Syarief Wadja Bae
bagai sua hujan dalam selokan
mereka tak takut karma sejarah
tentang bohong mereka pada kahanan
tinggal riwayat yang disiram comberan
berselimut daki dalam rupa dasi
dengan kemasan basi
Tuhan redupkan lampu
dalam kalbu dan hidup mereka
hanya naif dan latah
dalam alinea munafik yang panjang
padahal Tuhan tak pernah pergi
dari nadi
seolah tak ada cermin
sementara
disana ada penyair
yang menjadi Dewa
penyair yang tak pernah
ke pasar dan terminal
saban hari di kampus-kampus
semakin banyak Mahasiswa
yang belajar menjadi buaya
tanpa peduli pada air mata ibu
yang mereka injak berkali-kali
seperti binatang jalang
yang riang menjahit orasi
dalam ramai
dengan keserakahan
apa ini kado untuk generasi ?
kado kalatida dan kalabendu
yang dikencingi pupa
November 2009
*Puisi lain, klik di sini.
No comments:
Post a Comment