28 September 2009

Idul Fitri di Negeri Liberty

Maya Mandley

Hari Raya Idul Fitri tahun ini merupakan tahun ke-7 yang aku rayakan di negeri Pak Obama. Di tahun-tahun awak kedatanganku disini, aku sempat merasakan home sick yang sangat dalam. Maklum buatku, lebaran merupakan saat-saat yang menyenangkan. Berkumpul bersama keluarga besar (bahkan sampai 4 generasi), makan ketupat lengkap dengan sayur dan kue-kuenya, dan yang paling penting, mengikuti tradisi mudik ke Jakarta.


Di tahun pertama aku merayakan lebaran di Amerika, jatuh pada awal bulan December. Suhu yang dingin, dan ditambah saat itu berdekatan dengan Thanksgiving, salah satu hari libur nasional Amerika yang tergolong cukup sibuk. Meski suasana lebaran cuma bisa dijumpai di rumah-rumah warga yang merayakan, namun aku cukup terhibur. Karena suasananya gak jauh beda dengan lebaran di tanah air. Jalan tergolong lengang, dan toko banyak yang tutup karena libur thanksgiving. Aku ingat, saat itu aku kesulitan cari kartu telepon untuk menelpon ke Surabaya, karena banyak toko yang tutup. Entah kenapa, saat itu hampir semua kartu telpon yang aku gunakan untuk berkomunikasi tak ada yang bisa.

Karena pada waktu itu sangat rawan isu terorisme dan sebagainya, aku sempat berfikir yang tidak-tidak. Tapi ternyata menurutku itu hanya soal sambungan telpon ke Indonesia saja yang sibuk karena hari raya. Sebab tahun inipun, aku dan sebagian temanku punya kesulitan yang sama saat akan menelpon ke tanah air. Meski ada beberapa teman yang tak punya kesulitan saat menggunakan kartu telpon untuk mengucapkan maaf lahir bathin pada sanak saudara di tanah air.

Warga Indonesia yang berada di NYC dan sekitarnya, melakukan sholat Ied di masjid Al Hikmah di Queens NYC. Masjid yang menurut cerita dibangun atas prakarsa warga Indonesia di NY dan sumbangan dari Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, yang didirkan mantan Presiden Soerharto. Meski begitu, ada juga warga muslim dari negara-negara lain yang ikut sholat Ied di masjid tersebut. Seperti umumnya tradisi lebaran di tanah air, warga Indoesia di NYC juga saling bersalaman usai sholat Ied. Berada di tengah-tengah suasana seperti itu, rasa kerinduan terhadap sanak saudara di tanah air sedikit terhibur.

Tradisi ini dilanjutkan dengan mengunjungi rumah-rumah warga Indonesia yang sengaja melakukan open house. Meski sederhana, kami juga ikut repot menyediakan makanan yang selalu ada di setiap meja saat lebaran. Seperti lontong yang kami buat dari plastik (Karena gak ada yang jual ketupat disini), lengkap dengan sayurnya, dan 'teman-teman' nya. seperti rendang, sambal goreng ati dan tentu saja krupuk dan bawang goreng. Kue-kue yang tersedia juga tak kalah, ada kastengel, nastar dan yang pasti juga kacang goreng.

Tradisi lain yang dilakukan teman-teman Indonesia disini saat lebaran adalah pergi ke rumah konsulat dan ketua PTRI (perwakilan tetap RI untuk PBB). Di rumah petinggi Indonesia ini, aku bayangkan seperti open house yang ada di Istana Presiden. Karena aku belum pernah mengikuti sendiri. Namun menurut cerita teman-teman yang pernah mengikuti tradisi ini, makanan yang disediakan di rumah pejabat ini juga tak kalah lengkap.

Lebaran tahun ini menurutku cukup istimewa. Karena jatuh pada hari minggu. Jadi karena hari libur, kami bisa merayakannya tanpa harus minta izin kerja atau kembali bekerja usai sholat Ied. Sejak pagi aku sengaja mengosongkan perut agar bisa mencicipi makanan di rumah teman-teman yang open house. Maklum aku tak bisa setiap hari mencicipi makanan Indoensia. Jadi di setiap rumah, aku cicipi semua makanan.

Mulai dari siomay, lontong sayur, kastengel, nastar. Bahkan di rumah salah seorang temanku, ia sudah menyiapkan open house ini jauh-jauh hari. Karena memang untuk mendapatkan bumbu-bumbu masakan Indoenesia, kadang harus pergi ke kota lain. Jadi saat makan malam, hidangan yang super lengkap sudah tersedia di meja, tak ubahnya seperti suasana pesta lebaran di tanah air. Ahhh...... senangnya. Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf lahir dan Bathin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar