Foto repro grup FB | *klik URL foto. |
Bagi saya, menu tahunan yang tersaji menjelang 25 Desember ini sungguh membosankan. Orang-orang yang menjadikan tema halal-haram ucapan "selamat Natal" ini seperti menodai kedamaian, keberagaman dan hal-hal lain yang jamak dan tumbuh di Indonesia.
Tema ini juga merupakan tema yang tidak "move-on". Berputar-putar seperti belasan abad yang lalu ketika agama-agama muncul di dunia. Dan hal itu diteruskan hingga masa ini. Padahal, jaman sudah bergerak. Kesadaran atas penghormatan pada keberagaman sudah begitu tinggi.
Tapi, masih saja ada kelompok yang terjebak di masa lalu. Memaksakan satu kebenaran kelompoknya, kepada kelompok lain yang berbeda. Itu sungguh memilukan.
Ironisnya, prilaku tidak hormat pada keberagaman itu tidak hanya bercokol di satu agama/kelompok saja. Lihatlah sejarah, selalu ada kelompok "garis keras" di masing-masing agama/kelompok atau perkumpulan lain yang mengaku paling benar, dan ingin "menyelamatkan" kelompok lain yang dianggap salah.
Indonesia harusnya "selesai" dengan hal-hal ini. Bagi bangsa yang majemuk ini, keberagaman adalah sesuatu yang harus diterima dan dihormati. "Tugas" untuk "menyelamatkan" orang dari kelompok yang berbeda, hendaknya dibungkus dengan semangat menghormati perbedaan, dan menjadikan kedamaian berdasar perbedaan itu menjadi hal yang utama.
Damailah seluruh alam,..
Iman D. Nugroho
Well setiap tahunnya saya selalu mendapat ucapanan selamat natal dari sahabat-sahabat kaum muslim. Walaupun saya bukan kristiani, dan juga mendapat ucapan selamat hari raya idul fitri dari teman kristiani walaupun saya bukan muslim.
ReplyDeleteYa saya terima-terima saja dan selalu mengucapkan balik semua salam itu, karena itulah indahnya indonesia. :)
Tepat sekali. Indonesia memang indah. :))
ReplyDelete