Usai peristiwa pengerusakan masjid milik Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Tanggul Wetan Jember oleh masyarakat sekitar, membuat beberapa masjid LDII lain di khawasan itu dijaga ketat polisi. Ada kekhawatiran, peristiwa serupa akan kembali meletus. Hingga Jumat ini, polisi belum menetapkan tersangka peristiwa itu.
Ketatnya penjagaan terlihat di masjid Baitus Shohirin LDII yang berlokasi di Jl. Sawo, Tanggul Jember, Kamis (20/9)-Jumat (21/9) ini. Di masjid yang terletak 500 meter dari masjid yang diserbu Rabu malam lalu itu sejak Kamis malam menjadi perhatian masyarakat. Kabar yang beredar, Kamis malam usai shalat Tarawih dan Jumat usai Shalat Jumat, penyerangan akan terjadi di Baitus Shohirin.
“Kami mendengarnya seperti itu, makanya kami dan polisi bersiap-siap,” kata M. Dian, salah satu warga LDII pada The Jakarta Post, Jumat dinihari. Kabar burung direspon dengan penjagaan ketat aparat kepolisian di sekitar masjid. Polisi berjaga di ujung jalan dan mengusir selain warga Jl. Sawo yang berada di jalan itu. Polisi juga mengamankan bambu yang berserakan di jalan menuju masjid.
Masyakat yang tinggal di sekitar masjid Baitus Shohirin pun ikut katakutan. Bahkan, beberapa rumah yang berada dekat dengan masjid di coret nama organisasi keagamaan tertentu. “Seperti sebuah pertanda bahwa rumah kami bukan milik LDII,” kata Sahal, warga Jl. Sawo. Sahal mengaku khawatir, bila penyerangan itu benar terjadi, maka rumahnya pun akan menjadi sasaran.
Di dalam masjid Baitus Shohirin, keadaan pun tegang. Siapa saja yang akan masuk ke masjid itu harus rela ditanya identitas lengkapnya. Salah satu pengajar LDII, Ustazd Udin Haryanto mengatakan ketegangan itu disebabkan oleh isu penyerangan. “Ini cuma antisipasi dari berbagai kemungkinan,” kata Ustadz Udin Hariyanto pada The Jakarta Post.
Ustadz Udin Hariyanto menambahkan, penyerangan pada masjid LDII yang terjadi Rabu lalu itu terjadi karena ada salah persepsi tentang gerakan LDII. “Ada isu-isu yang mengatakan keburukan gerakan LDII padahal hal itu tidak benar,” kata Ustadz Udin Hariyanto. Seperti isu yang mengatakan bahwa masjid LDII hanya diperuntukkan bagi anggota LDII saja. Bila ada orang lain yang masuk ke masjid itu, maka lantai tempat sholat akan dipel. Karena orang di luar LDII dianggap kotor.
Hingga Jumat sore, isu penyerangan tidak terbukti. Meski begitu, polisi tetap melakukan penjagaan. Sementara itu, hingga saat ini Polres Jember masih belum menerapkan tersangka atas peristiwa pengerusakan masjid LDII Rabu lalu. Hanya empat orang, Budiyanto, Slamet Riyadi, Trisnadi dan Ahmad Basuki, yang diperiksa sebagai saksi.
Saya sangat menyesalkan kejadiannya ini terjadi apalagi di bulan Ramadhan. Semoga Allah memberikan pertolongan dan ganti yang lebih baik bagi korban perusakan masjid dan masyarakat di sekitarnya.
BalasHapus