Tulisan ini terilhami twit bos Detikcom @budionodarsono. Dalam ocehannya, Budiono mempertanyakan hal yang membuat rakyat sengsara. Apakah pornografi, atau korupsi. Entah mengapa, tiba-tiba terbayang sosok koruptor pajak Gayus Tambunan dan gedung baru DPR.
Bagiku, Gayus dan gedung baru DPR itu adalah dua hal paling porno belakangan ini. Karena, dalam dua kasus itu terpampang dengan jelas hal yang paling memalukan untuk negeri ini. Simak saja.
Kalau Gayus adalah pejabat pajak yang korup dan suka memainkan pajak perusahaan besar, semua orang sudah tahu. Eh, orang yang sama ini juga yang secara terang-terangan menyuap polisi dan bisa melenggang ke Bali dan Makau. Bila hukum adalah "alat vital" Indonesia, justru hal itu tidak dihormati oleh gayus. Kevitalannya tidak dihargai.
Dilecehkan, dipermainkan dan ditunjukkan keburukannya. Apa sebutan paling pas untuk orang yang tidak menghargai "alat vital", selain porno? Yup! Apa yang dilakukan Gayus adalah kepornoan.
Partner porno Gayus salah satunya ya polisi. Tidak semuakan? Jelas! Seperti juga bintang porno lain, Gayus pun hanya mengajak orang tertentu untuk berporno ria. Tidak hanya polisi, pengusaha yang enggan membayar pajak juga partner kepornoannya.
Dewan Porno, Rek!
Nah, yang kedua, gedung baru DPR, juga tidak kalah porno. Ini gedung akan dibangun ketika rakyat sedang susah. Susah cari makan, harga cabe Rp.100 ribu/kg, premium akan dilarang untuk motor, sekolah mahal, dll. Soal biaya, porno banget! Untuk konsultan pembangunan gedungnya saja, memakan biaya Rp. 1,8 miliar.
Kata Ketua DPR dari Partai Demokrat Marzuki Alie dan wakilnya dari PKS, Anis Matta, seluruh fraksi di DPR sudah setuju dengan rencana pembangunan gedung 37 lantai itu. Konon, katanya ada kolam renang dan sauna, meski belakangan hal itu dibantah habis. Hebatnya, pemerintah juga ikut-ikutan berpornoria dengan menyetujui anggaran pembangunan gedung porno itu.
Kembali ke pertanyaan Budiono Darsono. Jawaban saya ketika itu: Prilaku koruptif yang porno!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar