Press Release
Menghadapi kompetisi di ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) yang sudah makin dekat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pun telah menyiapkan lapangan ujicoba yang dirancang sesuai lapangan lomba yang sebenarnya.
Lapangan ujicoba di lantai 3 Gedung Student Community Center (SCC) ITS yang digarap dalam waktu sekitar dua minggu terakhir ini, mulai digunakan para tim robot dari ITS untuk melakukan simulasi lomba. “Simulasi ini penting untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana kemampuan robot-robot yang telah kami buat untuk kesiapan bertarung,” tutur Rudi Dikairono, salah satu pembimbing tim robot KRI-KRCI ITS yang didampingi rekannya Ahmad Zaini.
Ada tiga jenis lapangan ujicoba yang disiapkan. Yakni lapangan untuk KRI seluas 1.450 x 1.300 cm2, lapangan untuk KRCI divisi Expert 300 x 612 cm2dan untuk KRCI divisi Senior luas 248 x 248 cm2. Ketiga lapangan dirancang semirip mungkin atau disesuaikan dengan standar lapangan lomba yang sebenarnya.
”Untuk pembuatan lapangan ujicoba di ITS ini, kami telah alokasikan dana sekitar Rp 50 juta,” ungkap Ir Wiratno Argo Asmoro MSc, ketua I panitia KRI-KRCI Regional IV ditemui di sela ujicoba lapangan, Kamis (10/4).
Untuk kompetisi ini, tim dari ITS diwakili oleh tim Robot Koumori untuk KRI. Untuk KRCI divisi Senior Berkaki diwakili tim al-Fajry, Senior Beroda oleh tim az-wad. Sedangkan untuk KRCI divisi Expert Single diwakili tim TnT dan Expert Swarm diwakili tim Twin_Junior_03.
Untuk lapangan KRI juga dirancang sesuai tema di ajang internasional ”Govinda” yang bakal dilangsungkan di Pune, India pada September mendatang. Yakni berupa lapangan yang terbagi dalam dua bagian, bagian dalam seluas 8x9,5 meter dan bagian luar seluas 13,5x14,5 meter.
Dalam pertarungan nantinya, tiap peserta harus mampu mendapatkan poin sebanyak-banyaknya dalam waktu maksimal tiga menit. Poin antara lain didapat dari bola-bola yang disebut cheese yang terletak di atas delapan tiang yang berjajar di tepi lapangan dalam. Masing-masing bola cheese senilai 1 poin, sedang penyangganya 2 poin. Jadi bila mampu mengambil keduanya mendapat 3 poin.
Selain itu, juga balok-balok yang disebut butter yang terletak di atas tiga tiang yang berada di tengah lapangan. Di antara tiga tiang tersebut, satu tiang di tengah setinggi 1,5 meter berisi yellow butter senilai 12 poin akan menjadi pusat perebutan dua peserta yang bertarung.
”Tim yang berhasil mendapatkan yellow butter lebih dulu berarti sudah bisa disebut Govinda atau menang,” ujar Wiratno. Sedang white butter yang berada di dua tiang samping masing-masing bernilai 6 poin.
Tapi untuk kompetisi tingkat nasional, tema internasional itu diadaptasi dengan budaya Indonesia dan diberi nama Panjat Pinang. Meski demikian, aturan keseluruhannya tidak jauh berbeda dengan ajang tingkat internasional tersebut.
Pada kompetisi KRI ini, ada empat robot yang disiapkan. Yakni tiga robot otomatis yang akan bertarung di lapangan bagian dalam dan sebuah robot manual beroperasi di lapangan luar untuk mengambil bola-bola cheese.
Robot otomatis tidak boleh memiliki tinggi lebih dari 1,3 meter dan tidak boleh saling bersentuhan dengan robot lawan. Sedangkan robot manual tidak boleh sedikitpun melewati area hijau di lapangan bagian dalam.
Untuk regional IV yang meliputi wilayah timur Indonesia ini, ada 22 tim robot KRI dan 53 tim robot KRCI yang lolos dan diharuskan mengirim video sebagai pengganti visitasi ke panitia pusat atau Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti). Video ini harus sudah diterima Dikti pada 14 April. ”Tim yang lolos seleksi video ini nantinya yang berhak bertarung di kompetisi masing-masing regional, dan dari tiap regional diambil tiga pemenang untuk dtarung lagi tingkat nasional di UI, Jakarta pada 14 Juni,” imbuh Wiratno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar