SBY di Blitar, Jawa Timur. Saya terhimpit-himpit ribuan orang di pintu masuk. Ingat? Jelas tidak. Memang saya tidak segitu penting untuk diingat.
Calon Presiden
Tapi its fine (meniru suami sampeyan yang suka mengutip bahasa Inggris). Langsung soal usulan pencalonan sampeyan jadi presiden. Sampeyan jelas tahu soal itu. Kalau tidak salah, salah satu fungsionaris Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang mengatakan itu pertama kali. Memang, usulan itu hak, dan hak sampeyan juga kalau menyetujuinya.
Tapi, nggak tahu ya bu, sepertinya usulan itu kok gimanaaa,.. gitu. Ada yang tidak pas. Kalau orang Jawa Timur bilang, seperti menggung-gung. Sulit untuk mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia atau Cinglish (Cikeas English)-nya. Saya yakin, sampeyan tahu apa yang saya maksud.
Ini bukan meremehkan, atau menghina. Untuk perempuan dewasa yang lahir di Yogyakarta,
6 Juli 1952 lalu, sampeyan pasti bisa merasakannya. Apalagi, sampeyan juga cukup mendapatkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI), meski nggak lulus. Dan lanjut ke Universitas Merdeka dan jadi sarjana ilmu politik. Pasti paham apa yang saya katakan.
Nah, karena digung-gung itu, saya khawatir sampeyan justru akan menemukan kesulitan- kesulitan baru bila benar-benar maju sebagai calon Presiden RI. Apakah sampeyan pernah berpikir, usulan pencalonan itu justru upaya pembunuhan karakter?
Usul
Nah, usul saja. Pertama, bilang sama orang yang mengusulkan sampeyan jadi calon presiden itu agar tidak melanjutkan berkoar-koar. Karena efek ke depannya, bisa sangat menyakitkan. Bayangkan, bila sampeyan maju, habis uang banyak (meski bukan uang sendiri), bangun jaringan, dll, tapi akhirnya gagal! Sampeyan akan kehilangan kesempatan lagi.
Kedua, kalau memang benar-benar ingin jadi presiden, dari sekarang, tunjukkan pada rakyat kalau sampeyan bisa. Berkegiatanlah! Bukan cuma ikut suami sampeyan dan memanfaatkan fasilitasnya, namun, bangunlah civil society melalui LSM, NGO atau organisasi-organisasi lain.
Ketiga, sering-seringlah bercermin. Dan melihat kenyataan busuk di sekitar sampeyan. Misalnya soal korupsi Bank Century. Bisakah sampeyan mendorong suami sampeyan untuk serius tangani kasus itu? Atau soal lumpur Lapindo. Dorong dong penyelesaiannya! Bila dua hal itu bisa ditangani, saya yang akan mendeklarasikan diri menjadi pendukung pencapresan sampeyan.
Saya tunggu responnya,..
*foto ibukitakartini.com
Udahlah bu. Tidak usah aneh-aneh!
BalasHapus