Bila bencana alam benar-benar di depan mata, tak ada jalan lain selain menghadapinya. Tulisan ini coba memberikan gambaran, apa yang kira-kira akan dilakukan “orang biasa” seperti kita.
Seperti disclaimer di tulisan pertama, saya kembali ingatkan, bahwa saya bukan seseorang yang ahli di bidang kebencanaan. Saya juga bukan korban atau orang yang pernah terlibat dalam bencana alam berukuran besar. Tulisan ini disarikan dari banyak baca-baca, common sense dan obrolan dengan kawan-kawan yang selamat dari bencana.
Bayangkan, bila tiba-tiba, rumah/kantor/tempat di mana anda berada tiba-tiba bergoyang. Barang-barang di sekitar anda pun ikut bergoyang-goyang. Sebagian ada yang mulai berjatuhan. Teriakan orang-orang di sekitar anda pun mulai terdengar. Kepanikan menyergap. Kepanikan semakin bertambah bila saat itu terjadi, anda bersama keluarga atau orang terkasih yang saat peristiwa itu terjadi juga dalam keadaan takut yang luar biasa.
Atau dalam situasi lain. Saat anda berada di dalam rumah/ruang kelas/ruang meeting/kamar hotel atau ruang tertutup lainnya, terdengar suara memekak: dor! Lampu mati! Berganti temaram bercampur asap hitam bersamaan dengan sergapan bau kabel terbakar. Anda yang masih kebingungan memahami apa yang terjadi, tiba-tiba susah bernapas dan mulai batuk-batuk tercekat bau karet terbakar.
Orang-orang berteriak. Ada yang berlari sambil memanggil-manggil seseorang untuk meminta tolong. Gaduh. Suara barang pecah terdengar bergantian. Air pemadam kebakakaran mulai menyemprot dari langit-langit. Apa yang anda lakukan?
Kondisi seperti apapun, insya Allah (bila Tuhan menghendaki)- kalimat ini sengaja saya tulis, karena dalam keadaan tertentu membutuhkan “keajaiban”- bisa dihadapi, asalkan kita tetap menjaga ketenangan. Tenang!
Bicara tentang kata “tenang” memang terkesan tidak ada beban. Tapi dalam kenyataannya, tidak seperti itu. “Tenang” hanya ada di dalam teori. Saat kita berada di dalam situasi yang berbahaya, bisa dipastikan, ketenangan itu “hilang”. Kita tidak lagi bisa berpikir jernih. Nah! Saat kita merasa panik itulah, saat yang tepat kita menyadari pentingnya kembali tenang.
Apalagi, ketika orang-orang di sekitar kita dalam keadaan panik, maka perlu seseorang yang tetap tenang untuk “memimpin” dan menunjukkan apa hal terbaik yang bisa dilakukan. Dengan bahasa lain, ketenangan yang anda miliki, akan berguna bagi diri sendiri, dan bagi orang lain. Anda harus selamat, sebelum menyelamatkan orang lain.
GEMPA BUMI DAN KEBAKARAN
Kembali dalam dua contoh di atas. Dalam kondisi gempa misalnya. Saat semua dalam kondisi bergoyang, maka yang akan lakukan pertama kali adalah mencari posisi yang jauh dari barang-barang yang mungkin bisa roboh ke arah anda. Jauhi lemari, lampu gantung, pot gantung, bangunan tinggi, dll.
Tujuannya, agar kita terhindari dari “serangan” atas. Biasanya, tempat teraman adalah di bawah kusen pintu, atau di bawah meja. Bila masih ada waktu, atau ketika gempanya berhenti sejenak, ada baiknya anda segera berlari ke luar gedung/rumah.
Tapi, bila anda berada di lantai tertentu di dalam gedung, hal pertama yang harus anda lakukan adalah berlari sekencang mungkin (tapi tetap terkendali) untuk ke luar dari gedung. Tangga darurat menjadi satu-satunya tempat yang dituju untuk turun dan keluar gedung. Nah, dalam kondisi yang kacau, tangga darurat bisa menjadi berbahaya. Orang yang berdesakan sambil menuruni tangga, rentan untuk terjatuh. Perlu untuk tetap tenang (dan menenangkan) dalam menuruni tangga darurat.
Secara prinsip, hal yang sama bisa dilakukan saat kita terjebak dalam kebakaran rumah atau gedung. Hanya saja, memastikan anda jauh dari barang-barang yang mudah terbakar, menjadi kunci dalam evakuasi diri sendiri pas kebakaran. Juga, dalam proses menyelamatkan diri, usahakan anda berjalan dengan kepala menunduk serendah mungkin, dan dekat dengan tanah. Karena secara alami, asap akan berada di langit-langit.
Hal penting lainnya, adalah menutup hidung dengan kain basah. Ini penting untuk menghindarkan anda menghirup asap. Asap yang akan masuk ke hidung akan disaring oleh kain basah. Air di kain, juga membuat udara yang anda hidup akan lebih dingin.
Bila sudah selamat sampai di luar gedung, segera cari tempat yang aman. Biasanya, di jalan, tanah lapang, parkiran atau taman. Nah, jangan lupa untuk tetap menghindari bangunan tinggi seperti tiang listrik, tower BTS, jembatan, dll.
Bila anda sudah dalam daerah atau kondisi selamat, mulailah berpikir untuk “menyelamatkan”. Anggota keluarga adalah prioritas utama. Kenapa? Karena dalam proses menyelamatkan pihak orang lain, harus dipastikan, orang itu mau mendengar instruksi kita.
Dan keluarga adalah pihak yang paling mudah kita perintah untuk diselamatkan. Bila seluruh keluarga sudah terkumpul, barulah membantu pihak lain untuk menyelamatkan.
Bagaimana bila anda terluka, atau ada pihak lain yang terluka dalam proses penyelamatan diri itu? Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah memastikan agar tidak ada luka tambahan dan menunggu pertolongan dari pihak medis.
Jangan sok pintar dengan melakukan penanganan medis (kecuali anda memang orang medis atau bekerja di puskesmas atau rumah sakit). Karena salah penanganan, akan semakin membuat korban tidak selamat. (*bersambung)
ID Nugroho | foto repro
Seperti disclaimer di tulisan pertama, saya kembali ingatkan, bahwa saya bukan seseorang yang ahli di bidang kebencanaan. Saya juga bukan korban atau orang yang pernah terlibat dalam bencana alam berukuran besar. Tulisan ini disarikan dari banyak baca-baca, common sense dan obrolan dengan kawan-kawan yang selamat dari bencana.
Bayangkan, bila tiba-tiba, rumah/kantor/tempat di mana anda berada tiba-tiba bergoyang. Barang-barang di sekitar anda pun ikut bergoyang-goyang. Sebagian ada yang mulai berjatuhan. Teriakan orang-orang di sekitar anda pun mulai terdengar. Kepanikan menyergap. Kepanikan semakin bertambah bila saat itu terjadi, anda bersama keluarga atau orang terkasih yang saat peristiwa itu terjadi juga dalam keadaan takut yang luar biasa.
Atau dalam situasi lain. Saat anda berada di dalam rumah/ruang kelas/ruang meeting/kamar hotel atau ruang tertutup lainnya, terdengar suara memekak: dor! Lampu mati! Berganti temaram bercampur asap hitam bersamaan dengan sergapan bau kabel terbakar. Anda yang masih kebingungan memahami apa yang terjadi, tiba-tiba susah bernapas dan mulai batuk-batuk tercekat bau karet terbakar.
Orang-orang berteriak. Ada yang berlari sambil memanggil-manggil seseorang untuk meminta tolong. Gaduh. Suara barang pecah terdengar bergantian. Air pemadam kebakakaran mulai menyemprot dari langit-langit. Apa yang anda lakukan?
Kondisi seperti apapun, insya Allah (bila Tuhan menghendaki)- kalimat ini sengaja saya tulis, karena dalam keadaan tertentu membutuhkan “keajaiban”- bisa dihadapi, asalkan kita tetap menjaga ketenangan. Tenang!
Bicara tentang kata “tenang” memang terkesan tidak ada beban. Tapi dalam kenyataannya, tidak seperti itu. “Tenang” hanya ada di dalam teori. Saat kita berada di dalam situasi yang berbahaya, bisa dipastikan, ketenangan itu “hilang”. Kita tidak lagi bisa berpikir jernih. Nah! Saat kita merasa panik itulah, saat yang tepat kita menyadari pentingnya kembali tenang.
Apalagi, ketika orang-orang di sekitar kita dalam keadaan panik, maka perlu seseorang yang tetap tenang untuk “memimpin” dan menunjukkan apa hal terbaik yang bisa dilakukan. Dengan bahasa lain, ketenangan yang anda miliki, akan berguna bagi diri sendiri, dan bagi orang lain. Anda harus selamat, sebelum menyelamatkan orang lain.
GEMPA BUMI DAN KEBAKARAN
Kembali dalam dua contoh di atas. Dalam kondisi gempa misalnya. Saat semua dalam kondisi bergoyang, maka yang akan lakukan pertama kali adalah mencari posisi yang jauh dari barang-barang yang mungkin bisa roboh ke arah anda. Jauhi lemari, lampu gantung, pot gantung, bangunan tinggi, dll.
Tujuannya, agar kita terhindari dari “serangan” atas. Biasanya, tempat teraman adalah di bawah kusen pintu, atau di bawah meja. Bila masih ada waktu, atau ketika gempanya berhenti sejenak, ada baiknya anda segera berlari ke luar gedung/rumah.
Tapi, bila anda berada di lantai tertentu di dalam gedung, hal pertama yang harus anda lakukan adalah berlari sekencang mungkin (tapi tetap terkendali) untuk ke luar dari gedung. Tangga darurat menjadi satu-satunya tempat yang dituju untuk turun dan keluar gedung. Nah, dalam kondisi yang kacau, tangga darurat bisa menjadi berbahaya. Orang yang berdesakan sambil menuruni tangga, rentan untuk terjatuh. Perlu untuk tetap tenang (dan menenangkan) dalam menuruni tangga darurat.
Secara prinsip, hal yang sama bisa dilakukan saat kita terjebak dalam kebakaran rumah atau gedung. Hanya saja, memastikan anda jauh dari barang-barang yang mudah terbakar, menjadi kunci dalam evakuasi diri sendiri pas kebakaran. Juga, dalam proses menyelamatkan diri, usahakan anda berjalan dengan kepala menunduk serendah mungkin, dan dekat dengan tanah. Karena secara alami, asap akan berada di langit-langit.
Hal penting lainnya, adalah menutup hidung dengan kain basah. Ini penting untuk menghindarkan anda menghirup asap. Asap yang akan masuk ke hidung akan disaring oleh kain basah. Air di kain, juga membuat udara yang anda hidup akan lebih dingin.
Bila sudah selamat sampai di luar gedung, segera cari tempat yang aman. Biasanya, di jalan, tanah lapang, parkiran atau taman. Nah, jangan lupa untuk tetap menghindari bangunan tinggi seperti tiang listrik, tower BTS, jembatan, dll.
Bila anda sudah dalam daerah atau kondisi selamat, mulailah berpikir untuk “menyelamatkan”. Anggota keluarga adalah prioritas utama. Kenapa? Karena dalam proses menyelamatkan pihak orang lain, harus dipastikan, orang itu mau mendengar instruksi kita.
Dan keluarga adalah pihak yang paling mudah kita perintah untuk diselamatkan. Bila seluruh keluarga sudah terkumpul, barulah membantu pihak lain untuk menyelamatkan.
Bagaimana bila anda terluka, atau ada pihak lain yang terluka dalam proses penyelamatan diri itu? Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah memastikan agar tidak ada luka tambahan dan menunggu pertolongan dari pihak medis.
Jangan sok pintar dengan melakukan penanganan medis (kecuali anda memang orang medis atau bekerja di puskesmas atau rumah sakit). Karena salah penanganan, akan semakin membuat korban tidak selamat. (*bersambung)
ID Nugroho | foto repro
No comments:
Post a Comment