Ketika Mesir bergejolak belakangan ini, nama Ikhwanul Muslimin kembali disebut-sebut. Organisasi yang menjadi semangat oposisi di Mesir itu dituduh menjadi salah satu "kompor" gerakan massa di Mesir. Padahal tidak.
Memang, Jamaah Ikhwanul Muslimin (IM) didirikan di Mesir. Tepatnya di kota Ismailiyah, pada Maret 1928. Hassan al-Banna, ulama besar di jaman itu, bersama enam tokoh lain, Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi, membuat dasar IM pada 24 September1930, dan terus berkembang.
Ketika Israel menyerbu Palestina, IM ikut mengangkat senjata. Dan itu terus berlanjut, di negara arab yang dinilai "diganggu" oleh Israel dan AS. Gerakan itu memunculkan penolakan dari penguasa dunia Arab yang dikenal dekat dengan AS. Di negara tempat IM berdiri, Mesir, Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir membekukan IM pada 1948.
Publik yang awalnya pro IM, menjadi menjadi berbalik memusuhi, ketika Naqrasyi diculik tak lama setelah itu. Namun, kematian pendiri IM Hassan al-Banna karena dibunuh, kembali membalikkan dukungan rakyat pada organisasi yang kini bekembang ke seluruh dunia itu.
Perjalanan berlanjut, IM pun mendapatkan angin saat pembekuannya dicabut oleh Pemerintah Mesir. Bulan madu tidak berlangsung lama. PM Muhammad Najib pada tahun 1952 kembali memusuhi IM, ketika organisasi itu menolak melakukan Revolusi Juli, untuk menggulingkan Raja Faruk.
Anwar Sadat, salah satu Presiden Mesir, memahami potensi besar IM, dan mulai memberi tempat IM di parlemen. Masa itu, IM mengubah jalur perjuangannya dengan lebih moderat. Nah, apakah IM yang sama yang kini bergerak?
Tampaknya bukan. Meski pun menjadi salah satu organisasi yang berada di belakang massa demonstran kali ini, IM yang kini, berbeda dengan IM yang dulu. Tapi, sudah berbeda ideologi. IM ini adalah hasil "kreasi" diam-diam Husni Mubarrak.
Dan pihak zionis, mengetahui hal itu. Karenanya, gerakan rakyat yang terpancing, menumpahkan emosi yang tertahan sejak lama. Mereka tidak menyadari, bahwa kesempatan berkumpul di jalan itu, dibiarkan setengah hati oleh militer dan pengawas pihak zionis lainnya.
Mereka digunakan untuk menurunkan agen zionis lain, Mubarrak, yang sudah berkuasa 20-30 tahun. Skenario pun dibuat. Masyarakat Mesir, dan IM sendiri mungkin tidak menyadari siapa yang menyetir mereka. Termasuk kelompok IM yang sama di Indonesia. Mereka berpikir sehaluan, padahal sedang masuk dalam skenario zionis sendisi.
Lalu apa ujungnya? Zionis, ingin kembali berpesta dengan oil trading yang makin mahal. Lihat saja, siapapun yang memimpin Mesir nantinya, pasti tidak akan lama.
No comments:
Post a Comment