Pulau Rote? |
Saya yang kagum benar-benar menikmati pemandagangan itu. Perjalanan dari Jakarta, Denpasar, Bali menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang panjang itu pun terhapus dengan rasa kagum atas pulau yang menjadi batas terluar Indonesia itu. "Kapan ya berkesempatan ke sana? Menikmati menjadi 'warga perbatasan',.." kalimat itu berulang-ulang melintas di benak saya.
Sekedar mengingatkan, Indonesia memiliki empat titik terjauh dan terluar. Pulau Weh di Nanggroe Aceh Darussalam, Pulau Miangas, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara, Merauke, Papua dan Pulau Rote, NTT. Belum terhitung, berapa ratus pulau lain yang tersebar dan belum masuk dalam peta. Ingat kasus Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang awalnya milik Indonesia, dan kini sudah kini dimiliki Malaysia? :(
By the way, meski tidak begitu nyaman, pesawat yang saya tumpangi kali ini memberikan pengalaman yang luar biasa. Berdasarkan jalur penerbangan yang termuat di in flight magazine, perjalanan dari Denpasar Bali ini mengambil jalur ke arah Pulau Sumba, Pulau Savu dan mendarat di Kupang, NTT. Ada juga jalur lain yang mungkin dilewati. Yakni dari Denpasar, ke Pulau Ampenan, Pulau Sumbawa, Pulau Labuhan Bajo dan Kupang NTT. Karena jalur pertama yang diambil, maka Pulau Rote pun sedikit bisa dilihat.
Seorang kawan asal NTT menceritakan, akses menuju ke Pulau Rote cukup memakan waktu. Dengan menggunakan kapal, setidaknya butuh waktu sekitar 2 jam perjalanan laut. Itu pun, bila keadaan laut sedang tenang. Bila laut bergejolak, waktu yang dibutuhkan lebih panjang, atau bahkan dibatalkan. Pulau Rote yang termasuk Kabupaten Roten Ndau itu merupakan kepulauan. Setidaknya, ada lebih dari 50 pulau yang ada di sana. Namun, hanya enam pulau yang ada penghuninya.
Karena terbatasnya akses itulah, Pulau Rote masih tergolong asli. Kalau ada 'campur tangan' manusia, kebanyakan hanya penduduk lokal, dan pendatang. Dampak negatif turism pun belum begitu terasa. Wah, kapan ya bisa ke sana,..
Iman D. Nugroho
No comments:
Post a Comment