Press Release
Sebagai tindak lanjut dari MoU Program Pembinaan Desa Pesisir (Bindesir) antara ITS dengan Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), ITS memberangkatkan tim menuju ke Provinsi Bangka Belitung (Babel), Rabu (15/4). Rombongan ITS ini akan melaksanakan program tersebut selama kurang lebih satu minggu ke depan. Tim yang diberangkatkan terdiri dari unsur dosen dan mahasiswa sebanyak 18 orang.
Diharapkan melalui dosen dan mahasiswa dalam anggota tim Bindesir ini, mampu menerapkan ilmu dan inovasi terutama dalam bidang teknologi terpadu kepada masyarakat desa setempat.
Program pembinaan desa pesisir sendiri merupakan kerjasama pertama antara Bakorkamla dan ITS. Dalam hal ini, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) yang diberi amanah menjadi penanggungjawab pelaksana program.
“Tentunya kehidupan masyarakat pesisir tidak bisa lepas dengan laut, oleh sebab itu banyak aplikasi tepat guna dari FTK yang dibutuhkan di sana,” jelas Prof Ir Djauhar Manfaat MSc PhD, Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) saat melepas tim Bindesir di Bandara Juanda.
Namun ia menambahkan bahwa dalam kesehariannya, masyarakat pesisir juga membutuhkan berbagai inovasi dari berbagai bidang ilmu. Karena itu penerapan teknologi yang dilakukan tak hanya dari bidang kelautan.
Karena itu, dalam pemberangkatan tim pertama ke Babel ini, FTK juga melibatkan mahasiswa dan dosen dari jurusan Arsitektur dan Teknik Lingkungan. “Pemberangkatan tim kita sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pesisir di tempat tujuan,” ujarnya.
Selanjutnya, sambung Djauhar, masih terdapat 50 desa pesisir yang tersebar di beberapa provinsi lagi dan tentunya ia berharap kelima fakultas di ITS juga dapat berpartisipasi dalam tim Bindesir selanjutnya.
Tim Bindesir Babel ini terdiri dari enam kelompok, yang masing-masing memberikan penyuluhan dan pelatihan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bidang materi tersebut antara lain teknologi penangkapan dan penyimpanan ikan, pelatihan perawatan motor tempel, pencemaran laut, teknologi pembuatan kapal laut, tata pemukiman, serta sistem air bersih. “Semua penyuluhan dan pelatihan tersebut diberikan oleh dosen dan mahasiswa ITS sendiri, tentunya hal ini akan menjadi pengalaman berharga terutama untuk mahasiswa,” ungkap dosen Teknik Perkapalan ini.
Tujuan dari Bindesir sendiri, menurut Djauhar, lebih untuk meningkatkan kesejahteraan, pengetahuan dan keterampilan melalui berbagai bidang kegiatan yang bersifat konstruktif maupun pembinaan SDM sesuai skala prioritas. “Lalu yang tidak kalah penting adalah kemampuan mereka (masyarakat pesisir, red) untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif berbasis pada sumber daya kelautan,” terang pria yang juga penggemar musik ini.
Sedang tujuan utama Bindesir sendiri adalah menciptakan rasa nasionalisme dan ketahanan nasional yang kuat dengan pondasi pembinaan ini. “Oleh sebab itu, sasaran Bindesir kita utamakan untuk desa-desa yang berada di pulau-pulau terluar dan berbatasan langsung dengan negara tetangga kita,” tandas Djauhar.
Persiapan dari tim Bindesir sendiri tidak main-main, jauh-jauh hari mereka telah menyiapkan materi dan perlengkapannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Teguh Santoso, mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan. Ia membuat materi pelatihan mengenai motor tempel dan minyak pelumas. “Sumber materi-materi saya dapatkan dari senior-senior di jurusan dan tentunya dari dosen pendamping saya, Ir Indrajaya Gerianto MSc,” terang pengurus Laboratorium Mesin Kapal ini.
Materi yang disusun pun seputar bagaimana perlakuan masyarakat pesisir terhadap perawatan motor temple, serta memberikan pengetahuan pentingnya mengganti dan melakukan pemilihan yang tepat terhadap minyak pelumas.
Lain halnya dengan Suhar Chandra yang menyiapkan beberapa topik mengenai teknologi pembuatan kapal kayu. “Kebanyakan masyarakat di pesisir pantai Indonesia membuat kapal kayu dengan kemampuan dan skill yang diberikan turun-menurun,” terang mahasiswa Teknik Perkapalan ini. Tanpa menghilangkan rasa kedaerahan dari pembuatan kapal kayu, mereka mencoba menyisipkan unsur teknologi terpadu yang bisa meningkatkan kemampuan kapal nelayan pesisir.
HUMAS-ITS, 15 April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar