25 Februari 2007

Arca prasejarah berserakan di Kediri, Jawa Timur


Sosok Dewa Brahma.

Hantaman mata ganco Maksum terhenti, ketika ujung mata alat pemecah batu itu menghantam sebuah benda keras. Detak jantung laki-laki warga Besuk, Kediri Jawa Timur itu pun seakan terhenti. "Semua gambaran yang saya lihat di mimpi itu ternyata benar, ada sesuatu di dalam tanah," kata Maksum, pada The Jakarta Post, mengawali kisahnya.

Pelan-pelan, laki-laki berusia 48 tahun itu menggali tanah di sekitar batu itu dengan tangannya. Bentuk asli batu yang ternyata berupa mahkota itu mulai terlihat. "Saya segera memanggil teman-teman dan meminta mereka ikut membantu. Tak lama setelah itu bentuk patung dengan empat kepala pun terlihat, itu patung Dewa Brahma," kenang Maksum.

Kejadian Sabtu (20/01) sore sekitar pukul 17.00 WIB itu hingga kini masih terbayang dibenak laki-laki yang berprofesi sebagai kuli angkut pasir ini. Karena saat itulah momentum di mana pertama kali Maksum membuktikan wangsit yang didapatkannya dalam mimpi itu menjadi kenyataan.


Reruntuhan Sendang Tirta yang hingga kini masih mengeluarkan air.

BERAWAL DARI BISIKAN GAIB

Maksum menceritakan, beberapa malam sebelum ditemukannya patung Dewa Brahma itu, Maksum selalu bermimpi diajak jalan-jalan oleh seorang laki-laki berpawakan keturunan India. Sosok yang diyakini sebagai perwujudan Dewa Brahma itu mengajak Maksum berjalan-jalan di persawahan di Desa Gayang, Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri yang selama ini merupakan lokasi tempatnya bekerja sebagai kuli angkut pasir.

"Anehnya kawasan tempat saya bekerja itu, di dalam mimpi saya berubah menjadi kawasan kerajaan, lengkap dengan istana, hingga tempat pemandian raja beserta anak-anaknya," keta Maksum. Di mata laki-laki yang kini lebih banyak mengenakan udeng (penutup kepala khas Jawa) ini, keindahan kerajaan itu membuatnya enggan untuk kembali ke "dunia" nyata. "Mungkin ini tampak seperti khayalan, tapi hal itulah yang saya impikan," katanya.

Dalam mimpi itu, Dewa Brahma mengatakan bahwa dirinya akan "terlahir" kembali menjelang malam tahun baru Jawa atau yang dikenal sebagai Malam Satu Suro. "Saya tidak pernah mengatakan hal ini kepada siapa pun, karena saya yakin, tidak akan ada orang yang mempercayai cerita saya, hingga akhirnya patung Dewa Brahma saya temukan," katanya.

Dewa Brahma pun diangkat dari dalam tanah. Patung berbentuk orang yang sedang bermeditasi itu memiliki tinggi sekitar satu meter, dengan dasar patung berbentuk persegi empat. Empat kepala patung menghadap ke empat penjuru berbeda berpadu dengan ornamen-ornamen jaman kerajaan yang terpahat di sekitar patung. Sebuah ceret wadah air terdapat di sebelah kiri patung itu.

Ditemukannya Patung Dewa Brahma memicu pencarian patung yang lain. Dengan bersemangat, warga menggali tanah di sekitar lokasi penemuan Patung Dewa Brahma. Dalam waktu kurang dari satu bulan, beberapa patung pun ditemukan. Mulai patung Lembu Andini atau Nandi yang ditemukan sebelah selatan patung Dewa Brahma, Patung Dewi Durga Mahesa Sura Mandini ditemukan tergeletak di sebelah timur patung lembu Andini. "Juga ada patung Lingga berbentuk persegi panjang yang posisinya agak jauh," kata Maksum.


Penduduk desa sedang membersihkan arca prasejarah.

TERUS DITELITI

Penemuan berbagai arca prasejarah di Kediri "memaksa" Balai Penyelamatan Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan untuk melakukan penelitian. Sebuah tim penelitian pun diberangkatkan lokasi penemuan untuk melakukan rekonstruksi penemuan arca dan kemungkinan adanya penemuan lain. Penelitian itu sekaligus membuktikan keaslian arca yang sempat diduga sebagai arca palsu.

Bentuk arca yang bila dilihat dengan mata telanjang tampak seperti baru. Beberapa warga Kabupaten Kediri yang menyaksikan dari dekat arca itu memiliki keraguan tentang keaslian arca sebagai barang bersejarah. "Bentuknya seperti patung baru, hal itu terlihat dari pinggir patung yang masih bersih dan jenis batunya," kata Eddy, warga Kediri.

Sayangnya, proses penelitian itu pun terkendala. Tim peneliti yang datang ke lokasi penemuan arca, Jumat (16/02) lalu dan membawa tiga patung, Dewa Brahma, Lembu Andini dan Dewi Durga Mahesa Sura Mandini, ditolak oleh warga. Warga khawatir patung-patung itu akan ditukar dengan patung serupa namun palsu.

Proses dialog pun dilakukan. Hingga akhirnya warga hanya mengijinkan tim untuk membawa satu patung. Dengan syarat, tim BP3 me membuat surat pernyataan akan mengembalikan arca tersebut setelah dua minggu. "Jumat ini Patung Dewa Brahma akan dikembalikan ke Desa Gayam," kata Maksum, penemu patung Dewa Brahma pada The Post. Setelah patung Dewa Brahma dikembalikan, tim BP3 diperkenankan untuk meneliti patung yang lain.

Hingga saat ini, penelitian oleh tim BP3 masih dilakukan di kantor BP3 Trowulan Mojokerto. Prapto Saptono, Kepala Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan BP3, Trowulan, Mojokerto menjelaskan, penelitian itu akan berlanjut dengan penelitian yang lain. "Saat ini penelitian masih dilakukan," katanya.


Ratusan orang terus berdatangan ke lokasi ditemukannya arca.


Patung Lembu Andini.

PENDAPATAN SAMPINGAN

Berita pun menyebar. Penduduk kabupaten yang terkenal dengan produksi Tahu Kediri ini berbondong-bondong menyaksikan penemuan itu. Media lokal di daerah berjarah sekitar 150 KM dari Surabaya pun memblowup pemberitaan itu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, daerah yang awalnya sepi dan terpencil itu pun berubah menjadi ramai oleh penduduk yang lalu lalang ke daerah itu.

Di lokasi penemuan, yang berada di kawasan perkebunan tebu itu dipenuhi dengan pedagang kaki lima. Berbagai permainan khas pun ambil bagian. "Ini adalah berkah bagi masyarakat sekitar, dengan adanya pasar rakyat ini, banyak penduduk desa yang awalnya menganggur atau tidak ada pekerjaan selain waktu panen tiba, menjadi ada pekerjaan sampingan," kata Suwono, salah satu penduduk desa.

Untuk memasuki daerah arca pun ditemukan, pengunjung harus membayar Rp.1000,- per orang. Untuk penitipan sepeda motor, penduduk sekitar mematok harga Rp.2000,-/sepeda motor. Ketika memasuki areal arca, pengunjung pun diminta memberikan sumbangan seikhlasnya. Biasanya pengunjung memberikan Rp.1000/rupiah. Selain itu, ada air bertuah sumber dari Sendang tirto. Untuk mendapatkan satu plastik air, pengunjung diharapkan memberikan sumbangan Rp.1000 rupiah.

Dalam waktu sehari, bisa terkumpul sampai Rp.200 ribu. Jumlah itu bisa meroket ketika hari minggu tiba. Dalam waktu satu bulan, dana yang terkumpul dan diberikan ke khas desa bisa mencapai Rp.4 juta/bulan. Itu pun sudah dipotong honor masing-masing pengelola. "Semua pendapatan ini adalah seikhlasnya, dan digunakan untuk khas desa," kata Suwono.


Pengunjung berdoa di sekitar Arca Syiwa.


Gambar keenam arca prasejarah dijual kepada pengunjung.

2 komentar:

  1. Anonim12:26 AM

    Headlinenya bikin penasaran. Setelah dibuka bertanya ternyata ga ada arca prasejarah. Yang ada arca jaman sejarah, jaman nenek moyang kita sudah kenal tulisan di jaman kerajaan kediri. Peninggalan pra sejarah kediri jarang ditemukan. Jadi tolong dikoreksi judulnya . sama penggunaan kata prasejarah dalam konten/isi berita tidak tepat. Tapi bagus kok beritanya

    BalasHapus
  2. Anonim7:18 PM

    Judulnya harusnya Peninggalan Sejarah bukan Peninggalan Pra-Sejarah

    BalasHapus