Perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY kepada Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan Pemerintah Propinsi Jawa Timur untuk segera "menyelesaikan" tuntutan pengungsi Pasar Porong ditanggapi dingin oleh pengungsi. Bahkan, pengungsi menilai seruan itu adalah bukti bahwa Presiden SBY tidak memahami "peta" korban lumpur.
"Perintah untuk segera menyelesaian pengungsi masih masih bertahan di Pasar Porong hingga hari ini, adalah bukti bahwa SBY tidak memahami "peta", karena kami menolak Perpres no.14 tahun 2007 yang berisi pembayaran 20 persen ganti rugi. Kami menginginkan 50 persen, karena itu yang paling adil," kata Abimanyu, dari Paguyuban Rakyat Desa Renokenongo yang ada di pengungsian pada The Jakarta Post, Rabu (26/06) ini.
Abimanyu meminta SBY mengetahui bahwa masyarakat korban lumpur Lapindo saat ini sudah terpecah belah menjadi beberapa golongan. Ada yang sepakat dengan pembayaran 20 persen seperti yang diamanatkan Perpres 14 tahun 2007, ada yang menolak sama sekali, tapi juga ada yang menuntut pembayaran lebih tinggi sekitar 50 persen plus 30 hektar lahan. "Yang sampai saat ini bertahan di pengungsian adalah yang meminta 50 persen plus 30 hektar lahan, kalau mau menyelesaikan, bayar tuntutan kami," kata Abimanyu.
Jumlah 50 persen ganti rugi itu dituntut karena nilai itu adalah nilai yang masuk akan untuk membangun rumah dan memulai membangun sandaran hidup dengan membuka lapangan pekerjaan yang sudah hilang karena lumpur Lapindo. Sementara lahan 30 hektar itu adalah lahan ganti rugi milik warga Renokenongo yang sudah terandam lumpur.
Karena tuntutan yang berbeda itulah, pengungsi di Pasar Baru Porong menilai perintah SBY kepada Pemkab dan Pemprov untuk menyelesaikan tuntutan pengungsi yang hingga saat ini masih bertahan, hampir pasti tidak akan terlaksana. Buktinya, hingga Rabu sore, belum ada satu pun aparat pemerintah yang mendatangi pengungsian untuk mengajak bicara pengungsi. Seperti yang diperintahkan SBY.
Abimanyu khawatir, selama ini SBY mendapat informasi yang salah. Beberapa perwakilan yang mengaku warga korban lumpur dan datang ke Jakarta, termasuk yang datang ke kediaman SBY di Cikeas Bogor, tidak representasi korban lumpur sebenarnya. "Sepertinya ada kesengajaan untuk menutupi fakta sebenarnya kepada SBY, mungkin karena keboborokan penenganan akan terbongkar bila presiden benar-benar paham dengan apa yang terjadi," kata Abimanyu.
Foto: Potret pengungsi di Pasar Baru Porong, Rabu (27/06).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar