Di ujung Januari 2022 ini, sengaja saya membuat seruan publik, tentang perlunya kembali memperketat protokol kesehatan. Di tulisan ini, saya menyerukan 5M untuk pemerintah.
Dari data yang resmi dirilis ke publik, jumlah orang yang terpapar Covid-19, belakangan ini kembali sangat cepat meningkat. Seruan 5M memang terdengar "garing", karena hanya mengingatkan kita semua untuk:
1. Menghindari kerumunan
2. Memakai masker (diusahakan rangkap 2)
3. Menjaga jarak (minimal 1 meter)
4. Mencuci tangan (dengan sabun/hand sanitizer)
5. Mengurangi mobilitas (di rumah saja).
Tapi saya menilai, lima poin itu bisa meminimalisir proses penularan, yang selama ini diketahui tertular melalui droplet atau percikan ludah yang didalamnya terdapat virus Covid19.
Saya juga mengingatkan soal vaksin dan booster (vaksin ketiga). Bagi saya, vaksin dan booster sangat penting untuk mengurangi efek negatif berat, saat kita terpapar Covid19.
Saya memahami bila publik memaknai seruan ini sebagai "angin lalu". Apalagi, untuk beberapa saat, Covid19 dianggap sudah "selesai" ketika jumlah orang yang terpapar Covid19 mulai turun. Apalagi ketika jumlah orang yang tervaksin semakin banyak.
Dan pandemi pun tidak lagi menjadi hal penting. Jumlah orang yang memakai masker, semakin lama semakin sedikit.
Belum lagi munculnya kebijakan pemerintah yang mulai mengendur. Tempat wisata dibuka, mal dan restoran mulai boleh beroperasi, penerbangan ke seluruh dunia dibuka, hingga pendidikan tatap muka diperbolehkan. Secara psikologi, pandemi tak lagi ada.
Kondisi semakin rumit ketika Januari ini pasien Covid19 kembali naik. Omicron, dengan segala kelebihannya, mulai menjangkiti ribuan orang di Indonesia. Nasi sudah menjadi bubur, susah mengubah sikap masyarakat yang sudah mengendur menyikapi Covid-19.
Perkantoran misalnya. Saat gelombang awal Covid19 menerjang, mayoritas kantor meresponnya dengan baik.Yang bisa bekerja di rumah (work from home-WFH), disetujui untuk WFH. Nah sekarang, apakah itu bisa dilakukan lagi?
Saya mengusulkan pemerintah melakukan 5M, khusus untuk pemerintah:
1. Menghindari ketidakpastian. Definisi soal ini sederhana saja. Misalnya, bila sudah memutuskan isolasi 14 hari, tetap 14 hari. Jangan sampai berubah-ubah.
2. Meneladani. Menyangkut poin, intinya adalah mendorong pemerintah menjadi teladan. Ini penting agar tidak ada lagi gelaran acara pemerintah yang mengundang kerumunan, sementara publik diminta tidak berkerumun.
3. Memahami konsekuensi. Ketika memutuskan pendidikan tatap muka boleh dilakukan, misalnya, harus dipahami konsekuensinya: anak-anak rentan terpapar Covid19. Mau?
4. (Tidak) “Mencuci Tangan”. Maksudnya, bertanggung jawab. Setiap keputusan pemerintah atas apapun di masa pandemi ini, baiknya dipertanggung jawabkan. Misal: lockdown sebuah area, harus memberikan solusi kebutuhan keseharian di lokasi itu. Termasuk soal vaksin dan booster. Pemerintah harus bertanggung jawab penuh atas hal ini. Pandemi belum usai.
5. Mengurangi mobilitas. Makna dari poin ini sama. Seluruh aparat hendaknya di rumah saja. Tentu saja, kecuali aparat keamanan. (*)
*foto: BNPT
No comments:
Post a Comment