01 Januari 2010

Gerimis di Ciganjur 30 Desember 2009

Iman D. Nugroho

Gerimis menyelimuti Cilandak, Jakarta, 30 Desember 2009, ketika sebuah mushola kecil di tepi jalan Raya Cilandak itu mengabarkan kematian KH. Abdurrahman Wahid. "Pengumuman, telah meninggal dunia, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sore tadi jam 18.45 wib. Jenazah akan dibawa ke rumah duka di Ciganjur," kata takmir masjid melalui pengeras suara.

###

Suasana di depan rumah mantan Presiden RI ke-4 terlihat sepi. Hanya beberapa pengurus Pondok Pesantren Ciganjur yang berlalu lalang di halaman depan rumah di belakang Masjid Al Munawaroh. Itu. "Tolong, sepeda motor diparkir di sebelah sana, ini akan digunakan sebagai jalan masuk utama," kata seorang bersarung dan berpeci, salah satu pengurus Ponpes Ciganjur. Beberapa orang lain berjaga di sekitar gerbang utama yang masih lengang.

"Bapak, belum datang. Bu Nyai [Shinta Nuriyah] dan keluarga lain juga masih di RSCM," kata penjaga gerbang yang enggan disebutkan namanya. Di selasar Masjid Al Munawaroh, beberapa orang sibuk membelah bambu, menempelinya dengan kertas kuning, menjadikan bendera tanda duka cita. Khas Betawi. Satu persatu, jurnalis dari berbagai media massa mulai berdatangan, bersamaan dengan riuh penduduk sekitar yang datang. "Maaf sekali lagi, saya tidak bisa memberikan penjelasan apa-apa, kita tunggu saja," kata penjaga gerbang, seiring gerimis datang dan pergi.

"Para penta'ziah, silahkan masuk ke masjid, kita membaca tahlil dan Yasin untuk Gus Dur, monggo,.." kata takmir Al Munawaroh melalui pengeras suara. Tak lama berselang, masjid itu pun "hidup". Tahlil dan Yasin pun menggema dari sekumpulan orang yang duduk membentuk lingkaran. Menebarkan kekhusukan, di sela-sela gerimis. Beberapa orang menyeka air matanya. Beberapa lain tertunduk.

###

"Kepergian" Gus Dur malam itu mengagetkan banyak orang. Sakit yang dideritanya, dengan berkali-kali datang dan pergi dari rumah sakit, tetap tidak bisa menjadi pembenar kematiannya. Dorce, artis transseksual yang mengaku teman dekat Gus Dur pun bahkan sempat mencaci makin Sundari Soekotjo, penyanyi yang mengabarkan hal kematian itu padanya. Apalagi Shinta Nuriyah, yang kebingungan saat melihat Presiden Susilo Bambang Yudhonoyo datang ke RSCM, menjelang kematian Gus Dur. "Maaf, bu, kami sudah berusaha maksimal," kata seorang dokter RSCM mengabarkan kematian Gus Dur untuk pertama kali.

Di masjid Al Munawaroh, kenangan atas tokoh kontroversial itu tiba-tiba menyapa. Kembali di tahun 90-an, di pengadilan tinggi Surabaya, Gus Dur datang mendampingi dua penganut agama Konghucu yang berjuang mempertahankan keyakinan dan budayanya. Menurut Gus Dur, manusia harus diberi kesempatan menjalankan keyakinannya. Sama halnya ketika Gus Dur membela Dorce, salah satu pelaku transseksual [mengubah jenis kelamin] dari caci maki berdasar isu keagamaan.

Bagi Nahdliyin-sebutan untuk orang Nahdlatul Ulama[NU]- Gus Dur adalah segalanya. Sebagai pembawa trah-garis keturunan- pendiri NU Hasyim Ashari, membuatnya menjadi sandaran vertikal maupun horisontal. Di ponpes Salafiah Safiah Asembagus, Sitobondo, beberapa saat sebelum Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4, kedatangan Gus Dur membuat seluruh desa bersolawat. Tak sedikit yang menanggis tersedu. Terharu melihat panutannya bersedia datang, dan menyalami tangan Nahdliyin yang tersorong untuk bersalaman.

Di Gedung DPR/MPR tahun 1999, Gur Dur yang terpilih menjadi Presiden RI ke-4, tidak ragu mengajak Megawati Soekarno Putri, Pimpinan PDI Perjuangan yang kalah bersaing di ranah pemilihan presiden, untuk duduk di kursi Wakil Presiden. Untuk pertama kalinya, Indonesia dianugerahi presiden setelah Soeharto tumbang. Salawat berkumandang di Gedung Rakyat itu. Meski, belum genap dua tahun, Gus Dur dipaksa turun dengan peristiwa lambaian tangan Presiden bercelana pendek di selasar Istana Negara yang tak terlupakan itu,..

###

Gerimis masih menyirami Ciganjur, ketika mobil jenazah hitam itu memasuki pelataran, mengantar jenazah Gus Dur untuk diterbangkan ke ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur untuk dikebumikan esok hari. Orang-orang menangis sambil bersalawat. Air mata dan gerimis tak henti mengguyur Ciganjur 30 Desember 2009,..

#keterangan foto: keranda di masjid Al Munawaroh, depan rumah Gus Dur di Ciganjur.
#foto-foto Ciganjur lain klik di sini
#puisi Gus Dur klik di sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar