Aliansi untuk Pendidikan dan Keselamatan Anak mengirimkam somasi terbuka kepada Presiden RI Joko Widodo. Somasi ini terkait dengan dimulainya penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) yang melanggar sejumlah aturan perundangan.
03 September 2021
29 Juni 2020
Ada apa dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB)?
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi hiruk pikuk. Banyak cerita kegagalan calon peserta didik karena peraturan baru. Ada apa dengan PPDB? Berikut #NgobrolBareng Bukik Setiawan dari Kampus Guru Cikal dengan Iman D. Nugroho.
11 April 2020
Bagaimana PSBB dari kacamata Hak Asasi Manusia (HAM)?
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilaksanakan di Jakarta. Bagaimana pelaksanaan hal itu dipandang dari sudut pandang Hak Asasi Manusia (HAM)? Berikut #NgobrolBareng Amiruddin Al Rahab, Komisioner Komnas HAM.
21 Oktober 2019
Bahaya mengintai di Taman Sempur Bogor
Arena skateboard yang sering digunakan pula sebagai arena bermain anak-anak di Taman Sempur Bogor, seolah bahaya yang mengintai. Tidak adanya pembatas memperbesar bahaya yang mungkin datang.
01 Oktober 2019
Bila demonstran pelajar bernegosiasi dengan polisi
Pelajar kembali mendapatkan sorotan dalam demonstrasi di DPR/MPR, Senin, 30 September 2019. Dalam demonstrasi gabungan bersama buruh dan mahasiswa itu, rombongan pelajar menyita perhatian. Mereka pun ikut berorasi.
Sebelumnya, pelajar yang hadir dalam demonstrasi banyak digunjingkan, karena dinilai tidak memahami materi demonstrasi. Namun kali ini tidak demikian. Dalam rekaman terlihat, demonstran pelajar pun bernegosiasi dan tidak hanya berhura-hura dan cari "ribut" semata.
20 September 2019
Mahasiswa bergerak melawan keputusan DPR-Pemerintah
Mahasiswa bergerak! Begitulah yang terjadi Kamis (19/9) di depan Komplek Parlemen Senayan, Jakarta. Mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan Jawa Barat menggelar demonstrasi. Mereka menuntut DPR dan pemerintah membatalkan revisi UU KPK, Revisi KUHP dan revisi UU lain yang dilakukan dengan mengabaikan masukan publik.
Dalam demonstrasi yang berlangsung damai itu, mahasiswa menutup jalan Gatot Subroto di depan DPR/MPR dan hanya menyisakan jalan khusus TransJakarta. Bagi mahasiswa, langkah yang dilakukan DPR dan Pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo pada perundang-undangan, justru akan semakin menyengsarakan rakyat.(*)
03 Agustus 2019
21 Juli 2019
09 Januari 2019
02 Januari 2019
30 Oktober 2016
INI CARA MELAWAN AJAKAN KEKERASAN
Video berantai yang menjadi viral ini cukup pas menggambarkan ajakan melawan kekerasan. Caranya, dengan menolak ajakan itu. Video yang menarik!
SRI SETIANINGRUM
AYO MENCEGAH KEBAKARAN
Mencegah bencana kebakaran karena listrik bisa dilakukan, asalnya ada pemahaman apa penyebab utama kebakaran, dan bagaimana solusi bila kebakaran sudah terjadi. Video pendek ini berisi hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah kebakaran. Semoga berguna.
ID NUGROHO
21 Oktober 2016
DUA TAHUN JOKOWI, BERHARAP ADA PERBAIKAN
Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla sudah berusia dua tahun. Banyak yang sudah diraih, tapi juga masih tersisa bertumpuk pekerjaan rumah. Video ini berisi ungkapan harapan berbagai kalangan pada Pemerintahan Jokowi-JK. Semoga didengar dan dilaksanakan.
ID NUGROHO
20 September 2011
Wartawan vs Siswa SMA, kesalahan kita semua,..
*photo by Kompas.com |
19 April 2011
Mau Summer Course ke Belanda gratis?
Punya mimpi merasakan sendiri pengalaman Summer Course di salah satu Universitas terbaik di dunia dan bertemu dengan teman-teman dari mancanegara? Cukup dengan menulis maksimal 500 kata kamu bisa mewujudkan impian tersebut.
06 April 2011
Bila pecinta manga berkumpul
Sekitar 30 remaja akan mengikuti workshop bersama dengan penggambar Manga dari Jerman, Inga Steinmetz dan Natalie Wormsbecher dari 15 sampai dengan 20 April 2011. Acara yang digelar atas prakarsa Goethe-Institut itu akan diikuti oleh siswa-siswi dari Sekolah Mitra dari seluruh Indonesia.
07 Februari 2011
Alunan biola dalam novel empat seri
Iringan biola yang dimainkan Filesky dan aksi teaterikal Indri dari jurusan Teater SMKN 9 mengiringi peluncuran The Souls: Moonlight Sonata, tetralogi pertama novel karya Wina Bojonegoro di Metropolis Room, Graha Pena, Surabaya, Sabtu (5/2) lalu.
Jika ada orang bilang bahwa tugas sastra di antaranya adalah untuk memperhalus sebuah pesan dan makna serangkaian kejadian, The Souls: Moonlight Sonata berhasil melakukan tugas ini secara baik.
Lebih dari sekadar mengungkap serangkaian kejadian, Wina Bojonegoro membuat novel ini menjadi sebuah perayaan imajinasi dan kekayaan rasa antara kepolosan, perkara hidup, cinta, dan kasih sayang yang dibalut secara apik. Kekuatan energi alam, jiwa-jiwa yang hidup, mengantarkan para tokoh memasuki dunia yang penuh haru-biru dan pergolakan. Dan, "Musiklah yang menyatukan para pecinta dan cintanya".
The Soul adalah novel 4 seri yang berkisah tentang perjalanan sebuah warisan biola selama 7 turunan generasi. Dia datang untuk mencari garis darah, dimana cinta dan kasih sayang dipertanyakan sepanjang hidup seorang anak manusia.
Moonlight Sonata adalah serpihan pertama. Berkisah tentang biola yang menjadi alat pemersatu bagi anak-anak manusia. Kelahiran yang tak dikehendaki pun berubah menjadi sebuah entitas yang mewarnai kehidupan seorang perempuan muda bernama Padmaningrum.
Endang Winarti yang lebih akrab dipanggil Wina Bojonegoro, memang seorang cerpenis yang berasal dari kota Bojonegoro. Dalam The Souls, Ia merangkai cerita tentang kehidupan Padmaningrum yang menggelinding kearah berbeda seiring perjalanan sang biola bersejarah yang memiliki perjanjian leluhur.
Ketenaran dan kemahiran akhirnya justru menggelinding kearah jurang kiamat. Prestasi dan ketenaran yang semula direncakan sebagai medan magnit bagi sang ayah, ternyata menjadi medan magnit bagi cinta lain, cinta yang absurd. Tapi toh roda kehidupan harus terus berjalan, perjuangan belum selesai. Hidup baru saja dimulai, meskipun berdarah. Kata siapa kematian adalah akhir? Bagi James dan Padma, kematian justru awal segalanya.
Dr. Sugeng Susilo Adi, M.Hum.,M.Ed , Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya yang menjadi testimoner pembaca novel The Souls mengatakan,"Membaca Wina Bojonegoro ini adalah membaca rangkaian kata-kata hidup yang magis mengalir lewat kalimat yang tali-temali menjadi paragraf yang hidup pula.
Dan, yang paling saya suka dari tulisan Wina Bojonegoro adalah monolog 'aku' bahwa apa yang ada di dalam hati sang 'aku' dia tampilkan dalam rangkaian kata-kata magis yang sangat-sangat enak disimak. Ungkapan perasaan 'aku' yang dia tampilkan terkadang nakal, menggelitik, filosofis, menyindir ke-’ego’-an kita”.
Wina berharap novel pertamanya ini akan diterima baik oleh pembaca sehingga ia akan mampu menuliskan serial selanjutnya dari The Soul.
Jika ada orang bilang bahwa tugas sastra di antaranya adalah untuk memperhalus sebuah pesan dan makna serangkaian kejadian, The Souls: Moonlight Sonata berhasil melakukan tugas ini secara baik.
Lebih dari sekadar mengungkap serangkaian kejadian, Wina Bojonegoro membuat novel ini menjadi sebuah perayaan imajinasi dan kekayaan rasa antara kepolosan, perkara hidup, cinta, dan kasih sayang yang dibalut secara apik. Kekuatan energi alam, jiwa-jiwa yang hidup, mengantarkan para tokoh memasuki dunia yang penuh haru-biru dan pergolakan. Dan, "Musiklah yang menyatukan para pecinta dan cintanya".
The Soul adalah novel 4 seri yang berkisah tentang perjalanan sebuah warisan biola selama 7 turunan generasi. Dia datang untuk mencari garis darah, dimana cinta dan kasih sayang dipertanyakan sepanjang hidup seorang anak manusia.
Moonlight Sonata adalah serpihan pertama. Berkisah tentang biola yang menjadi alat pemersatu bagi anak-anak manusia. Kelahiran yang tak dikehendaki pun berubah menjadi sebuah entitas yang mewarnai kehidupan seorang perempuan muda bernama Padmaningrum.
Endang Winarti yang lebih akrab dipanggil Wina Bojonegoro, memang seorang cerpenis yang berasal dari kota Bojonegoro. Dalam The Souls, Ia merangkai cerita tentang kehidupan Padmaningrum yang menggelinding kearah berbeda seiring perjalanan sang biola bersejarah yang memiliki perjanjian leluhur.
Ketenaran dan kemahiran akhirnya justru menggelinding kearah jurang kiamat. Prestasi dan ketenaran yang semula direncakan sebagai medan magnit bagi sang ayah, ternyata menjadi medan magnit bagi cinta lain, cinta yang absurd. Tapi toh roda kehidupan harus terus berjalan, perjuangan belum selesai. Hidup baru saja dimulai, meskipun berdarah. Kata siapa kematian adalah akhir? Bagi James dan Padma, kematian justru awal segalanya.
Dr. Sugeng Susilo Adi, M.Hum.,M.Ed , Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya yang menjadi testimoner pembaca novel The Souls mengatakan,"Membaca Wina Bojonegoro ini adalah membaca rangkaian kata-kata hidup yang magis mengalir lewat kalimat yang tali-temali menjadi paragraf yang hidup pula.
Dan, yang paling saya suka dari tulisan Wina Bojonegoro adalah monolog 'aku' bahwa apa yang ada di dalam hati sang 'aku' dia tampilkan dalam rangkaian kata-kata magis yang sangat-sangat enak disimak. Ungkapan perasaan 'aku' yang dia tampilkan terkadang nakal, menggelitik, filosofis, menyindir ke-’ego’-an kita”.
Wina berharap novel pertamanya ini akan diterima baik oleh pembaca sehingga ia akan mampu menuliskan serial selanjutnya dari The Soul.
20 Januari 2011
Soekarno-Kartosoewirjo dalam "Satu-7-an"
oleh: Diana AV. Sasa
Surabaya memang kota orator. Kota ini pernah melahirkan singa-singa podium dengan suara menggetarkan di mimbar-mimbar terbuka. Di kota ini, Sukarno, tokoh pendiri Partai Nasional Indonesia dididik bagaimana menjadikan orasi sebagai sebentuk teater kesadaran.
Di kota ini, Semaun, tokoh Partai Komunis Indonesia itu belajar dari guru yang sama bagaimana mempengaruhi massa dengan pidato-pidato yang menggetarkan. Kartosoewirjo, pendiri dan panglima perang NII/DI TII menghikmati khotbah di mimbar-mimbar sebagai cara merekrut dan menanamkan ideologi kepada kader.
Ketiga pendiri ajaran-ajaran paling fantastik dan bersimpang jalan itu diajari oleh guru yang sama dan di kampung yang sama bagaimana orasi sebagai alat pergerakan memaklumatkan martabat, mengideologisasikan ide, dan memakzulkan kezaliman.
H.O.S. Tjkroaminoto di rumah kos pergerakan di Paneleh VII Surabaya. Ia ajarkan menulis di koran kepada tiga isi kepala yang berbeda itu. Tapi sekaligus ia ajarkan orasi semacam teater kesadaran (theatre of mind). Bagi Tjokro, orasi adalah seni pertunjukan gagasan secara terbuka di depan publik. Sebagaimana teater, orasi mestilah membutuhkan panggung, membutuhkan pengeras suara hingga terjauh, juga membutuhkan penonton.
Demikianlah, kota ini terus-menerus melahirkan oratornya. Pasca grup Paneleh VII, orator yang paling dikenang dalam sejarah nasional adalah Bung Tomo. Orator 10 November itu, bukan saja membakar arek-arek di palagan untuk sabung nyawa, tapi juga dikenang bagaimana sebuah ide jatuh dalam tindakan bersama; bagaimana sebuah suara yang diucapkan dengan selantangnya mampu menerbitkan sebuah keberanian.
DBUKU Bibliopholis di era kiwari ini berusaha menghidupkan kembali tradisi itu. Tradisi orator. Tradisi teater kesadaran. Mengikuti kronik sejarah, umumnya orasi-orasi itu dipanggungkan anak-anak muda berusia belia. DBUKU Bibliopois juga mengundang anak-anak muda berpikiran progresif itu untuk maju.
Panggung orasi DBUKU Bibliopolis ini dinamakan “Orasi Satu-7-an”. Bukan saja dilaksanakan di tiap-tiap tanggal 17 bulan berjalan, melainkan merefleksikan tanggal 17 (Agustus) sebagai tanggal revolusi Indonesia di mana orasi dari esei paling memukau, naskah Proklamasi, dibacakan oleh salah satu manusia orator yang pernah dilahirkan Surabaya dan Indonesia, yakni Sukarno.
Agar suara-suara itu menyebar luas, DBUKU merekam suara-suara yang kritis dan reflektif itu dalam pelbagai medium. Seperti brosur, keping cd, dan disiarkan berulang-lang via radio streaming sehingga terdengar ke kalangan terjauh yang terpapar oleh kabel lebar internet.
Surabaya memang kota orator. Kota ini pernah melahirkan singa-singa podium dengan suara menggetarkan di mimbar-mimbar terbuka. Di kota ini, Sukarno, tokoh pendiri Partai Nasional Indonesia dididik bagaimana menjadikan orasi sebagai sebentuk teater kesadaran.
Di kota ini, Semaun, tokoh Partai Komunis Indonesia itu belajar dari guru yang sama bagaimana mempengaruhi massa dengan pidato-pidato yang menggetarkan. Kartosoewirjo, pendiri dan panglima perang NII/DI TII menghikmati khotbah di mimbar-mimbar sebagai cara merekrut dan menanamkan ideologi kepada kader.
Ketiga pendiri ajaran-ajaran paling fantastik dan bersimpang jalan itu diajari oleh guru yang sama dan di kampung yang sama bagaimana orasi sebagai alat pergerakan memaklumatkan martabat, mengideologisasikan ide, dan memakzulkan kezaliman.
H.O.S. Tjkroaminoto di rumah kos pergerakan di Paneleh VII Surabaya. Ia ajarkan menulis di koran kepada tiga isi kepala yang berbeda itu. Tapi sekaligus ia ajarkan orasi semacam teater kesadaran (theatre of mind). Bagi Tjokro, orasi adalah seni pertunjukan gagasan secara terbuka di depan publik. Sebagaimana teater, orasi mestilah membutuhkan panggung, membutuhkan pengeras suara hingga terjauh, juga membutuhkan penonton.
Demikianlah, kota ini terus-menerus melahirkan oratornya. Pasca grup Paneleh VII, orator yang paling dikenang dalam sejarah nasional adalah Bung Tomo. Orator 10 November itu, bukan saja membakar arek-arek di palagan untuk sabung nyawa, tapi juga dikenang bagaimana sebuah ide jatuh dalam tindakan bersama; bagaimana sebuah suara yang diucapkan dengan selantangnya mampu menerbitkan sebuah keberanian.
DBUKU Bibliopholis di era kiwari ini berusaha menghidupkan kembali tradisi itu. Tradisi orator. Tradisi teater kesadaran. Mengikuti kronik sejarah, umumnya orasi-orasi itu dipanggungkan anak-anak muda berusia belia. DBUKU Bibliopois juga mengundang anak-anak muda berpikiran progresif itu untuk maju.
Panggung orasi DBUKU Bibliopolis ini dinamakan “Orasi Satu-7-an”. Bukan saja dilaksanakan di tiap-tiap tanggal 17 bulan berjalan, melainkan merefleksikan tanggal 17 (Agustus) sebagai tanggal revolusi Indonesia di mana orasi dari esei paling memukau, naskah Proklamasi, dibacakan oleh salah satu manusia orator yang pernah dilahirkan Surabaya dan Indonesia, yakni Sukarno.
Agar suara-suara itu menyebar luas, DBUKU merekam suara-suara yang kritis dan reflektif itu dalam pelbagai medium. Seperti brosur, keping cd, dan disiarkan berulang-lang via radio streaming sehingga terdengar ke kalangan terjauh yang terpapar oleh kabel lebar internet.
06 Januari 2011
Logika Demokrasi, Rakyat Mengendalikan Negara
Merphin Panjaitan | Buku | Walau pun tatanan kenegaraan kita telah disepakati sejak awal adalah negara berkedaulatan rakyat, tapi kita belum lama menerapkannya. Demokrasi dibutuhkan dan disukai, sayang, penerapan menghadapi banyak hambatan dan gangguan.
Meski demokrasi telah diterapkan lebih dari 10 tahun, ketimpangan ekonomi masih besar. Korupsi merajalela, dan ketidakadilan terjadi di semua bidang kehidupan. Melalui buku ini, saya menawarkan beberapa gagasan yang diperlukan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Diawali dengan memuat berbagai kemajuan yang telah dicapai setelah reformasi, terutama kemajuan di bidang politik, dan juga berbagai permasalahan di Bab I, berlanjut dengan diskripsi martabat manusia. Kemudian dilanjutkan dengan “kebaikan bersama” bagi rakyat seluruhnya,
Bab-bab selanjutnya, membahas penerapan martabat manusia dalam cara dan tujuan demokrasi, dalam upaya mewujudkan kebaikan bersama bagi rakyat. Berbagai gagasan untuk penanggulangan permasalahan bangsa. Antara lain: penegakan keadilan, penghapusan kemiskinan struktural, perluasan lapangan kerja, pemberantasan korupsi hingga penghentian Ujian Nasional.
Pada Bab X, berisi kesimpulan sekaligus harapan,dan perjuangan yang diperlukan demi kehidupan yang lebih demokratis, adil, dan lebih maju, sesuai dengan martabat manusia. Saya berharap, banyak warga masyarakat yang berminat belajar demokrasi membaca buku ini.
Buku yang baru terbit ini adalah buku ketiga saya. sejak menjadi dosen tetap di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia (UKI). Semoga bermanfaat.
Meski demokrasi telah diterapkan lebih dari 10 tahun, ketimpangan ekonomi masih besar. Korupsi merajalela, dan ketidakadilan terjadi di semua bidang kehidupan. Melalui buku ini, saya menawarkan beberapa gagasan yang diperlukan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Diawali dengan memuat berbagai kemajuan yang telah dicapai setelah reformasi, terutama kemajuan di bidang politik, dan juga berbagai permasalahan di Bab I, berlanjut dengan diskripsi martabat manusia. Kemudian dilanjutkan dengan “kebaikan bersama” bagi rakyat seluruhnya,
Bab-bab selanjutnya, membahas penerapan martabat manusia dalam cara dan tujuan demokrasi, dalam upaya mewujudkan kebaikan bersama bagi rakyat. Berbagai gagasan untuk penanggulangan permasalahan bangsa. Antara lain: penegakan keadilan, penghapusan kemiskinan struktural, perluasan lapangan kerja, pemberantasan korupsi hingga penghentian Ujian Nasional.
Pada Bab X, berisi kesimpulan sekaligus harapan,dan perjuangan yang diperlukan demi kehidupan yang lebih demokratis, adil, dan lebih maju, sesuai dengan martabat manusia. Saya berharap, banyak warga masyarakat yang berminat belajar demokrasi membaca buku ini.
Buku yang baru terbit ini adalah buku ketiga saya. sejak menjadi dosen tetap di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia (UKI). Semoga bermanfaat.
17 Februari 2010
Terbentuk, Asosiasi Dekan FKH se-Asia Tenggara
Humas Unair
Asosiasi Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) se-Asia Tenggara, Rabu siang (17/2) kemarin telah terbentuk, dalam sebuah sidang antar para Dekan FKH se-Asia Tenggara di kampus FKH Universiats Airlangga Surabaya. Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. Bashir, A.F.M., .Sc., DVM (Dean Faculty Veterinary Medicine University Putra Malaysia, yaitu yang memiliki ide awal, maka secara musyawarah pula Prof. Bashir terpilih sebagai President South East Asia Veterinary School Association Dean (SEAVSA) untuk kali pertama. Sidang kemarin diikuti FKH dari lima negara yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Myanmar, dan Vietnam.
Dipilihnya Unair sebagai tempat dilahirkannya SEAVSA, menurut Prof. Bashir, karena FKH Unair dianggap yang paling siap untuk menyelenggarakan pertemuan internasional ini untuk kali kedua, setelah pra-meeting di UPM Malaysia. Selanjutnya setelah lahir di Unair maka SEAVSA ini akan dideklarasikan pada 20-22 Juli 2010, sekaligus mengadakan Konggres I di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dekan FKH Unair, Prof. Romziah Sidik, PhD., DVM., dalam sambutannya mengaku sangat bangga bahwa pihaknya berhasil menyelenggarakan pertemuan internasional ini dengan lancar dan langsung menghasilkan sejarah baru bagi organisasi pimpinan FKH se-Asia Tenggara untuk pertama kalinya.
Untuk itulah setelah pemilihan pengurus, itu pun juga belum lengkap, maka akan ditindaklanjuti dengan pertemuan berikutnya. Misalnya kemarin Dr. I Wayan Teguh Wibawan, Dekan FKH IPB didaulat untuk mempersiapkan Kongres I sekaligus pendeklarasian SEAVSA. Kemudian Prof. Dr. Bambang Sumiarto, M.Sc., DVM., Dekan FKH Universitas Gajah Mada (UGM) mendapat tugas menyiapkan perancangan profil SEAVSA baik menyangkut sejarah, struktur organisasi, dan aturan lain-lain.
Dalam pemilihan pengurus secara musyawarah, kemarin terpilih secara aklamasi Prof. Dr. Bashir dari UPM sebagai President SEAVSA, sedang Prof. Romziah Sidik, Dekan FKH Unair sebagai Vice President, sedang Assoc. Prof. Dr. Sunneerat Aiumlamai, DVM., F.R.V.C.S., PhD sebagai bendahara. Sedangkan Sekjennya masih akan ditunjuk langsung oleh President terpilih, sehingga belum bisa diumumkan.
Hilangkan Dikotomi
Dekan FKH IPB, Dr. I Wayan T Wibawan mengomentasi sejarah baru bagi SEAVSA ini mengatakan sangat positif fsn fragmatis. Tidak perlu didahului MoU-MoU tetapi langsung beraksi mendirikan organisasi. Sebagai impak dari terbentuknya SEAVSA ini maka akan semakin mengakrabkan diantara dokter hewan se-Asia Tenggara, selain sebagai lembaga yang mampu meningkatkan keilmuan.
Namun yang lebih penting untuk kedepannya adalah keakraban antar dokter hewan itu akan menambah semangat dan menghilangkan dikotomi pada lulusan dokter hewan sebuah universitas. ”Artinya tidak ada penonjolan egoisme bahwa inilah dokter hewan Unair, UGM, IPB dans ebagainya, sehingga kemana saja kita senantiasa seperti ke rumah saudara sendiri. Jadi energi positifnya lebih banyak,” kata Dr. I Wayan T Wibawan.
Selain itu juga untuk menghilangkan jurang pemisah bahwa lulusan FKH sebuah universitas tua maka lebih pandai dan berkualitas dari lulusan universitas muda, karena nanti akan ada penyetaraan kualitas, kurikulum, pertukaran dosen, pertukaran mahasiswa, dsb. ”Jadi sudah bukan zamannya ini universitas tua maka lebih bagus. Kita semua tetap melihat masing-masing punya keunggulan,” kata Dekan FKH IPB itu.
| republish | Please Send Email to: [email protected] |
Asosiasi Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) se-Asia Tenggara, Rabu siang (17/2) kemarin telah terbentuk, dalam sebuah sidang antar para Dekan FKH se-Asia Tenggara di kampus FKH Universiats Airlangga Surabaya. Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. Bashir, A.F.M., .Sc., DVM (Dean Faculty Veterinary Medicine University Putra Malaysia, yaitu yang memiliki ide awal, maka secara musyawarah pula Prof. Bashir terpilih sebagai President South East Asia Veterinary School Association Dean (SEAVSA) untuk kali pertama. Sidang kemarin diikuti FKH dari lima negara yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Myanmar, dan Vietnam.
Dipilihnya Unair sebagai tempat dilahirkannya SEAVSA, menurut Prof. Bashir, karena FKH Unair dianggap yang paling siap untuk menyelenggarakan pertemuan internasional ini untuk kali kedua, setelah pra-meeting di UPM Malaysia. Selanjutnya setelah lahir di Unair maka SEAVSA ini akan dideklarasikan pada 20-22 Juli 2010, sekaligus mengadakan Konggres I di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dekan FKH Unair, Prof. Romziah Sidik, PhD., DVM., dalam sambutannya mengaku sangat bangga bahwa pihaknya berhasil menyelenggarakan pertemuan internasional ini dengan lancar dan langsung menghasilkan sejarah baru bagi organisasi pimpinan FKH se-Asia Tenggara untuk pertama kalinya.
Untuk itulah setelah pemilihan pengurus, itu pun juga belum lengkap, maka akan ditindaklanjuti dengan pertemuan berikutnya. Misalnya kemarin Dr. I Wayan Teguh Wibawan, Dekan FKH IPB didaulat untuk mempersiapkan Kongres I sekaligus pendeklarasian SEAVSA. Kemudian Prof. Dr. Bambang Sumiarto, M.Sc., DVM., Dekan FKH Universitas Gajah Mada (UGM) mendapat tugas menyiapkan perancangan profil SEAVSA baik menyangkut sejarah, struktur organisasi, dan aturan lain-lain.
Dalam pemilihan pengurus secara musyawarah, kemarin terpilih secara aklamasi Prof. Dr. Bashir dari UPM sebagai President SEAVSA, sedang Prof. Romziah Sidik, Dekan FKH Unair sebagai Vice President, sedang Assoc. Prof. Dr. Sunneerat Aiumlamai, DVM., F.R.V.C.S., PhD sebagai bendahara. Sedangkan Sekjennya masih akan ditunjuk langsung oleh President terpilih, sehingga belum bisa diumumkan.
Hilangkan Dikotomi
Dekan FKH IPB, Dr. I Wayan T Wibawan mengomentasi sejarah baru bagi SEAVSA ini mengatakan sangat positif fsn fragmatis. Tidak perlu didahului MoU-MoU tetapi langsung beraksi mendirikan organisasi. Sebagai impak dari terbentuknya SEAVSA ini maka akan semakin mengakrabkan diantara dokter hewan se-Asia Tenggara, selain sebagai lembaga yang mampu meningkatkan keilmuan.
Namun yang lebih penting untuk kedepannya adalah keakraban antar dokter hewan itu akan menambah semangat dan menghilangkan dikotomi pada lulusan dokter hewan sebuah universitas. ”Artinya tidak ada penonjolan egoisme bahwa inilah dokter hewan Unair, UGM, IPB dans ebagainya, sehingga kemana saja kita senantiasa seperti ke rumah saudara sendiri. Jadi energi positifnya lebih banyak,” kata Dr. I Wayan T Wibawan.
Selain itu juga untuk menghilangkan jurang pemisah bahwa lulusan FKH sebuah universitas tua maka lebih pandai dan berkualitas dari lulusan universitas muda, karena nanti akan ada penyetaraan kualitas, kurikulum, pertukaran dosen, pertukaran mahasiswa, dsb. ”Jadi sudah bukan zamannya ini universitas tua maka lebih bagus. Kita semua tetap melihat masing-masing punya keunggulan,” kata Dekan FKH IPB itu.
| republish | Please Send Email to: [email protected] |