Monorail melintas di pusat kota KL | Iman |
Tidak ada yang berbeda ketika menginjakkan kaki pertam kali di Bandara International Kuala Lumpur (KLIA). Suasananya tidak kalah seperti di Bandara Soekarno Hatta. Meski soal calo taksi (gelap maupun terang) tidak sedahsyat di Jakarta. Begitu juga saat memilih bus menuju ke Kota Kuala Lumpur. Kondisi bus bandara di Jakarta pun tidak kalah dengan di KL.
Nah, 'persoalan' muncul ketika sudah sampai di KL Central. Sebuah multi terminal di pusat kota Kuala Lumpur. Secara fisik, saya melihat KL Central tidak berbeda dengan bandara Amsterdam Airport Schiphol, Belanda. KL Central, adalah tempat di mana Saya bisa memilih untuk melanjutkan perjalanan dengan beragam transportasi publik yang berbeda. Taksi, bus, RapidKL Light Rail Transit, KL Monorail, atau KTM Komuter.
Di dalam monorail | Iman |
Monorail yang Saya naiki hanya berharga sekitar kurang dari Rp.7 ribu rupiah (1 Ringgit sama dengan 3 ribuan rupiah). Dalam perjalanannya, melewati enam stasiun, Tun Sabathan, Maharajalela, Hang Tuah, Imbi, Bukit Bintang dan Raja Chulan, lantas terakhir Bukit Nanas. Bila diteruskan, monorail ini akan berujung di stasiun terakhir Titiwangsa. Ada dua lintasan monorail yang berlawanan arah.
Penumpang menunggu monorail | Iman |
Monorail ini menawarkan dua hal yang, menurut Saya, penting. Pertama keefektifan bertransportasi, kenyamanan dan city tour. Penumpang, terutama yang jarang naik monorail seperti Saya, akan melihat landscape sebagian Kuala Lumpur dari high angle. Mulai gedung-gedung, berbagai tempat ibadah, sungai dll.
Pemandangan dari monorail | Iman |
Iman D. Nugroho
No comments:
Post a Comment