Iman D. Nugroho
Masih tentang kematian mantan Presiden RI ke-4, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kali ini tentang isu yang sempat beredar dari sebuah SMS yang mengatakan bahwa ada kematian Gus Dur adalah buah dari pembunuhan. Tidak tanggung-tanggung, pihak yang dituduh melakukan pembunuhan itu adalah lingkaran SBY. Bantahan pun mengalir. Termasuk pihak keluarga Gus Dur. Case closed? Tunggu dulu..
Sebelum SMS pembunuhan itu menghebohkan, penjelasan Shinta Nuriyah, istri Gus Dur, tentang matinya CCTV saat SBY menjenguk Gus Dur di RSCM, menjelang kematian Gus Dur, sedikit merisaukan. Apalagi, alasan tentang kematian CCTV yang menghubungkan ruang Gus Dur diperiksa dan ruang tunggu keluarga Gus Dur itu tergolong aneh. "Butuh daya listrik yang lebih besar, sehingga harus dimatikan," kata Shinta Nuriyah yang kemudian menyurus Fariz Dhohir, Istri Yenny Wahid, untuk masuk ke ruangan itu.
Singkat cerita, Fariz pun menangis. "Saat itu dokter mengabarkan tentang meninggalnya Gus Dur," kata Shinta seperti dimuat di Metro TV. Saya bukan orang yang paham tentang kelistrikan. Tapi, silahkan cacimaki saya kalau mengatakan CCTV tidak akan membuat listrik di RSCM terganggu. Lalu mengapa harus dimatikan? Dan Shinta pun merasa keanehan ini perlu diclearkan dengan menyuruh Fariz untuk ke ruangan tempat Gus Dur dirawat. Ujungnya pun bisa diketahui, Gus Dur dinyatakan meninggal dunia 30 Desember 2009 pukul 18.45 wib.
Perihal kematian CCTV itu pun tertutup oleh shock nasional atas kematian Gus Dur. Semua televisi memberitakan tidak henti-hentinya. Mulai dari RSCM, Ciganjur hingga pemakaman Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Media massa cetak memberikan porsi luar biasa. Harian Kompas, memuat hal kematian ini di enam halaman.
***
Kematian memang sesuatu yang sudah digariskan. Tapi bagaimana kematian itu datang, menjadi hal penting yang perlu dijelaskan ke pihak-pihak yang berhak mendapatkannya. Dalam skala kecil adalah keluar, dan dalam skala besar adalah publik. Ketika Munir meninggal dunia di pesawat terbang ke Belanda, publik merasa gelisah dengan orange juice yang diminum Munir dalam penerbangan itu. Kecurigaan muncul menyangkut adanya "sesuatu" di dalam orange juice itu. Lalu bagaimana dengan Gus Dur?
Pertanyaan tentang matinya CCTV, dan membuat proses kematian Gus Dur yang seharusnya bisa diketahui oleh keluarga, menjadi titik pijak pertanyaan ini. Hak keluarga untuk mengetahui dengan lengkap perihal kematian Gus Dur, dihilangkan oleh matinya CCTV. Apakah ini tidak cukup untuk menjadi alasan perlunya polisi menyidik hal ini? Kalau dalam kasus kematian Munir saja muncul kegelisahan, mengapa dalam kasus kematian Gus Dur, tidak boleh ada kegelisahan?
Dalam buku Investigasi Pelanggaran HAM, Panduan untuk Investigasi Hukuman Mati di Luar Proses Hukum, Sewenang-wenang dan Seketika yang diterbitkan oleh Elsam, memuat beberapa hal penting yang harus dilakukan bila ditemukan adaya proses kematian yang tidak wajar. Tidak wajar dalam kematian Gus Dur didasari oleh matinya CCTV, yang pada ujungnya membuat hak keluarga untuk mengetahu kematian itu secara untuk, menjadi tercederai.
Pemotretan adalah hal pertama yang harus dilakukan. Dalam pemotretan itu dicatat pula posisi, keadaan, suhu mayat, kepucatan dan kekakuan. Setelah itu, tangan mayat harus dilindungi dengan mengunakan kantung kertas atau plastik. Pencatatan temperatur di sekitar mayat, dengan pengujian darah akan sangat bermanfaat untuk mengindentifikasi sesuatu yang mencurigakan.
"Catat identitas semua orang yang berada di tempat kejadian, dapatkan informasi dari saksi-saksi, termasuk siapa yang melihat jenazah terakhir saat hidup terakhir kali, dan wawancarai petugas medis yang mungkin telah menyentuh mayat," tulis buku itu. Apabila jenazah itu sudah dirawat di RS (seperti dalam kasus kmatian Gus Dur), maka contoh darah, foto sinar X, dan catatan RS harus didapakan.
Apakah semua hal itu sudah dilakukan dalam kematian Gus Dur?
*Beda santri dan tentara, klik di sini.
*Gerimis di Ciganjur 30 Desember 2009, klik di sini.
*Sebelum aku terlelap, Gus,..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar