"Silahkan masuk,..maaf saya sedang berbaring." Sapaan hangat itu menyapa The Jakarta Post, ketika mengunjungi Irwanto, Ph.D, di kamar 1015 Shangri La Hotel Surabaya, di sela-sela acara Pertemuan Nasional ke-3, 4-8 Pebruari ini. Di atas spring bed, laki-laki berusia 50 tahun itu melakukan terapi pemijatan. Kedua tangannya diangkat tegak lurus, saling memijat. "Ini adalah terapi yang biasa saya lakukan setiap hari," katanya.
Berbicara soal penanggulangan HIV&AIDS di Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari kiprah Irwanto, Ph.D. Laki-laki kelahiran Purwodadi-Grobogan, Jawa Tengah 28 Pebruari 1957 lalu itu adalah aktivis generasi pertama penanggulangan HIV&AIDS di Indonesia. "Bagi saya, penanggulangan drug dan HIV sudah menjadi persoalan personal," kata Irwanto pada The Post.
Keterlibatan Irwanto dalam persoalan HIV&AIDS diawali dengan keberangkatan bapak dua anak itu ke Purdue University Amerika Serikat pada tahun 1988. Di Negara Paman Sam itu, kehidupan Irwanto dikelilingi oleh orang-orang yang terinfeksi HIV. Awalnya saya tidak tahu kalau mereka positif HIV, tapi lama-lama semua terungkap, orang-orang di sekeliling saya adalah orang yang hidup dengan HIV," kenangnya.
Berada di tengah-tengah pengidap HIV positif menyadarkan Irwanto betapa penting memperlakukan pengidap HIV dengan kewajaran. Apalagi di tahun-tahun itu, Amerika sedang dipusingkan dengan isu HIV&AIDS Ryan White yang berjuang menghapus diskriminasi. "Ryan White benar-benar menjadi pembelajaran, di Indonesia isu HIV&AIDS dan penyakit menular lain seperti Hepatitis A dan B belum direspon positif," kata lulusan Universitas Gadjah Mada Jogjakarta jurusan psikologi tahun 1979 itu.
Kembali ke Indonesia, cobaan menerpa keluarga Irwandi dan istrinya, Irene Indrawati Raman. Kelahiran anak ke 2 mereka, Indy Irwanto divonis dokter terjangkit Hepatitis B. Bahkan diperkirakan, umur anaknya tidak sampai satu tahun. "Setelah dicheck, ternyata semua anggota keluarga terjangkit Hepatitis B," kenangnya. Padahal semua itu isapan jempol belaka. Hepatitis tidak separah yang diperkirakan.
Di sisi lain, problem besar kembali mengancam. Salah satu adik Irwandi menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Hampir setiap hari, Irwanto dipusingkan dengan adiknya yang terjerat narkoba. Tidak terhitung berapa kali Irwanto diancam bunuh oleh bandar dan rentenir yang menagih hutang. "Adik saya sempat sembuh dan hidup normal, tapi semua hal buruk yang dialami adik saya tidak pernah saya lupakan," jelas lulusan Child Development and Family Studies, Purdue University, USA tahun 1992 ini. Meskipun pada pertengahan tahun 1993, sang adik kembali terjerat narkoba, hingga meninggal dunia.
Ketidakpahaman mayoritas masyarakat Indonesia pada penyakit menular, ditambah lagi dengan terjeratnya keluarga dengan narkoba, membuat Irwandi sangat "dendam" dengan narkoba dan semua problem turunannya. HIV adalah salah satunya. Pertemanannya dengan Dr.Syamsu Rizal Jauhari dan Dr. Zubirin Djoerban menyadarkan alumni Drug counseling, Life Education Foundation, Sydney, Australia tahun 1986 ini tentang kedekatan narkoba dengan HIV.
Didukung beberapa aktivis HIV&AIDS lain, Irwanto memprakarsai pertemuan di Cipanas, Jawa Barat pada tahun 1998. Dalam forum itu terungkap, kondisi yang tidak berbeda dengan di Australia dan Thailand. "Yaitu kedekatan antara narkoba dan HIV yang seringkali berada dalam wilayah anak muda," katanya. Forum itu juga yang memprakarsai terbentuknya Badan Koordinasi Narkoba Nasional (BKNN).
BKNN itu sempat bertemu dengan Mantan Presiden BJ Habibie untuk berbicara strategi program penanggulangan narkoba secara nasional. Meski akhirnya program dengan pemerintah tidak terealisasi, justru pemerintah membuat institusi baru bernama Badan Narkotika Nasional (BNN) yang dikendalikan oleh Kepolisian RI. "Seluruh aktivis menarik diri dari program nasional itu, dan bergerak sendiri-sendiri melalui LSM atau NGO," katanya.
Tahun 2002, Irwanto mendirikan Kios Atma Jaya. NGO yang bernaung di bawah Lembaga Penelitian Atma Jaya itu memperkenalkan bagaimana melakukan proses penyuntik dengan aman kepada injection drug user (IDU). "Kami memilih untuk mengurus para drug user karena masyarakat sudah membuang mereka," kata Irwanto. Berinteraksi dengan drug user, bukan hal yang mudah. Terutama bagaimana cara meyakinkan pengguna narkoba suntik itu untuk bisa percaya pada aktivis Kios Atma Jaya.
Di satu sisi, polisi dan masyarakat pun menjadi ancaman. Mereka berpikir Kios Atma Jaya melegalkan narkoba. Ancaman dan caci maki bagai sarapan sehari-hari. "Padahal sama sekali tidak, kami hanya ingin para drug user diperlakukan secara manusiawi," katanya. Tidak adanya tempat bagi aktivis Kios Atma Jaya melakukan aktivitas di luar sekretariat membuat aktivis Kios Atma Jaya sering memberikan pelatihan di emperan toko.
Beruntung, pelan-pelan akhirnya masyarakat sadar, bahwa yang dilakukan aktivis Kios Atma Jaya justru berdampak positif. Saat ini ada 3000 IDU yang terlibat aktif di Kios Atma Jaya. Sesuai perkembangannya, Kios Atma Jaya melebarkan bidang garapnya. Mulai program bleaching hingga Homecare bagi pengidap HIV.
Irwanto menilai, menangani drug user dan HIV&AIDS memang bukan program singkat. Karena pengguna narkoba seringkali mengalami relaps/kambuh beberapa kali. "Sembilan puluh persen pengguna narkoba selalu mengalami relaps, dan hal itu bisa berlangsung hingga tujuh kali relaps," ungkap pengajar aktif di Health Consequences of Illicit Drug Use ini.
Sayangnya, seluruh perjuangan Irwanto dalam bidang IDU dan HIV&AIDS ini sempat menghadapi cobaan berat ketika tahun 2003, dirinya mengalami malpraktek. Saat itu Irwanto yang mengalami sakit di dada kiri divonis mengalami penyumbatan darah. Dokter di salah satu RS di Jakarta memberikan obat streptokinase yang disuntikkan melalui infus. "Dua jam setelah Obat itu diberikan saya lumpuh, pembuluh darah di tengkuk pecah," kata Irwanto.
Ironisnya, beberapa dokter di Jakarta yang ditemui pun salah salah diaknosa dengan mengatakan Irwanto terserang Cyto Megalo Virus atau CMV. Aktivis Family Health International Advisor on Injecting Drug Use ini pun divonis tidak akan berumur panjang. "Keluarga saya tidak menyerah, saya memutuskan untuk berobat di SIngapura, ketika itu semua terungkap, hasil diagnosa dokter di Indonesia salah total," katanya. Nasi sudah menjadi bubur. Irwanto pun menjalani hari-harinya di atas kursi roda.
Show must go on. Meski berada di kursi roda, kesibukan sebagai aktivis terus dilakukan. Berbagai penghargaan pun diraih. Termasuk Aktivis Generasi Pertama Penanggulangan HIV AIDS dari Pertemuan Nasional ke-3 HIV&AIDS di Surabaya. "Saya harap masyarakat terus melawan drug dan HIV, apapun keadaannya," katanya.***
---------
BIOGRAPHY
---------
Irwanto, Ph.D.
Jalan Kutilang Raya Blok L7/14
Bintaro Jaya Sektor 2
Tangerang 15224
Indonesia
--------------------
Personal Information
--------------------
Birth date : 28 February 1957
Place of birth : Purwodadi-Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia
Marital Status : Married
Spouse : Irene Indrawati Raman
Dependents : Astrid Irwanto (F, 21 years old)
Indy Irwanto (F, 16 years old)
---------
Education
---------
1979 BS Psychology, Gadjah Mada University, Yogyakarta Indonesia
1982 doktorandus (drs), Psychology, Gadjah Mada University, Yogyakarta Indonesia
1990 MSc., Child Development and Family Studies, Purdue University, USA
1992 Ph.D., Child Development and Family Studies, Purdue University, USA
2002 Postdoctoral fellow, Department of Community Health, University of Illinois at Chicago, USA
--------------
Other training
--------------
1986 Drug counseling, Life Education Foundation, Sydney, Australia
1998 Life skill-education, WHO, Geneva, Switzerland
------------------------------------
Employment and other job assignments
------------------------------------
1983-1985 Researcher, Atma Jaya Catholic University Research Center, Jakarta
1985-1988 Head, Studio for Educational Technology, Atma Jaya Catholic University, Jakarta
1993-1998 Director, Center for Societal Development Studies, Atma Jaya Catholic University, Jakarta
2002-now Chairperson, Atma Jaya Research Institute, Jakarta
2001-2002 Head of Research and Development, Jakarta Provincial Narcotic Board
1983-1988 Lecturer on educational and developmental psychology, Faculty of Teacher Training (undergraduate), Atma Jaya Catholic University, Jakarta
1993-now Lecturer on various undergraduate courses (Child abuse, social intervention, peace psychology), Faculty of Psychology, Atma Jaya Catholic University, Jakarta
2005-now Lecturer on Trauma and Recovery + Positive Aging, post graduate program, Faculty of Psychology, Atma Jaya Catholic University
1995-now Lecturer on Counseling Skills (undergraduate) , Department of Social Welfare, Universitas Indonesia
1998-2003 Lecturer on Social policies in child protection (post graduate), Department of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Indonesia
2005-now Lecturer on Planned Change in Human System (post Graduate), Department of Social Welfare, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Indonesia
2006 Head Center for Disability Studies, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Indonesia, Depok.
2005-present UNICEF master trainer for Indonesian Army on Child protection issues in armed conflict
2005-present UNDP temporary advisor on HIV/AIDS and Livelihood
2005-present Family Health International Advisor on Injecting Drug Use
2004-2005 UNICEF trainer on Child protection Issues in Emergency Situations
1994-present ILO/IPEC resource person and consultant on child labour issues
1996-2002 Member of Indonesian Country Representative on Global Movement Against Sexual Exploitation of Children
1998-2002 Member of Indonesian Country Representative on Protection of Children in Armed Conflict
1998-2003 Trainer and facilitator on Peace Building and Conflict Resolution among children in post-conflict areas (Jakarta, Ambon, North maluku) sponsored by UNICEF and UNESCO
2000-2002 UNAIDS temporary advisor on Injecting Drug Use and HIV/AIDS
2003 Writer and consultant for the National Bureau of Planning on National Development program for Indonesian Children 2005-2015
2005-present Member of panel of experts on Anti-Trafficking in Person Bill
------------------
Community Services
------------------
1998-2003 Trainer for Senior High School teachers and students on peace building and conflict resolution
1995 Founder of BANDUNGWANGI Foundation in Jakarta, an NGO managed by ex-sex workers to assist sex workers (including prostituted children) to deal with the hazards of their profession and to provide opportunities to get out of it.
1997 Founder of KAKAK Foundation in Solo, Central Java. This is an NGO focusing their attention on children as consumers.
2000 Founder of PULIH Foundation, a trauma recovery center in Jakarta.
2002-2003 Program Director of KIOS, a field station outreaching Injecting Drug Users in Jakarta
2004-2005 President, National Coalition Against Sexual Exploitation of Children
2004-present Trainer on Health Consequences of Illicit Drug Use
------
Awards
------
Fulbright-Hays Scholarship for a graduate study at the Dept. of Child Development and Family Studies, Purdue University, West Lafayette, IN – USA in 1988-1992
UNICEF Recognition award for advocacy work on mother-child survival issues 2000.
Fogarty International (NIH) Fellowship Award for a post doctoral training in the Department of Community Health, University of Illinois at Chicago – USA in Summer 2002.
2005 Indonesia National Aids Commission Recognition Award for commitment and dedication to working on HIV/AIDS issues.
2005 National Narcotic Board Award for pioneering work on providing assistance to Injecting Drug Users.
---------------------
Selected Publications
---------------------
Yatim, D., Irwanto (eds. - 1987). Kepribadian, keluarga dan Narkotika: Tinjauan sosial-psikologis (Personality, Family, and Drug Abuse:A social psychology perspective). Jakarta: Arcan.
Natakusumah, A., Irwanto, Piercy, F.P., Lewis, R.A., Sprenkle, D., & Trepper, T. (1992). Cohesion and adaptability in families of adolescent drug abusers in the United States, Journal of Comparative Family Studies, 23(3):389 411.
Irwanto (1990) Family systems of adolescent drug abusers: An Indonesian American cross national study. Unpublished Master of Science thesis. Departement of Child Development and Family Studies. West Lafayette, IN: Purdue University.
Irwanto (1992) Relational dynamics of families with drug abusing adolescents: A qualitative analysis of conversations. Unpublished Doctoral Dissertation. Department of Child Development and Family Studies. West Lafayette, IN: Purdue University.
Irwanto, Gunawan, E., & Tim PTIK (1994). Pengetahuan dasar Penyalah gunaan Narkoba (Basic Information on Drug Abuse) . Jakarta: IFCU-GRITO & Pusat Penelitian Atma Jaya.
Irwanto, Sitohang, S., & Pramono, H. (1994). Medical students' knowledge and attitudes on HIV infection and AIDS: A survey of 7 medical colleges in Jakarta. Unpublished research monograph. Jakarta: Atma Jaya Research Centre and Private Agency Collaborating Together.
Irwanto, Pardoen, S.R., Sitohang, S., Habsyah, A.H., & Moeliono, L. (1995). Child Labor in three Metropolitan cities. Jakarta: UNICEF & ILO/IPEC.
Irwanto (1995). A review of the life styles of street children in Jakarta: Toward the development of STD and HIV prevention programmes. Unpublished monograph. Atmajaya Research Center-PACT.
Irwanto, Martini, T., Wutun, Y., Prihartono, J., Marina, K., Sutyanto, B., Susanti, E., & Jalal, M. (1998). Children in prostitution: Case studies in Jakarta, West Java, and East Java. Jakata: IPEC-ILO.
Irwanto, Purwandari, K., & Hardee, K. (1998). In the shadow of men: Women’s psychological well-being and family planning in Indonesia. Journal of Population, 4(2), p. 87-110.
Irwanto, Farid, M. & Anwar, J. (1998). Situational analysis of children in need of special protection. Jakarta: CSDS Atma Jaya & UNICEF.
Irwanto (1998). Perkiraan pengaruh krisis moneter dan bencana alam kekeringan terhadap anak dan remaja yang membutuhkan perlindungan khusus. Dalam R. Rusman, dkk. (Ed.). Prihatin lahir batin: Dampak krisis moneter dan bencana El Nino terhadap masyarakat, keluarga, Ibu dan anak di Indonesia dan pilihan intervensi. Edisi 2. Jakarta: Puslitbang Kependudukan dan Ketenaga kerjaan LIPI bekerjasama dengan UNICEF (h. 99-124).
Irwanto, Martini, T., Wutun, Y., Prihartono, J., Marina, K., Sutyanto, B., Susanti, E., & Jalal, M. (1998). Children in prostitution: Case studies in Jakarta, West Java, and East Java. Jakata: IPEC-ILO
Adjisuksma, C.R. & Irwanto (1999). Bersikap tegas dalam mencegah PMS dan HIV/AIDS: Modul pelatihan untuk. Jakarta: PERDHAKI.
Irwanto & Natalia, D. (1999). Membangun Budaya Damai tanpa kekerasan (Building a culture of peace without violence). Jakarta: UNICEF and UNESCO.
Enggleston, E., Wong, E.L., Hardee, K., Irwanto, Poerwandari, K.E., & Severy, L.J. (2001). Measuring women’s psychological well-being in Indonesia. Women and Health, Vol 32 (4): 17-32.
Irwanto, Hendriati, A., & Hestyanti, Y.R. (2001). Alternative approaches to education in Indonesia. Paris: UNESCO.
Irwanto et al. (2001). Trafficking of children in Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia and ILO-IPEC.
Irwanto (2001). The situation of drug use and abuse in Indonesia: Some warning signs. CWG-NIDA, Washington, DC.
Irwanto (2002). Issues in CSEC in Indonesia: Some existing evidence. Hakiki, 4(5): 1-10
Irwanto (2003). The role of families in drug use and abuse: learning from debates in North America. Majalah Kesehatan Perkotaan, 10(1):
Irwanto (2003). National initiatives to prevent sexual exploitation of children in Tourism. New York: UNWTO.
Irwanto (2004). People in the shadow. Victims of development in Indonesia. In U. Butalia (Ed.). The Disenfranchised: Victims of development in Asia. Hongkong: ARENA Press (p. 7-60).
Irwanto & Sarasvita, R. (2004). Children in drug trafficking in Indonesia. Jakarta: ILO/IPEC.
Irwanto (2004). People in the shadow. Victims of development in Indonesia. In U. Butalia (Ed.). The Disenfranchised: Victims of development in Asia. Hongkong: ARENA Press (p. 7-60).
Irwanto & Sarasvita (2005). Drug use prevention: A structural approach. Jakarta: Provincial Narcotic Board.
Irwanto (2005). Ringkasan: hasil: Pembelajaran aspek teknis program pencegahan HIV/AIDS pada kelompok IDU (Lessons learned on HIV/AIDS prevention among IDUs). Jakarta: Monograph for ASA/FHI
Irwanto (2006). Indonesia facing illicit drug challenges. Development Bulletin, No 69 (February): p. 44-48.
Irwanto & Nurpatria, I. (2005). Modul Pelatihan PNBAI 2015 (Training Manual for the National Programme for Indonesian Children 20015). . Jakarta: Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.
Irwanto (2006). Focus Group Discussion: A simple manual. Jakarta: Yayasan Obor.
Irwanto, Setyawibawa, D., Prakosa, H. (2006). Modul Memetakan dan Meretas Perdagangan Manusia (Training Module on Mapping and Abolishing Trafficking in Person). Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan.
Irwanto & Moeliono, L. (2006). Participatory rapid assessment of services for people with HIV/AIDS in four provinces. Jakarta: WHO & UNAIDS.
Irwanto (2006). At the end of the rainbow: Social cultural forces shaping Indonesian children. New York: Sesame Workshop.
-------
Contact
-------
Atma Jaya Research Institute
Jl. Jenderal Sudirman 51
Jakarta 12930
Indonesia
Tel/Fax: 6221 5727461 or e-mail: [email protected]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar