14 Desember 2007

Ketua BRR Kuntoro Mangkusubroto: Kontraktor Brengsek!


Rumah ke 100-ribu Menandai Akhir Kerja Bristish Red Cross

Peresmian rumah ke 100 ribu di Desa Tanoh Manyang, Kecamatan Teunom, Aceh Jaya menandari berakhirnya kerja British Red Cross untuk membantu korban tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)-Nias. Dalam kesempatan itu, Ketua Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) NAD-Nias Kuntoro Mangunsubroto didampingi Perwakilan British Red Cross Nicholas Young memberikan sertifikat kepada Nasir, 14, salah satu korban tsunami.

Dalam kesempatan itu, Ketua BRR Kuntoro Mangkusubroto sempat mencaci maki kontraktor yang meninggalkan pekerjaannya. Padahal pekerjaan itu sangat dibutuhkan oleh korban tsunami. “Ada rumah yang ditinggalkan kontraktor, ini kelompok brengsek, tidak ada kata kasar lain yang bisa saya ungkapkan,!” kata Kuntoro. Padahal, pada awalnya, para kontraktor itu datang baik-baik ke BRR untuk meminta pekerjaan. Namun, pada akhirnya meninggalkan begitu saja pekerjaannya.

Rata-rata, dari 100 ribu rumah, ada 6 persen yang dibangun oleh kontraktor semacam ini. Ada juga, rumah yang dari luar bagus, tapi ketika di dalam tidak ada kamar mandinya. “Semua hal itu akan menjadi catatan oleh BRR, karena bukan berarti pekerjaan rumah yang belum selesai,” kata Kuntoro.

Kuntoro menjelaskan, saat ini BRR dan NGO sebenarnya sudah membangun paling tidak 110 ribu rumah di NAD dan Pulau Nias. Salah satu organisasi yang berpartisipasi aktif untuk membangun rumah itu adalah British Red Cross. Organisasi inilah yang pertama kali membangun rumah di kawasan yang paling parah dan paling sulit dijangkau. Yakni Pulau Aceh di Kepulauan Aceh. “Saya ingat betul, bagaimana British Red Cross memutuskan untuk membangun di sana,” kata Kuntoro.

Dalam kesempatan itu, perwakilan British Red Cross Nicholas Young mengatakan bahwa British Red Cross senang bisa membantu di NAD dan Nias. Young juga mengharapkan agar korban tsunami di Aceh bisa kembali hidup dengan nyaman dan aman. Serta mampu membangun kembali keluarganya. “Have a great life,” kata Nicholas Young menutup sambutannya.

Wakil Bupati Aceh Jaya, Tengku Zamzami Abd. Rani mengatakan saat ini kondisi di Aceh Jaya masih belum sepenuhnya sulit. Ibaratnya, kata Zamzami, Aceh Jaya seperti bayi yang belajar hidup namun sudah tertimpa musibah. “Untuk itu harus ditolong oleh banyak orang,” kata Zamzami. Dan proses itu harus selesai sebelum BRR berakhir masa tugasnya pada April 2009. “Jangan sampai BRR pergi, kami hanya dapat masalah saja, nyoe keunong bandum ( ini sindiran untuk semua pihak),” kata Zamzami di selingi dalam Bahasa Aceh.

Desa Tanoh Manyang merupakan desa relokasi yang baru saja selesai. Di desa ini direlokasi 138 kepala keluarga yang rumah asalnya dan tanahnya musnah digerus laut. Terhitung ada 128 dari 138 KK yang direlokasi ke Desa Tanoh Manyang merupakan warga yang sebelumnya menempati sebuah pulau kecil, yaitu Lampoh Kawat. Pulau itu kini hilang akibat gelombang tsunami yang menewaskan ratusan warga Aceh. Sementara 10 KK lain berasal dari desa yang tanahnya musnah.

Salah satunya Nisar. Bocah berusia 14 tahun ini dulu merupakan warga Pulau Lampoh Kawat. Ketika tsunami terjadi, seluruh keluarganya hilang tersapu tsunami. Saat ini Nizar tinggal dengan kakak perempuannya. Secara seremonial, Kuntoro menyerahkan sertifikat kepada Nisar. “Saya ucapkan terima kasih kepada BRR yang telah membantu saya, kalau besar saya ingin menjadi gubernur,” katanya.

Teks foto:

Rumah di Desa Tanoh Manyang, Kecamatan Teunom, Aceh Jaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar