Polemik akibat ucapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal monarki di Yogyakarta, bukan hanya soal mempertahankan Sultan HB X sebagai Gubernur Yogyakarta. Melainkan sebagai bukti, pemerintah Jakarta tidak memahami rakyatnya.
Karena itulah, rakyat Yogyakarta berhak marah dan kecewa. Sama halnya ketika rakyat Papua dilecehkan upacara kesukuannya, atau rakyat Minang akan dihapus kekuasaan para nagari-nya dan rakyat Dayak yang diremehkan adatnya. Sultan bagi rakyat Yogya adalah pemimpin. Bukan cuma kesultanan, tapi juga pemerintahan.
Hal lain yang lebih menyakitkan adalah, polemik komentar Presiden SBY itu terjadi setelah rakyat Yogya diterpa bencana alam meletusnya Gunung Merapi. Belum kering air mata ratusan warta Yogya yang meninggal dunia karena wedhus gembel, belum hilang bau ternak yang mati terpanggang, eh,.. sudah diusik dengan persoalan kemonarkian.
Bisa dipahami, mengapa rakyat Yogya sangat marah. Dan mereka memang harus marah. Bukan karena ingin mempertahankan Sultan HB X sebagai Gubernur semata, melainkan sebagai luapan kekecewaan kepada negara yang tidak memahami rakyat-nya. Rakyat yang secara sejarah sangat berjasa.
Karena itu, terus menggeliatlah Yogya!
foto: Sultan HB IX bersama masyarakat Dayak.
keterangan fotone apa, sing jelas, kuwi...
ReplyDelete