Singkong dan produk olahannya | *repro Vemale |
Bahan makanan sumber karbohidrat yang awalnya dikenal sebagai makanan “kelas dua” itu berubah menjadi panganan alternatif pengganti beras.
Simak saja kisah Prof. Achmad Subagio, peneliti dari Universitas Jember, Jawa Timur.
Sejak kecil, kehidupan Achmad dekat dengan singkong (manihot utilissima).
Sejak kecil, selain dimakan sendiri, keluarga Achmad menjadikan makanan olahan berbahan singkong, “gethuk”, sebagai barang dagangan.
Bersama kakaknya, Achmad memilih singkong kualitas terbaik, mengolahnya menjadi makanan, dan menjualnya.
BELANDA
Beranjak dewasa, dalam kujungan ke sebuah pabrik tepung di Belanda, kenangan tentang singkong kembali muncul.
Di benaknya, bila diolah dengan benar, singkong akan menjadi “sesuatu”, lebih dari sekedar makanan “gethuk”.
Sejak saat itulah, di 2004, ia meneliti dan mengolah singkong.
"Singkong mudah dan banyak ditemukan di Indonesia," tambahnya.
Dari pergulatan itu, Achmad menemukan Modified Cassava Flour atau Mocaf, sebuah olahan tepung dengan bahan dasar singkong.
Pada 2006, Guru Besar Universitas Jember ini mulai membuat pabrik MOCAF di Trenggalek.
Pabrik itu sudah mampu memproduksi ratusan ton tepung MOCAF setiap bulannya.
Sayang, nasib baik berlum berpihak. Perusahaan itu tidak berkembang.
Achmad tidak menyerah. Sebuah pabrik pengolahan singkong didirikan di Solo, Jawa Tengah.
Hasilnya jauh lebih baik. Pabrik pengolahan singkong itu berkembang pesat.
Tidak hanya itu, melalui pabrik itu juga, Achmad memunculkan kelompok-kelompok kerja masyarakat di sekitar pabriknya.
"Ada desa yang khusus mengupas singkong, ada desa lain khusus mengiris, sementara ada pula yang mencuci dan menjemurnya," jelasnya.
Saat ini, sudah ada 65 desa di seluruh Indonesia yang dia bina untuk memproduksi MOCAF.
Sukses dengan pengolahan tepung, Achmad beranjak dengan ide lain. Yakni, mengolah Mocaf menjadi beragam produk.
Tepung singkong unik tersebut diolah menjadi kue-kue kering, brownies, sampai bahan baku mie ayam.
Melalui gerai Mister Te, Achmad memasarkan produknya.
Yang paling baru, Mocaf juga bisa diolah menjadi beras cerdas, sebagai pengganti beras dari padi.
KEDAULATAN PANGAN
Melalui upaya mengelola singkong dari hulu sampai hilir, secara tidak langsung membuat Achmad telah memberikan pilihan terhadap terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia.
Esensi kedaulatan adalah mandiri, yaitu menggunakan produk lokal sehingga tidak bergantung pada impor.
Saat ini, dia terus mengeksplorasi lahan-lahan marjinal untuk dapat menanam singkong dan kacang koro (canavalia ensiformis)
Seperti yang dia lakukan di pesisir pantai Jember yang teksturnya sangat berpasir.
Beberapa jenis singkong dan koro berhasil tumbuh, hal ini menunjukkan harapan baru bagi sumber pangan Indonesia.
Rilis Pers | Hambalang F. Sukma
No comments:
Post a Comment