Press Release
Pusat Kebudayaan Prancis di Surabaya atau CCCL Surabaya mengundang 2 seniman muda untuk menampilkan karya fotografi bertema ”Melihat Bersama” dari sudut pandang masing-masing. Mereka adalah Bahtiar Dwi Susanto asal Indonesia dan Ahmad Fuad Osman berasal dari Malaysia. Keduanya bertemu saat residensi di Malaysia pada tahun 2007/2008. Pameran akan berlangsung mulai 31 Maret – 11 April 2009 di Galeri CCCL.
Pameran seni visual dengan menggunakan media foto cetak dan slide show foto dari 2 negara ini akan makin lengkap dengan ditampilkannya karya seni audiovisual dari Sekolah Seni di Prancis, Fresnoy (baca: frenoa), ”La toile et l’écran” (Kanvas dan Layar) karya 8 seniman. Kompilasi yang didatangkan dari Prancis dengan dukungan CulturesFrance ini, berupa 8 video yang memperlihatkan tentang ’pencarian’ para seniman video, mengenai ada (atau tidak) hubungan antara video dan seni lukis.
Untuk memeriahkan malam pembukaan pameran ”Melihat Bersama”, pada Selasa 31 Maret 2009 pk. 18.30 di CCCL, akan diadakan diskusi bersama kedua visual artist yang berpameran: Bahtiar Dwi susanto dan Ahmad ahmad Fuad Osman, serta Agus Koecink (pemerhati/pegiat seni Jawa Timur), sebagai pembicara pembanding. Tema diskusinya yaitu “Silang Budaya 2 Negara, Indonesia - Malaysia”. Pemutaran film « Masturbasi O » karya Hakim Sattu, yang ikut berpartisipasi dalam proyek Long Lost of Memories karya Ahmad Fuad Osman di Malaysia, akan mengawali diskusi.
Pameran menampilkan karya Bahtiar Dwi Susanto dan Ahmad Fuad Osman yang bersama-sama melakukan residensi seni dan berkarya di Rimbun Dahan, Malaysia (pusat pengembangan seni tradisi dan kontemporer). Perkembangan seni kontemporer menggagas bagaimana batas-batas lokal, regional dan internasional tidak lagi menjadi sebuah batasan dan membuat adanya jarak geografis. Melihat lebih jauh bahwa perbedaan negara atau nation dan regional telah dapat terlewati oleh beberapa pergerakan ”independent” dalam konteks kebudayaan. Visual art dalam pembicaraan ini telah banyak dikenal di berbagai negara dunia sebagai bahasa universal karena peradabannya lebih tua daripada bahasa itu sendiri.
Melihat Bersama, diasumsikan kepada pengkaryaan personalitas dari 2 negara yakni Indonesia (Bahtiar Dwi Susanto) dan Malaysia (Fuad Ahmad Osman), dengan merepresentasikan Malaysia secara berbeda dalam karya-karya fotografis. - Bahtiar Dwi Susanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar