Tetap saja, kompetisi bola yang sempat dikritik karena terlalu politis, karena Partai Golkar "penguasa" PSSI mewarnai Timnas Indonesia, kembali bernuansa politik. Liga Politik Indonesia (LPI) yang bertikai dengan PSSI menjelang dibuka di Solo, Jateng, kembali kental nuansa politiknya.
Terutama ketika Presiden SBY dan Menpora Andi Malarangeng memilih untuk memihak LPI ketimbang menengahinya. Dan SBY pun, akhirnya memastikan diri untuk hadir dalam acara pembukaannya. Wow! Mulailah berbagai praduga bermunculan. SBY telah memanfaatkan pertikaian LPI vs PSSI.
Harris Rusly Moti dari Petisi 28 menilai, kedongkolan orang terhadap Nurdin Halid, yang dicacimaki karena mempolitisasi Timnas dalam AFF, kayaknya bakal surut gara-gara SBY dan Andi Malaranggeng ikut-ikutan numpang popularitas di atas kedongkolan orang atas Nurdin.
"Polarisasi Kartel Cikeas vs Kartel Epicentrum makin menusuk masuk hingga di sepak bola. Bola pun di Parpol-kan," tulis Moti dalam pesan singkat.
Ada benarnya. Karena sebagai Presiden RI, harusnya SBY menjadi penengah yang benar-benar netral dan fair. Artinya, memposisikan LPI dan PSSI sama. Bila ada yang keliru, dan berbau-bau koruptif, langsung disikat. Lihat saja PSSI. Sudah perlu berapa bukti lagi yang perlu disuguhkan untuk membuktikan ada korupsi di PSSI?
Soal LPI, UU Sistem Olahraga Nasional dan PP Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) jelas-jelas saling bertentangan. Bukannya diselesaikan, tapi malah ditumpangi. Apakah SBY sudah mempertimbangkan kemungkinan sanksi dari FIFA, karena jelas tidak diperkenankannya pemerintah turut campur (PSSI atau LPI)?
Ah, sepakbola kok terus dipolitisir,..
Sent through BlackBerry®
Betul-betul bukan soal olahraga dan sportmanship, tapi soal bisnis dengan uang bermiliar yang jadi taruahannya, dan sekarang jadi persoalan politik .... ha ha hi hi
ReplyDelete