Syarief Wadja Bae
Jiwa mana yang rela melihat cintanya terkoyak, sedang talangan sungai belum selesai dihitung.
Diantara kepingan perih yang mampir pada lembaran malam-malam kita, ada yang harus diusap segera. bercak becek yang menempel dicermin kita.
Jangan terlalu lama tenggelam dalam isak kehilangan. jangan sampai mimpi kita digulung waktu. Kalbu yang dibungkus mendung akan dihapus cahaya bulan, karena lelaki itu telah mengumandangkan Alif dikuping hati matahari.
Karena kenyataan harus dikabarkan maka harus kita kupas semua isyarat yang tersirat, agar padang hijau kita semakin sedikit durinya. Ikhlaskan kepergiannya karena kuncinya ada ditelapak kaki Ibu.
awal Januari 2010
puisi lain, klik di sini
graphic by images.free-extras.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar