Sekitar 500 korban semburan lumpur Lapindo Brantas Inc dari Desa Jatirejo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menggelar sholat Idul Fitri di atas tanggul lumpur Desa Jatirejo dan pengungsian di Pasar Baru Porong, Sabtu (13/10) ini. Para jamaah sholat Id tidak mampu menahan tangis, mengingat nasib yang mereka rasakan selama dua tahun ini menjadi korban semburan lumpur dengan masa depan yang terkatung-katung.
Persiapan pelaksanaan sholat Idul Fitri korban lumpur Lapindo mulai dilakukan sejak pukul 05.00 WIB. Panitia pelaksanaan sholat yang mayoritas adalah warga Desa Jatirejo menggelar terpal dan koran bekas plus sound system sederhana di atas tanggul tanah yang biasanya digunakan sebagai jalur truk itu. Sembari menunggu kedatangan jemaah Sholat Id, warga mengumandangkan takbir Allahuakbar sebagai tanda Sholat Id akan segera dilaksanakan.
Seiring suara takbir, korban lumpur yang sebagian besar sudah pindah di rumah kontrakan di sekitar Kecamatan Porong itu pun mulai berdatangan. Kebanyakan berjalan kaki, dan sebagian lain datang dengan menggunakan sepeda motor, melalui tanggul di gerbang Desa Siring dan Desa Jatirejo yang terletak di sebelah timur pusat semburan Lumpur Lapindo. Usai sholat Id, dilanjutkan dengan ceramah yang diberikan oleh pemuka agama setempat.
Tangis para jamaah Sholat Id mulai mengalir ketika ceramah mengingatkan kembali perlunya kesabaran untuk menghadapi cobaan sebagai korban lumpur Lapindo. Terutama ketika diingatkan kembali masih belum jelasnya ganti rugi yang diterima korban lumpur. "Kita doakan kepada Perusahaan Lapindo dan Minarak agar terbuka hatinya dan segera memberikan ganti rugi kepada para kita pada korban lumpur," kata Khotib Sholat Id itu.
Pelaksanaan sholat Id ditutup dengan prosesi silaturahmi dan saling bermaafan antara jemaah. Saat itulah isak tangis tak lagi dibendung. Sarofah,44, yang datang bersama anaknya mengatakan dirinya kembali teringat apa yang sudah mereka rasakan. "Saya ingat bagaimana dulu, ketika belum ada lumpur, kami selalu menjadikan Idul FItri sebagai saat kumpul keluarga, sekarang tidak ada lagi," katanya.
Wiwin,37, yang Sabtu kemarin datang dengan dua anak balitanya mengungkapkan, sebagian warga lumpur selalu terenyuh ketika melintas di tanggul. Apalagi ketika Idul Fitri dan berkumpul dengan keluarga dan tetangga yang dulu hidup berdampingan di Desa Jatirejo. "Sekarang, kita berpencar entah kemana, dengan nasib yang masih tidak jelas," kata Wiwin yang kini tinggal di kawasan Siwo, Porong ini.
Di lokasi pengungsian Pasar Baru Porong, sejumlah 700 keluarga korban lumpur dari Desa Renokenongo yang menuntut pembayaran lebih banyak dan masih bertahan di pengungsian Pasar Baru Porong, melakukan Sholat Id pengungsian Pasar Porong. Mereka ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa meskipun tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah dan Lapindo karena dianggap "membangkang", namun mereka tetap bisa beribadah.
Bahkan, pengungsi di Pasar Porong juga melakukan kewajiban membayar Zakat Fitrah dan Zakat Maal dari dan untuk pengungsi. Zakat berupa beras 2,5 kg/keluarga dan uang sejumlah Rp.80 ribu itu dibagikan menjelang pelaksanaan Sholat Id.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tidak memberikan uang sejumlah Rp.500 ribu hak pengungsi dari bantuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejumlah Rp.10 M. Alasannya, korban lumpur yang bertagan di pengungsian Pasar Baru Porong menuntut ganti rugi yang lebih besar dari yang ditawarkan Pemerintah.
Sementara itu Polda Jawa Timur mencatat, hingga hari ini, terjadi 174 kecelakaan dengan 67 Korban Meninggal. Korban luka-luka mencapai angka 200 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar