Membaca sahut menyahut antara Menkominfo Tifatul Sembiring dan pendiri MTV Asia dan NuBuzz, Daniel Tumiwa di Twitter soal tuntutan (dan berbuah ancaman menutup layanan Blackberry Messenger-BBM) menarik juga. Betapa persoalan-persoalan yang dituntun Tifatul yang mewakili Indonesia, sudah semua dilaksanakan oleh RIM, produsen Blackberry.
Tif yang mminta RIM menghormati dan mematuhi Peraturan perundangan yg berlaku di Indonesia, terkait dg UU 36/1999, UU 11/2008 dan UU 44/2008 yang mensyaratkan dibukanya kantor di Indonesia. Apalagi, pelanggan RIM di Indonesia untuk Blackberry sudah lebih dari 2 juta orang.
Menurut Daniel, hal itu sudah dilakukan. "RIM sdh buka kantor 10 Oktober. BKKPM hadir. Dibuka olh Menteri Keuangan Kanada. Bpk Tidak hadir?" Tulis Daniel.
Begitu juga ketika Tif meminta. RIM membuka service center di Indonesia untuk melayani dan mudahkan pelanggan. Menurut Daniela, sudah ada lebih dari 30 service center di tahun 2011. Termasuk saat Tif meminta ada penyerapan tenaga kerja Indonesia secara layak dan proporsional. Menurut Daniel, di RIM Indonesia hanya ada dua orang bule, sisanya WNI.
Tif ngeyel, dan meminta RIM menggunakan software lokal Indonesia. Menurut Daniel, RIM bukan pembuat konten, tapi handset dan layanan. "Software is up to Indo Developers. Makanya DevConAsia di gelar di Bali."
Yang terpenting, adalah persoalan pornografia Tif meminta RIM memasang software blocking untuk situs porno, sebagaimana operator lain sdh memasangnya. Bagi Daniel, untuk mengeblok situs porno, dilakukan oleh konfigurasi browser. Jadi, itu menjadi urusan distributor. "App (aplikasai) porno dari awal sdh dilarang di App world. Done!" Jelasnya.
Untuk alasan Tif meminta RIM membangun bangun server/repeater di Indonesia, agar aparat hukum dapat melakukan penyelidikan pelaku kejahatan, termasuk koruptor, bisa diatasi dengan task force dan MOU tentang kebutuhan RI dan RIM.
KOMUNIKASI
Apa yang sebenarnya "terjadi"? Mengapa Tif begitu ngeyel mendesak RIM? Dalam sebuah diskusi di DPR, reporter sebuah media berbahasa Inggris terbitan Jakarta, mempunyai analisa menarik. Menurutnya, Tif sedang melakukan "komunikasi" dengan "massa"-nya melalui Twitter. Tif ingin menunjukkan bahwa dia konsisten dengan isu pornografi.
"Komunikasi ini penting, karena Tif sedang tidak populer di PKS, dan perlu membangun kembali konstituennya," kata kawan ini. Analisa itu baru bisa ketahuan kebenarannya di kemudian hari. Benarkah pak Tif? Apakah semua kengeyelan dengan berdalih "nasionalisme" dan anti pornografi itu hanya persoalan membangun lagi konstituen yang sudah meninggalkan anda?
Sent through BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar