14 April 2008

Rumah Orang Tua Agus Mendadak Kosong

Iman D. Nugroho

Tidak seperti biasanya, sejak berita tentang tertangkapnya Agus Idrus alias Agus Purwantoro mencuat di media massa, rumah Ny. Sukarti Thamrin, Ibunda Agus, di Jl. Petemon IV no.151 H Surabaya, mendadak sepi. Tidak ada yang tahu kemana Ny. Thamrin pergi. "Kalau seperti ini, kayaknya memang benar, Agus yang diduga terkait terorisme itu memang Agus anak Bu Thamrin," kata Satuman, 50, tetangga Ny, Thamrin, Senin (14/04) ini.


Agus Idrus atau Agus Purwantoro (39) adalah salah satu dari tersangka kasus terorisme anggota Jamaah Islamiyah, yang tiga bulan lalu ditangkap di Malaysia, bersama Abu Husna alias Abdurrahim (45). Akhir minggu lalu, Polri merilis berita tertangkapnya Agus dan Husna, setelah polisi Malaysia menjalin kontak dengan polri untuk mendalami kasus itu. Tidak tanggung-tanggung, Agus disebut-sebut sebagai pemimpin JI wilayah Poso, Sulawesi Tengah.

Siapakah Agus Idrus alias Agus Purwantoro? Tak banyak kenangan yang terpatri di benak warga Jl. Petemon IV atas sosok pendiam itu. Yang diketahui oleh warga sekitar rumah Agus, sosok berkacamata itu adalah pribadi yang kalem dan taat beribadah. "Yang saya tahu, Agus memang tidak pernah membuat ulah, dia pun jarang ikut kegiatan kampung, yang pasti dia sering ke masjid untuk beribadah," kata Satuman.

Satuman yang asli Jl. Petemon IV Surabaya itu mengatakan, penduduk sekitar rumah Agus justru lebih kenal ayah Agus, Almarhum Muhammad Thamrin. Sebagai mantan pegawai PT. PAL, Thamrin juga dikenal sebagai seorang guru. "Seperti warga biasa, orangnya pun baik dan sering berkegiatan di RT maupun RW," kenang Satuman. Tak heran, ketika Muhammad Thamrin meninggal dua, para tetangga banyak yang merasa kehilangan.

Istri Muhammad Thamrin, Ny. Sukarti Thamrin pun sama. Seperti melanjutkan kebiasaan suaminya, perempuan berusia 68 tahun itu sering aktif dalam acara-acara tingkat RT/RW. Dalam kegiatan Pembinaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Patemon IV, sosok yang dikenal dengan sebutan Bu Thamrin itu aktif menjadi penggerak PKK. "Namun, empat anak mereka tidak seperti dua orang tuanya, cenderung pendiam semua," kenang Satuman yang tinggal di depan rumah Ny.Thamrin.

Terutama Agus Purwantoro. Sejak menuntut ilmu di SDN Petemon X Surabaya, Agus melanjutkan pendidikannya di SMPN III Praban, Surabaya. Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang tinggi, membuat Aus diterima di SMAN V Surabaya, dan berlanjut ke Fakultas Kedokteran Unair, Surabaya. Usai lulus kuliah tahun 1997, Agus membantu salah satu temannya membuka praktek dokter di Surabaya, lantaran Agus belum mendapatkan izin praktek.

Awal tahun 2000, Agus menikah dengan seorang gadis asal Mojokerto Jawa Timur. Istri Agus yang jarang keluar rumah itu memiliki kebiasaan berbusana jilbab panjang, dengan penutup wajah. "Itu saja yang saya tahu, sampai akhirnya agus bertugas di Kalimantan, hingga akhirnya muncul berita penangkapan itu," kata Satuman.

Kamali, penjahit yang kini menempati rumah Ny.Thamrin di Jl.Petemon IV Surabaya pun memiliki kesan yang sama terhadap Agus Purwantoro. Sejak menempati rumah itu pada tiga tahun lalu, dirinya tidak pernah berkomunikasi dengan Agus. Padahal, Agus dan keluarganya beberapa kali pulang untuk mengunjungi ibundanya. "Tidak pernah ada komunikasi antara saya dengan Agus, hanya tahu saja," kata Kamali. Selama ini, urusan sewa menyewa, Kamali berkomunikasi hanya dengan Ny. Thamrin.

Kasus Agus Purwantoro dan Abu Husna berawal dari kasus pemalsuan passport. Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, pemalsuan passport oleh Agus Purwantoro itu membawa "korban" Deddy Achmadi Machdan, salah satu Internal Communications Executive perusahaan rokok di Indonesia. Passport Deddy yang juga lulusan sebuah sekolah komunikasi di London, Inggris itu hilang pada tahun 2003.

Deddy yang dihubungi Polisi pada tahun 2008 baru mengetahui passportnya dipalsukan oleh orang yang diduga kuat merupakan jaringan terorisme. "Deddy Achmadi Machdan" palsu dan seorang lagi yang juga merupakan jaringan terorisme kini mendekam di salah satu penjara di Malaysia untuk pemeriksaan lebih lanjut. Bedanya, orang yang mengaku sebagai "Deddy Achmadi Machdan" itu mengaku beralamat di Malang, Jawa Timur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar