Canda tawa ke-13 penumpang perahu milik Umar Kacong yang melintas di muara Sungai Bondo, sesaat terhenti. Setelah beberapa kali terdengar suara tersendat, mesin kapal sepanjang 9 meter itu tiba-tiba tidak lagi meraung. Dengan cekatan, Zainul, anak Umar Kacong yang juga berada di atas perahu, beranjak dari tempat duduknya dan berusaha menghidupkan kembali mesin perahu itu.
Entah bagaimana, tiba-tiba Zainul kehilangan keseimbangan, dan tercebur ke air. Setelah beberapa kali berusaha tetap muncul ke permukaan, Zainul mulai tenggelam. Melihat anaknya tertelan air sungai, insting kebapakan Umar muncul. Laki-laki yang sehari-harinya bekerja sebagai nelayan itu meloncat ke sungai untuk memberikan pertolongan.
Gerakan Umar membuat perahu yang memiliki lebar kurang dari satu meter itu oleng. Beberapa penumpang di atasnya pun gaduh, saling menjaga keseimbangan yang justru malah membuat perahu itu semakin tidak terkendali. Teriakan mulai terdengar. Perahu semakin tergoncang kuat, semakin miring dan tumpah. Empat balita beserta beberapa penumpang lain yang ada di atas perahu itu pun tercebur ke sungai. Dua penumpang perahu, Era dan Widianto ditemukan selamat.
Era yang terombang-ambing beberapa saat di air, berhasil meraih potongan kayu kapal. Sementara Widianto terhempas ke pasir pantai. Ironisnya, Umar, Zainul dan 11 penumpang perahu yang kebanyakan warga Lumajang dan Jember lainnya terseret arus menuju pantai Samudera Indonesia yang ketika itu sedang diselimuti ombak tinggi.
Rentetan kejadian Selasa (1/1) siang dan hanya berlangsung beberapa menit di Pantai Meleman, Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang itu menjadi tragedi awal tahun 2008. "Dari cerita orang-orang yang ada di lokasi, kami lebih percaya bahwa semua kejadian berawal dari mesin mati yang kemudian membuat keseimbangan perahu hilang," kata Hariyono, salah satu kerabat korban. Empat anggota keluarga Hariyono ikut tewas dalam peristiwa itu.
Operasi pencarian pun segera dilakukan. Penduduk setempat dan aparat polisi Lumajang bahu membahu menyisir sekitar sungai dan pantai. Petugas Search and Rescue (SAR) Lumajang dan Malang datang untuk memberikan bantuan. Beberapa saat usai kejadian, lima korban ditemukan. Era (10) dan Widianto (13) ditemukan selamat. Sementara Teti Ningrum (30), Agus (5) dan Daimaturohman atau I’in (5) ditemukan sudah menjadi mayat. Rabu (2/1), Rizki (15) salah satu korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Hingga Rabu ini, masih ada 11 korban masih dinyatakan hilang. Mereka adalah Frans (4), Dio (4), Kasman (29), Sugiantoro (40), Wulan (4), Sudi (25), Kiswari (27), Umar Kacong (35) dan Zainul (14). “Hingga saat ini, pencarian masih dilakukan di pesisir pantai bagian barat dan timur,” kata Kadar, Wakil Koordinator SAR Lumajang pada The Jakarta Post.
Kadar menyatakan, pencarian korban perahu di Muara Sungai Bondo dan Pantai Meleman bukan berkara yang mudah. Tubuh korban yang sudah masuk ke muara, bisa diperkirakan sudah terseret arus dan masuk ke Samudera Indonesia. “Karena arus bawah muara sangat deras, meskipun di bagian atas terlihat tenang,” katanya. Dan pencarian di laut pun, dalam kondisi seperti sekarang, sangat sulit dilakukan. Ombak yang datang memiliki ketinggian hingga empat meter.
Meskipun demikian, dalam pengamatan The Jakarta Post, tim SAR dibantu aparat kepolisian terlihat masih melakukan penyisiran. Empat pos mengamatan didirikan di Pantai Meleman. Secara berkala, petugas melakukan pendalaman di sepanjang Kali Bondo. “Sebenarnya ada peralatan selam, namun, arus muara dan pantai yang besar tidak memungkinkan untuk dilakukan penyelaman,” kata Kadar.
Laporan terakhir, dua tubuh dengan berbusana warna gelap terlihat terapung-apung di dekat pantai. Lagi-lagi, kerasnya ombak tidak memungkinkan tim SAR mengevakuasi dua jenazah itu. Mereka hanya menunggu ombak membawa tubuh yang diperkirakan tidak bernyawa itu ke tepi pantai.
Keluarga korban yang hingga kini masih belum ditemukan terlihat pasrah. Hariyono yang kehilangan empat keluarganya, Teti, Fran, Dio dan Rizki memilih untuk menunggu di Pantai Meleman. “Kami sudah bertanya kepada “orang pintar”, katanya tubuh mereka masih ada di sekitar Pantai Meleman,” kata Hariyono. Rabu sore, Hariyono melakukan ritual membuat bantal dan guling ke pantai. “Kami percaya, dengan membuang bantal dan guling, secara spiritual akan membuat jenazah mendekat,” katanya lirih.***
Teks foto:
Keluarga korban kecelakaan perahu dibantu masyarakat setempat sedang melakukan ritual buang bantal guling di Pantai Meleman, Lumajang, Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar