Dunia persilatan olahraga Indonesia dalam minggu-minggu ini sedang ramai diwarnai pertarungan dua pendekar asal Bugis. Sebut saja dua pendekar itu yakni, Nurdin Kolot dan Andi Kumis (maaf bukan nama sebenarnya). Kedua pendekar ini saling beradu kesaktian mengeluarkan jurus andalan mereka masing-masing untuk membenahi tanah persilatan Sepakbola Indonesia yang sedang mengalami krisis kepercayaan terhadap sosok pemimpin.
Si Nurdin Kolot yang sudah mendapatkan restu dari komisi pemilihan PSSI (Persatuan Sutradara Sinetron Indonesia), untuk kembali kali ketiga menjabat ketua persilatan sepakbola Indonesia, memiliki senjata kuat dengan mengandalkan statuta FIFA. Garis besarnya, menganggap dirinya tetap bisa mencalonkan ketua meski sempat mendapatkan stempel "mantan narapidana" atas kasus minyak dan gula.
Pendekar yang satu ini memang terkenal licin dan licik. Dia rela mengahalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal untuk memenuhi keinginannya. Apalagi, sedikit didukung dengan beberapa pasukanya yang terkenal cukup tangguh dan memiliki jam terbang cukup tinggi. Sebut saja pendekar dengan seribu jurus Akang Nugraha Kasoes. Pria yang satu ini sejak lama menjadi abdi dalem paling nurut dan konsisten untuk mendukung atasanya Si Nurdin Kolot. Termasuk urusan, pencalonan PSSI periode (2011-2015).
Sementara, pendekar dari bugis satunya Si Andi Kumis yang dipercaya pemerintah untuk membenahi dunia persilatan olahraga Indonesia ini merasa memiliki wewenang untuk memperingati PSSI yang sementara dipimpin Si Nurdin Kolot. Menurut Si Andi Kumis, keputusan Komisi Pemilihan Calon Ketum PSSI yang meloloskan Si Nurdin Kolot sudah menyalahi aturan atau Undang-Undang yang ada di ibu pertiwi ini.
Bahkan, pendekar jebolan perguruan Partai Demokrat mengingatkan dengan tegas, selama PSSI huruf (I) masih Indonesia, maka harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Statuta FIFA. Selama ini, acuan bukan harga mati yang membuat PSSI harus seenaknya membikin aturan dan membuat negara di atas negara sendiri. Jika peringatan itu sampai tidak diperhatikan, maka pendekar Si Andi Kumis akan menyiapkan jurus terakhir dengan membekukan PSSI.
Namun di balik pertarungan dua pendekar asal bugis itu, ada satu pendekar lagi yang harus diperhitungkan, dia adalah, Si Nirwan Bakire. Meski jarang muncul di dunia persilatan dan sering bermain di belakang layar, pendekar yang satu ini justru memiliki kekuatan yang luar biasa. Jurus "Kepingan Uang Emas" menjadi senjata paling ditakuti semua lawan untuk meloloskan dirinya menjadi Ketua Umum PSSI yang baru nanti.
Itulah kondisi yang terjadi dalam dunia persilatan sepakbola Indonesia. Rakyat-rakyat di daerah juga mulai memunculkan reaksi pro-kontra terhadap pertarungan dua pendekar Bugis ini. Kedua pendekar memiliki argumen yang sama-sama menurut mereka benar. Bahkan keduanya sudah siap mengibarkan bendera perang dengan dalil memperbaiki negeri sepakbola Indonesia yang sudah mulai berkarat. Kita tunggu aja jalan cerita pertarungan dua pendekar Bugis ini, apakah akan berjalan alot atau justru sebaliknya. | amar hamzah
No comments:
Post a Comment