Youtube Pilihan Iddaily: Sejarah Laut Mati

28 March 2008

Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan

Press Release

Pemenang “Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan” untuk jurnalis dari tiga kategori media, yakni cetak/online, radio, dan televisiHari ini diumumkan Rabu (26/03/08) ini di Jakarta Media Center, Jakarta.


Dewan juri lomba yang dilaksanakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)- American Center for International Labor Solidarity (ACILS)- The Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) itu, dan terdiri dari praktisi media cetak, radio dan televisi serta perwakilan dari ACILS, FES dan ILO (International Labor Organization), memutuskan Ridwan Max Sijabat (The Jakarta Post), Fransisca Susanti (www.pantau.or.id) dan Dian Kuswandini (The Jakarta Post) sebagai pemenang pertama, kedua dan ketiga untuk kategori media cetak/online.

Peraih penghargaan untuk kategori radio adalah Monique Rijkers (KBR 68H), Sulistiono (Radio Idola, Semarang) dan Andy Lala (Trijaya FM, Jakarta). Masing-masing sebagai pemenang pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori televisi, pemenang pertama adalah Bhayu Sugarda (Astro Awani), kedua Widyaningsih (SCTV), dan ketiga Nima Grafina Sirait (DAAI TV).

Selain menerima sertifikat penghargaan dari ACILS, FES dan AJI, para pemenang juga menerima hadiah sebesar Rp 6.500.000 untuk setiap pemenang pertama, Rp 4.500.000 untuk pemenang kedua, dan Rp 3.500.000 untuk pemenang ketiga.

Bersamaan dengan pengumuman pemenang ini, juga diluncurkan buku berjudul “Buruh dalam Reportase Media”. Buku yang diterbitkan dwibahasa ini berisi kumpulan hasil karya tiga pemenang masing-masing kategori. Buku ini diserahkan secara simbolik oleh Country Program Director ACILS James A. Davis, Resident Director FES Indonesia & Timor Leste Erwin Schweisshelm, dan Ketua Umum AJI Heru Hendratmoko kepada perwakilan media yang datang dalam acara ini.

Country Program Director ACILS James A. Davis mengatakan, pemberian penghargaan ini merupakan salah satu cara mendorong jurnalis untuk memberi perhatian lebih besar dalam isu perburuhan. “Dengan adanya perhatian khusus kepada jurnalis dan media dalam upaya edukasi media massa, diharapkan kampanye tentang hak-hak dasar pekerja dan isu-isu ketenagakerjaan lain menjadi lebih semarak,” kata James.

Harapannya, kata James, agar masyarakat luas, dan terutama pengusaha, pemerintah, legislatif serta penegak hukum ketenagakerjaan, jadi lebih memahami persoalannya. “Pada gilirannya, ini akan menghasilkan opini dan kebijakan pro-pekerja atau setidaknya membuka peluang dan ruang bagi pekerja dan serikat pekerja untuk lebih didengar oleh semua pihak,” kata James.

Resident Director FES Indonesia & Timor Leste Erwin Schweisshelm mengatakan, “Dengan diadakannya kompetisi semacam ini, dunia kerja dan kehidupan orang biasa akan memiliki tempat dan relevansi yang lebih banyak dalam media, sejalan dengan kenyataan pentingnya kemakmuran di Indonesia. Selain itu, kata Erwin, kompetisi semacam ini merupakan sarana informasi dan edukasi tidak hanya bagi buruh/pekerja dan serikat-serikat pekerja, tetapi juga bagi para pemerhati masalah buruh serta pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumnya.

ILO menyambut baik diselenggarakannya penghargaan ini. Lotte Kejser, Chief Technical Advisor Migrant Workers Project dari ILO Jakarta, mengatakan, “Acara semacam ini sangat penting untuk memberikan apresiasi kepada wartawan serta media untuk kontribusi mereka dalam mempromosikan kondisi tenaga kerja lebih baik serta mengedukasi pekerja, para pemberi kerja, pemerintah dan publik secara umum.”

Panitia Lomba menerima kiriman 101 karya jurnalistik yang mengangkat isu tentang buruh. Karya-karya tersebut berasal dari berbagai media di tanah air. Mayoritas karya yang diterima panitia banyak bertutur tentang pahit dan getirnya nasib buruh Indonesia.

Ketua Umum AJI Heru Hendratmoko mengatakan, angle tentang masih buramnya nasib buruh memang merupakan tema yang sangat menarik perhatian. Pemilihan angle semacam ini, kata Heru, biasanya untuk mengingatkan para pengambil keputusan, baik dari kalangan pemerintah, parlemen maupun swasta, untuk lebih hirau terhadap nasib kaum buruh. “Namun publik juga perlu sesekali disuguhi cerita keberhasilan yang mampu menjadi inspirasi banyak orang,” kata Heru.

Imam Wahyudi, ketua Dewan Juri, mengatakan, isu perburuhan sesungguhnya sangat luas dan multi aspek. Dengan diadakannya kompetisi ini, kami juga berharap karya-karya yang akhirnya dimuat dalam buku ini bisa merangsang minat jurnalis lain untuk lebih intens dan kreatif selama menggarap isu perburuhan,” kata Imam, yang juga Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia.

No comments:

Post a Comment