18 Juni 2009

Dan Bagi Saya, Jawaban yang Paling Tepat Adalah Golput

Iman D. Nugroho

Tulisan ini dibuat sebelum kantuk menyerang, beberapa jam usai debat(?) calon presiden RI di Trans7 dan TVONE (Transtv juga?). Kesimpulan dari aktivitas menonton tayangan yang menurut saya membosankan dari berbagai sisi itu, adalah golput atau tidak memilih atau mengabaikan pemilihan presiden 2009. Mengapa? (btw, lead pertanyaan seperti ini kayaknya sudah nggak jaman..)


Alasan terkuat dari semua itu adalah peristiwa politik dan hukum yang terjadi sejak pemilu legislative digelar, hingga saat ini. Mulai Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menurut saya tidak independen dan cenderung tidak memahami kerjanya, sehingga memunculkan probem-problem turunan seperti Daftar Pemilih Tetap (DPT) hingga calon-calon legislative dan calon presiden yang bagi saya, sangat layak untuk diabaikan.

Belum lagi, tingkah polah mereka, orang-orang yang terkait dengan pemilu itu, sama sekali tidak menunjukkan sikap penghormatan kepada "aturan" yang sudah disepakati, dan lebih parah kepada masyarakat (baca: rakjat Indonesia). Mereka seperti asyik bermain catur di antara tumpukan persoalan yang kini dihadapi oleh masyarakat. Yang paling gampang soal lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo. Siapa yang memperdulikan mereka? Capres dan cawapres? Serius, aku tidak percaya itu akan terjadi.

Karena itulah, sepertinya bagi saya Golput adalah pilihan rasional. Saya, secara sadar menyimpan hak politik saya. Ada perasaan tidak rela, bila hak politik itu kemudian diberikan begitu saja kepada keadaan yang menurut saya tidak layak untuk menerimanya. Jadi, saya golput tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar